Perombakan BUMN-Trump: Deretan Sentimen Pasar Pekan Depan

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
08 December 2019 19:44
Perombakan BUMN-Trump: Deretan Sentimen Pasar Pekan Depan
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 2,9% ke 6.186,87. Sementara itu, pekan depan indeks bursa saham tanah air ada peluang digerakkan oleh berbagai sentimen yang datang dari domestik maupun global.

Dari pasar dalam negeri, pelaku pasar perlu mencermati dua sentimen utama yang mempengaruhi selera risiko investor saham pekan depan.

Pertama terkait aksi 'bersih-bersih' BUMN yang dilakukan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir. Gebrakan demi gebrakan dilakukan oleh Erick Thohir yang belum genap 3 bulan menjabat sebagai menteri di kabinet Jokowi jilid II.

Gebrakan terbaru yang dilakukan adalah memberhentikan sementara Direksi PT Garuda Indonesia Tbk. yang terlibat dalam skandal penyelundupan moge Harley Davidson dan sepeda Brompton di pesawat Airbus A330-900 Neo.

Skandal tersebut melibatkan Direktur Utama Garuda I Gusti Ngurah Askhara. Dalam penerbangan tersebut ada tiga direksi maskapai BUMN tersebut yang tercatat dalam manifes.

Meski demikian, direksi baru belum akan dipilih dalam waktu dekat. Direksi baru akan diumumkan 45 hari lagi alias Januari 2020 nanti.

Tak sampai di situ saja, baru-baru ini pria berusia 49 tahun tersebut juga menetapkan aturan baru yang melarang BUMN untuk membagikan atau memberikan suvenir dalam setiap penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Hal tersebut tertulis dalam Surat Edaran Menteri Badan Usaha Milik Negara SE-8/MBU/12/2019.

Langkah demi langkah yang dilakukan untuk meningkatkan citra dan kinerja BUMN dilakukan oleh Erick mampu menjadi sentimen positif untuk saham-saham emiten BUMN. Agenda paling dekat adalah RUPSLB Bank Mandiri yang akan diselenggarakan pada Senin (9/12/2019).

Kedua, data penjualan ritel bulan Oktober akan dirilis pada Selasa (10/12/2019). Konsensus yang berhasil dihimpun oleh Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan penjualan eceran bulan Oktober akan tumbuh 2,9% secara tahunan (yoy).

Penjualan ritel tanah air terus mengalami penurunan sejak bulan Agustus. Pada bulan kedelapan tahun ini penjualan ritel naik 1,1% (yoy) lebih rendah dibanding Juli yang mampu tumbuh 2,4% (yoy).

Perlambatan pertumbuhan berlanjut di bulan September yang cuma tumbuh minimalis 0,7%. Jika penjualan ritel Oktober mampu tumbuh lebih tinggi dibanding tiga bulan sebelumnya, maka hal ini akan jadi sentimen positif untuk bursa saham tanah air terutama emiten ritel.
Beralih ke sentimen global. Pasar ekuitas tanah air juga akan dipengaruhi oleh isu-isu yang berkembang di dunia. Investor perlu mencermati dua sentimen utama yang mempengaruhi pergerakan saham tanah air.

Pertama apalagi kalau bukan kelanjutan perang dagang antara AS dan China. Perkembangan terbaru, negosiasi dagang yang terjadi antara keduanya berjalan konstruktif dan semakin dekat dengan kesepakatan.

Hal tersebut diungkapkan oleh Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow. Mengutip CNBC International, Larry mengatakan “kesepakatan semakin dekat, bahkan lebih dekat dibanding pertengahan bulan November lalu”.

Kudlow juga menambahkan “Faktanya hampir setiap hari diskusi berlangsung dengan konstruktif. Kita semakin dekat dengan kesepakatan....tidak ada tenggat waktu yang mengikat secara sepihak. Namun tak dapat dipungkiri, 15 Desember akan menjadi tanggal yang penting apakah tarif akan dikenakan atau tidak”.

Prioritas China masih sama yaitu agar AS membatalkan pengenaan tarif yang efektif pada 15 Desember nanti sebagai bagian dari kesepakatan dagang fase I. Perlu diketahui bersama bahwa pada tanggal tersebut AS akan secara efektif mengenakan tarif 15% untuk produk impor China senilai US$ 165 miliar.

Selain terkait negosiasi dagang, Trump juga menyoroti dana pinjaman yang diberikan Bank Dunia untuk China sebesar US$ 1,5 miliar atau setara dengan Rp 21 triliun. Menurut Trump, China itu negara kaya sehingga tidak relevan Bank Dunia meminjamkan uang ke negara tersebut.

Bahkan menurut Trump, jika tak punya uang, China masih bisa membuat duit dengan sendirinya. Ia meminta Bank Dunia untuk stop meminjamkan Beijing uang dengan alasan apapun.

Namun, dengan data ekonomi yang positif dinilai para analis dan ekonom akan menguatkan posisi para negosiator AS yang berpotensi menyebabkan mundurnya kesepakatan dagang fase-I.

Sentimen global yang kedua yang juga perlu dicermati investor adalah terkait pemakzulan Donald Trump. Belum tuntas urusan dagang dengan China kini Trump tersandung masalah internal. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Nancy Pelosi kini memberi lampu hijau pada Komite DPR untuk menyusun pasal-pasal pelengseran Trump. Bahkan ia memberi tenggat waktu hingga 12 Desember ini.

Pelosi menyebut hal itu perlu dilakukan karena merasa Trump memang telah menyalahgunakan kekuasaannya sebagai pemimpin AS. Pelosi juga mengatakan bahwa demokrasi di AS sedang dipertaruhkan. Ketidakpastian terkait damai dagang AS-China serta isu pemakzulan presiden AS ke-45 tersebut membuat kondisi global menjadi tak menentu.



TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular