
Harga SUN Diprediksi Mendatar Lagi, Apa Saran buat Investor?
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
10 December 2019 08:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar surat utang negara (SUN) diprediksi akan kembali bergerak mendatar (sideways) hari ini, Selasa (10/12/2019) karena sentimen positif dan negatif akan sama-sama berpengaruh pada pasar keuangan global.
Ariawan, Head of Fixed Income Research PT BNI Sekuritas, menilai sentimen negatif akan datang dari perselisihan dagang Amerika Serikat (AS)-China, di mana informasi teranyar menunjukkan bahwa Washington masih berniat menaikkan tarif impor tambahan sesuai jadwal, yakni 15 Desember.
Dia mengatakan sentimen itu akan diimbangi oleh pernyataan Beijing yang mengungkapkan harapan rampungnya negosiasi damai dagang tahap pertama secepatnya.
Sejak pekan lalu, pemberitaan di media masa menyebutkan bahwa kedua negara sudah berunding kembali dan sudah mendekati kata sepakat terkait tarif impor yang diperdebatkan Washington-Beijing selama sebulan terakhir.
Terakhir, sentimen yang dapat berpengaruh di pasar adalah dimulainya perundingan yang membahas penghapusan tarif impor tambahan yang sebelumnya diberlakukan China.
"Bersama dengan prediksi sideways dalam waktu dekat tersebut, strategi bertransaksi jangka pendek (short-term trading strategy) dapat lebih atraktif dan menjadi pilihan investor," tutur Ariawan dan tim dalam risetnya hari ini (10/12/19).
Menurut dia, seri FR0077, FR0081, FR0078, FR0082, FR0080dan FR0083 dapat menjadi pilihan menarik pelaku pasar dalam bertransaksi jangka pendek.
Seri akan menjadi acuan tahun depan adalah FR0081 yang akan bertenor 5 tahun yang akan jatuh tempo pada 2025, FR0082 pada 2030, FR0080 pada 2035, dan FR0083 pada 2040.
Ariawan dan tim juga menilai faktor negatif dari domestik yaitu lesunya perdagangan dapat membebani pasar. Ariawan mencatat nilai transaksi sejak awal bulan tertekan hingga Rp 9,5 triliun per hari dibandingkan rerata perdagangan harian November Rp 12,3 triliun per hari.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Dalam 2 pekan terakhir, pasar SUN mengalami koreksi tipis hampir setiap hari yang dianggap masih wajar karena pelaku pasar berharap hingga akhir tahun atau jangka menengah, pasar obligasi dapat menguat. Meskipun demikian, aliran dana investor asing yang perlahan tapi pasti terjadi sudah mulai diperhatikan meskipun nilainya belum signifikan.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.067,48 triliun SBN, atau 38,58% dari total beredar Rp 2.767 triliun berdasarkan data per 5 Desember.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 174,23 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama tahun lalu. Sejak akhir pekan lalu dan sekaligus awal bulan ini, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 320 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas) Next Article Kali Ini, Cuitan Trump Bakal Hijaukan Pasar SUN
Ariawan, Head of Fixed Income Research PT BNI Sekuritas, menilai sentimen negatif akan datang dari perselisihan dagang Amerika Serikat (AS)-China, di mana informasi teranyar menunjukkan bahwa Washington masih berniat menaikkan tarif impor tambahan sesuai jadwal, yakni 15 Desember.
Dia mengatakan sentimen itu akan diimbangi oleh pernyataan Beijing yang mengungkapkan harapan rampungnya negosiasi damai dagang tahap pertama secepatnya.
Sejak pekan lalu, pemberitaan di media masa menyebutkan bahwa kedua negara sudah berunding kembali dan sudah mendekati kata sepakat terkait tarif impor yang diperdebatkan Washington-Beijing selama sebulan terakhir.
Terakhir, sentimen yang dapat berpengaruh di pasar adalah dimulainya perundingan yang membahas penghapusan tarif impor tambahan yang sebelumnya diberlakukan China.
"Bersama dengan prediksi sideways dalam waktu dekat tersebut, strategi bertransaksi jangka pendek (short-term trading strategy) dapat lebih atraktif dan menjadi pilihan investor," tutur Ariawan dan tim dalam risetnya hari ini (10/12/19).
Menurut dia, seri FR0077, FR0081, FR0078, FR0082, FR0080dan FR0083 dapat menjadi pilihan menarik pelaku pasar dalam bertransaksi jangka pendek.
Seri akan menjadi acuan tahun depan adalah FR0081 yang akan bertenor 5 tahun yang akan jatuh tempo pada 2025, FR0082 pada 2030, FR0080 pada 2035, dan FR0083 pada 2040.
Ariawan dan tim juga menilai faktor negatif dari domestik yaitu lesunya perdagangan dapat membebani pasar. Ariawan mencatat nilai transaksi sejak awal bulan tertekan hingga Rp 9,5 triliun per hari dibandingkan rerata perdagangan harian November Rp 12,3 triliun per hari.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Dalam 2 pekan terakhir, pasar SUN mengalami koreksi tipis hampir setiap hari yang dianggap masih wajar karena pelaku pasar berharap hingga akhir tahun atau jangka menengah, pasar obligasi dapat menguat. Meskipun demikian, aliran dana investor asing yang perlahan tapi pasti terjadi sudah mulai diperhatikan meskipun nilainya belum signifikan.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.067,48 triliun SBN, atau 38,58% dari total beredar Rp 2.767 triliun berdasarkan data per 5 Desember.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 174,23 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama tahun lalu. Sejak akhir pekan lalu dan sekaligus awal bulan ini, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 320 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas) Next Article Kali Ini, Cuitan Trump Bakal Hijaukan Pasar SUN
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular