
Resmi Dicaplok Bangkok Bank, Berapa Harga MTO Bank Permata?

Dalam akuisisi BTPN oleh Sumitomo Mitsui Financial Group, institusi pembeli itu mengumumkan harga pembelian Rp 6.500/saham pada 8 Mei 2013. Pada hari pengumuman, saham perseroan sempat naik 3,45% menjadi Rp 6.000/saham meskipun ditutup pada Rp 5.700/saham.
Esoknya kenaikan harga saham perseroan sempat tertahan liburnya pasar keuangan memperingati Kenaikan Isa Almasih. Baru pada 10 Mei 2013, kenaikan signifikan sempat terlihat pada saham perseroan yang naik 6,14% hingga Rp 6.050/saham, meskipun akhirnya ditutup naik 1,85% menjadi Rp 5.800/saham.
Dengan pola irama lama akuisisi bank oleh asing, yaitu diumumkan, diizinkan, akuisisi bank lain, ditambah porsi sahamnya, dimerger, baru tender offer. Saham BTPN pun melakukan pola yang sama.
Satu hal yang unik dari BTPN adalah perusahaan sudah mengakuisisi Bank Sahabat sejak Juni 2013, sebulan setelah pengumuman masuknya SMBC. Bank Sahabat akhirnya dijadikan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPS) dan dicatatkan di bursa sejak 12 Mei 2018.
Setelah 10 Mei 2013, saham BTPN terus tergerus dan akhirnya sempat turun di tahun yang sama hingga 5,25% menjadi Rp 3.600/saham pada 28 Agustus dan ditutup pada Rp 3.800/saham. Harga penutupan itu akhirnya menjadi titik terendah saham emiten sejak 25 Juni 2012.
Pada akhir 2015, saham perseroan anjlok bertahap hingga berada pada Rp 2.035/saham pada 2 Februari 2016. Efek ekuitas BTPN pun menyentuh titik terendahnya saat itu. Meskipun sempat naik hingga Rp 3.100 pada Agustus 2016, saham perseroan selanjutnya relatif stagnan pada kisaran Rp 2.500 hingga akhir 2017.
Baru pada awal 2018, ketika perusahaan menyampaikan visi-misi ke depannya dan masih tetap optimistis terhadap akusisi dan merger, maka saham perusahaan mulai diburu lagi dan menyebabkan harganya naik di pasaran.
Harga saham BTPN sempat ke Rp 4.070/saham pada 30 Januari 2018, lalu turun bertahap ke Rp 2.850/saham pada 27 April 2018 dan setelah tidak lama naik lagi ke Rp 4.140 pada 25 Juni 2018 menjelang pengumuman tender offer pada 2 Agustus 2018, yang diumumkan di harga Rp 4.282/saham. Setelah itu, tidak banyak yang terjadi dan saham pereroan secara bertahap melemah.
Saham perseroan menggeliat lagi ketika ada lampu hijau dari OJK terhadap mergernya BTPN dengan Sumitomo Mitsui Bank Corp Indonesia pada Februari 2019. Setelah itu, tidak sebentar harga sahamnya lemas lagi hingga pengumuman pengalihan saham disampaikan manajemen pada 12 Desember pekan lalu.
Hal serupa juga terjadi pada saham Bank Danamon. Saham perusahaan berniat dibeli MUFG pada akhir 2017. Di awal 2018, lembaga keuangan asal Jepang itu berkomitmen meningkatkan layanan Bank Danamon yang sebelumnya sempat berencana digabungkan dengan DBS Bank pada 2012 silam.
Pada Juli 2018, OJK beri lampu hijau terhadap rencana akuisisi. Pengumuman itu tidak banyak pada saham Danamon. Baru pada awal 2019, saham perseroan banyak diburu. MUFG mengumumkan harga tender offer pada Rp 9.590/saham pada 22 Maret 2019.
Tekanan beli semakin besar dan mendorong kenaikan harga saham BDMN hingga menyentuh Rp 10.000/saham pada 11 April. Tidak lama setelah itu, pada 25 April OJK mengeluarkan persetujuan merger antara Danamon dengan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (BBNP) yang sudah dicicil MUFG sejak 2007. Kemudian, saham BDMN melemah bertahap hingga Rp 3.640 pada 12 Desember.
Melihat rangkaian itu semua, patut dicermati bahwa setelah pengumuman akuisisi, saham BTPN justru terkoreksi karena belum ada perkembangan berarti sejak 2013-2016. Setelah itupun saham perseroan masih relatif tidak bertenaga hingga 2018 dan 2019 ketika ada berita lanjutan. Proses BDMN juga lebih cepat, dan transaksi berlangsung lebih instan yaitu kurang dari 2 tahun.
Satu hal yang pasti, harga saham kedua perusahaan itu bergerak mencetak rekor baru tidak lama menjelang pengumuman tender offer, atau artinya setelah proses akuisisi disetujui pemegang saham dan mendapat lampu hijau dari otoritas.
Sebelum momen itu datang, jangan juga berharap akan terjadi kenaikan harga signifikan, apalagi mengingat kinerja BTPN dan BDMN ini justru belum berubah signifikan setelah diakuisisi bank Jepang itu.
Dengan tidak banyaknya kenaikan harga menjelang pengumuman harga tender offer BTPN dan Bank Danamon, maka besar keyakinan bahwa pada Bank Permata hal tersebut juga akan terjadi juga.
Harga saham justru akan melemah setelah pengumuman pengambilalihan, dan penguatan hanya akan terjadi sedikit menjelang tender offer. Karena itulah, rerata harga pasar 90 hari menjelang tender offer berpotensi tidak lebih tinggi daripada harga akuisisi yang disepakati Bangkok Bank sebagai pembeli, yakni Rp 1.498/saham.
Dan jangan lupa juga, meskipun kecil, masih ada kemungkinan negosiasi jual-beli ini batal juga. Knock on wood, na'udzubillaah, jika ini terjadi, maka harga saham BNLI malah dapat terperosok dari posisinya yang sekarang sudah naik lebih dari 105% dari posisi akhir tahun lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA