Mirip Senin Kemarin, Kurs Dolar Singapura Naik Turun Pagi Ini

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 December 2019 11:22
Nilai tukar dolar Singapura kembali menguat melawan rupiah pada perdagangan Selasa (17/12/2019) melanjutkan penguatan awal pekan kemarin.
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura kembali menguat melawan rupiah pada perdagangan Selasa (17/12/2019) melanjutkan penguatan awal pekan kemarin.

Pada pukul 9:55 WIB, SG$ 1 setara dengan Rp 10.339,48, dolar Singapura melemah 0,06% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Penguatan di pasar spot juga berdampak pada kurs dolar Singapura di dalam negeri, berikut kurs jual beli yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 10:05 WIB.

BankKurs BeliKurs Jual
Bank BRI10.267,3010.406,07
Bank Mandiri10.312,0010.363,00
Bank BTN10.177,0010.489,00
Bank BCA10.311,3810.351,81
CIMB Niaga10.311,0010.344,00


Sebelumnya di awal perdagangan hari ini, dolar Singapura sempat melemah 0,1% ke Rp 10.318,63. Pergerakan tersebut mirip dengan Senin kemarin, dan masih dipengaruhi kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

Seperti diketahui bersama, kedua negara sudah mencapai kesepakatan dagang fase I pada Jumat (13/12/2019) pekan lalu. Kesepakatan tersebut juga diumumkan langsung oleh Presiden AS Donald Trump melalui akun Twitternya.

"Kami telah menyetujui kesepakatan fase I yang begitu besar dengan China. Mereka sepakat untuk melakukan berbagai perubahan struktural dan pembelian besar-besaran terhadap produk pertanian, energi, dan manufaktur AS. Bea masuk dengan tarif 25% tetap tidak berubah, tetapi sisanya (turun) menjadi 7,5%.



Presiden AS ke-45 ini juga mengatakan bea masuk importasi produk dari China yang seharusnya berlaku pada 15 Desember resmi dibatalkan.

Perang dagang AS-China yang sudah berlangsung 18 bulan membuat perekonomian kedua negara melambat, dan turut menyeret turun pertumbuhan ekonomi global.

Salah satu yang terkena dampak besar adalah Singapura, dimana perekonomiannya melambat signifikan, bahkan sempat terancam resesi. Akibatnya, pemerintah Singapura sampai harus memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 0-1% dibandingkan proyeksi sebelumnya 1,5-2,5%.

Meski demikian, pelaku pasar masih kurang sreg dengan kesepakatan dagang fase satu. Sebabnya, kesepakatan tersebut belum ada hitam di atas putih alias belum ditandatangani oleh kedua belah pihak, yang artinya belum akan berlaku.



Tetapi kini pelaku pasar sudah semakin yakin kedua negara akan segera menandatangani kesepakatan fase satu. Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, dan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence Kudlow kompak menyatakan jika kesepakatan fase I sudah sepenuhnya selesai, sebagaimana diwartakan Reuters.

Lighthizer dalam acara Face the Nation yang ditayangkan di CBS mengungkapkan bahwa naskah kesepakatan damai dagang AS-China tinggal menunggu pemeriksaan yang sifatnya rutin saja. Tidak ada perubahan yang mendasar karena semua sudah disepakati.

Sementara Kudlow berharap Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping dari China akan menandatangani perjanjian tersebut pada awal Januari. Selepas itu, AS-China akan memulai negosiasi damai dagang fase II.

TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/pap) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular