
Perombakan BUMN-Trump: Deretan Sentimen Pasar Pekan Depan
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
08 December 2019 19:44

Beralih ke sentimen global. Pasar ekuitas tanah air juga akan dipengaruhi oleh isu-isu yang berkembang di dunia. Investor perlu mencermati dua sentimen utama yang mempengaruhi pergerakan saham tanah air.
Pertama apalagi kalau bukan kelanjutan perang dagang antara AS dan China. Perkembangan terbaru, negosiasi dagang yang terjadi antara keduanya berjalan konstruktif dan semakin dekat dengan kesepakatan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow. Mengutip CNBC International, Larry mengatakan “kesepakatan semakin dekat, bahkan lebih dekat dibanding pertengahan bulan November lalu”.
Kudlow juga menambahkan “Faktanya hampir setiap hari diskusi berlangsung dengan konstruktif. Kita semakin dekat dengan kesepakatan....tidak ada tenggat waktu yang mengikat secara sepihak. Namun tak dapat dipungkiri, 15 Desember akan menjadi tanggal yang penting apakah tarif akan dikenakan atau tidak”.
Prioritas China masih sama yaitu agar AS membatalkan pengenaan tarif yang efektif pada 15 Desember nanti sebagai bagian dari kesepakatan dagang fase I. Perlu diketahui bersama bahwa pada tanggal tersebut AS akan secara efektif mengenakan tarif 15% untuk produk impor China senilai US$ 165 miliar.
Selain terkait negosiasi dagang, Trump juga menyoroti dana pinjaman yang diberikan Bank Dunia untuk China sebesar US$ 1,5 miliar atau setara dengan Rp 21 triliun. Menurut Trump, China itu negara kaya sehingga tidak relevan Bank Dunia meminjamkan uang ke negara tersebut.
Bahkan menurut Trump, jika tak punya uang, China masih bisa membuat duit dengan sendirinya. Ia meminta Bank Dunia untuk stop meminjamkan Beijing uang dengan alasan apapun.
Namun, dengan data ekonomi yang positif dinilai para analis dan ekonom akan menguatkan posisi para negosiator AS yang berpotensi menyebabkan mundurnya kesepakatan dagang fase-I.
Sentimen global yang kedua yang juga perlu dicermati investor adalah terkait pemakzulan Donald Trump. Belum tuntas urusan dagang dengan China kini Trump tersandung masalah internal. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Nancy Pelosi kini memberi lampu hijau pada Komite DPR untuk menyusun pasal-pasal pelengseran Trump. Bahkan ia memberi tenggat waktu hingga 12 Desember ini.
Pelosi menyebut hal itu perlu dilakukan karena merasa Trump memang telah menyalahgunakan kekuasaannya sebagai pemimpin AS. Pelosi juga mengatakan bahwa demokrasi di AS sedang dipertaruhkan. Ketidakpastian terkait damai dagang AS-China serta isu pemakzulan presiden AS ke-45 tersebut membuat kondisi global menjadi tak menentu.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Pertama apalagi kalau bukan kelanjutan perang dagang antara AS dan China. Perkembangan terbaru, negosiasi dagang yang terjadi antara keduanya berjalan konstruktif dan semakin dekat dengan kesepakatan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow. Mengutip CNBC International, Larry mengatakan “kesepakatan semakin dekat, bahkan lebih dekat dibanding pertengahan bulan November lalu”.
Prioritas China masih sama yaitu agar AS membatalkan pengenaan tarif yang efektif pada 15 Desember nanti sebagai bagian dari kesepakatan dagang fase I. Perlu diketahui bersama bahwa pada tanggal tersebut AS akan secara efektif mengenakan tarif 15% untuk produk impor China senilai US$ 165 miliar.
Selain terkait negosiasi dagang, Trump juga menyoroti dana pinjaman yang diberikan Bank Dunia untuk China sebesar US$ 1,5 miliar atau setara dengan Rp 21 triliun. Menurut Trump, China itu negara kaya sehingga tidak relevan Bank Dunia meminjamkan uang ke negara tersebut.
Bahkan menurut Trump, jika tak punya uang, China masih bisa membuat duit dengan sendirinya. Ia meminta Bank Dunia untuk stop meminjamkan Beijing uang dengan alasan apapun.
Namun, dengan data ekonomi yang positif dinilai para analis dan ekonom akan menguatkan posisi para negosiator AS yang berpotensi menyebabkan mundurnya kesepakatan dagang fase-I.
Sentimen global yang kedua yang juga perlu dicermati investor adalah terkait pemakzulan Donald Trump. Belum tuntas urusan dagang dengan China kini Trump tersandung masalah internal. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Nancy Pelosi kini memberi lampu hijau pada Komite DPR untuk menyusun pasal-pasal pelengseran Trump. Bahkan ia memberi tenggat waktu hingga 12 Desember ini.
Pelosi menyebut hal itu perlu dilakukan karena merasa Trump memang telah menyalahgunakan kekuasaannya sebagai pemimpin AS. Pelosi juga mengatakan bahwa demokrasi di AS sedang dipertaruhkan. Ketidakpastian terkait damai dagang AS-China serta isu pemakzulan presiden AS ke-45 tersebut membuat kondisi global menjadi tak menentu.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular