Garang di Akhir Perdagangan, Rupiah Runner Up Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 December 2019 17:45
Garang di Akhir Perdagangan, Rupiah Runner Up Asia
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (17/12/2019) setelah sepanjang hari mengalami tekanan.

Rupiah sebenarnya cukup bagus mengawali perdagangan hari ini, menguat 0,07% ke Rp 13.990/US$. Namun, sayangnya penguatan tersebut hanya sesaat, rupiah berbalik melemah hingga 0,1% ke Rp 14.014/US$.



Setelahnya rupiah terus bergerak di dekat level psikologis Rp 14.000/US$. Baru 30 menit jelang perdagangan berakhir rupiah menjadi garang, dan berhasil memukul balik dolar, mencatat penguatan 0,11% ke level Rp 13.985/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Mayoritas mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS pada hari ini. Rupiah menduduki posisi runner up terbaik, sementara raja Asia hari ini ditempati oleh won Korea Selatan. Hingga pukul 16:30 WIB, won menguat 0,18%.

Sementara itu, yen Jepang menjadi mata uang terburuk setelah melemah 0,1%. Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Benua Kuning hari ini.

Seperti diketahui bersama, pada Jumat (13/13/209), setelah perdagangan dalam negeri ditutup, AS dan China mengumumkan mencapai kesepakatan dagang fase I. Presiden AS, Donald Trump juga mengumumkan kesepakatan tersebut melalui akun Twitternya. 

"Kami telah menyetujui kesepakatan fase I yang begitu besar dengan China. Mereka sepakat untuk melakukan berbagai perubahan struktural dan pembelian besar-besaran terhadap produk pertanian, energi, dan manufaktur AS. Bea masuk dengan tarif 25% tetap tidak berubah, tetapi sisanya (turun) menjadi 7,5%.

Presiden AS ke-45 ini juga mengatakan bea masuk importasi produk dari China yang seharusnya berlaku pada 15 Desember resmi dibatalkan. "Rencana pengenaan bea masuk baru pada 15 Desember tidak akan terjadi karena pada kenyataannya kami sudah membuat kesepakatan. Kami akan memulai negosiasi fase II sesegera mungkin, tidak menunggu setelah Pemilu 2020. Ini adalah kesepakatan yang luar biasa bagi kita semua. Terima kasih!" cuit Trump dalam utas (thread) di Twitter.

Meski demikian, rupiah belum merespon positif kabar tersebut, Senin kemarin Mata Uang Garuda mengakhiri perdagangan di zona merah. 



Kabar terbaru yang diwartakan Reuters, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, dan penasihat ekonomi Gedung Putih Lawrence Kudlow kompak menyatakan jika kesepakatan fase I sudah sepenuhnya selesai.

Lighthizer dalam acara Face the Nation yang ditayangkan di CBS mengungkapkan bahwa naskah kesepakatan damai dagang AS-China tinggal menunggu pemeriksaan yang sifatnya rutin saja. Tidak ada perubahan yang mendasar karena semua sudah disepakati.

Sementara Kudlow berharap Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping dari China akan menandatangani perjanjian tersebut pada awal Januari. Selepas itu, AS-China akan memulai negosiasi damai dagang fase II.

Pelaku pasar yang sebelumnya sempat ragu kesepakatan fase I akan segera ditandatangani kini menjadi semakin yakin. Kabar tersebut menjadi sentimen positif bagi rupiah, meski responnya agak telat. 



Rupiah sudah mencapai Rp 14.000/US$ yang merupakan level psikologis. Tentunya perlu momentum besar untuk bisa menguat menjauhi level tersebut. Sayangnya, data terbaru dari dalam negeri tidak mampu memberikan momentum yang dibutuhkan, sehingga rupiah tidak bisa jauh-jauh dari level psikologis tersebut. 

Senin lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan defisit neraca dagang RI November. Ekspor dilaporkan mengalami penurunan 5,67% year-on-year (YoY) menjadi US$ 14,01 miliar dan impor turun 9,24% ke US$ 15,34 miliar. Dampaknya, neraca dagang November menjadi defisit US$ 1,33 miliar, berbalik dari surplus Oktober US$ 170 juta. 

Defisit tersebut lebih besar dari konsensus pasar yang dikumpulkan CNBC Indonesia. Berdasarkan konsensus tersebut, ekspor diprediksi terkontraksi atau tumbuh negatif 2,05% YoY. Kemudian impor juga mengalami kontraksi 13,41% YoY, dan neraca perdagangan defisit US$ 132 juta.

TIM RISET CNBC INDONESIA 



(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular