Adu Data Ekonomi, Kurs Dolar Australia Turun Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 December 2019 11:54
Sementara pada hari ini, BI melaporkan cadangan devisa per akhir November sebesar US$ 126,6 miliar.
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia kembali melemah melawan rupiah pada perdagangan Jumat (6/12/2019), melanjutkan penurunan pada Kamis kemarin.

Pada pukul 11:05 WIB, AU$ 1 setara dengan Rp 9.596,52, dolar Australia melemah 0,11% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelum berada di titik tersebut, Mata Uang Kanguru sempat melemah 0,36% ke Rp 9.573,03/AU$.


Pelemahan di pasar spot juga berdampak pada kurs dolar Australia di dalam negeri. Berikut beberapa kurs jual beli yang diambil dari beberapa situs resmi bank pada pukul 11:25 WIB.

BankKurs BeliKurs Jual
Bank BNI9.558,009.630,00
Bank BRI9.509,389.682,12
Bank Mandiri9.584,009.602,00
Bank BTN9.483,009.688,00
Bank BCA9.581,429.661,42
CIMB Niaga9.596,009.604,00


Data ekonomi dari Negeri Kanguru di pekan ini dirilis mengecewakan, yang memicu spekulasi bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) akan segera memangkas suku bunga lagi.

Rabu lalu, Biro Statistik Australia melaporkan pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2019 dilaporkan sebesar 0,4% quarter-on-quarter (QoQ) lebih rendah dari pertumbuhan kuartal sebelumnya (0,6%) dan lebih rendah dari konsensus (0,5%).


Data yang dirilis Kamis pagi menunjukkan penjualan ritel Australia pada Oktober stagnan, sebesar 0% month-on-month (MoM) dari bulan September yang naik 0,2%. Stagnannya pertumbuhan penjualan ritel tersebut lebih rendah dari konsensus Trading Economics sebesar 0,3%.

Selain itu, pada periode yang sama tingkat ekspor dilaporkan turun 5% MoM sementara impor stagnan 0%. Dampaknya, surplus neraca perdagangan Australia terpangkas signifikan menjadi AU$ 4,5 miliar dari sebelumnya AU$ 6,85 miliar.

Serangkaian data tersebut membuat kurs dolar Australia anjlok 0,52% Kamis kemarin.



Sementara itu rupiah mendapat momentum penguatan setelah Bank Indonesia (BI) Kamis kemarin melaporkan indeks keyakinan konsumen (IKK) November yang mengalami kenaikan menjadi 124,2 dari bulan sebelumnya 118,4. Angka indeks di bulan November juga menjadi yang tertinggi dalam empat bulan terakhir.

Kenaikan IKK tersebut mengindikasikan adanya peningkatan optimisme terhadap kondisi ekonomi saat ini serta di masa yang akan datang. Ketika konsumen semakin optimistis, maka tingkat belanja bisa meningkat dan tentunya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.



Sementara pada hari ini, BI melaporkan cadangan devisa per akhir November sebesar US$ 126,6 miliar. Turun tipis dari posisi Oktober yaitu US$ 126,7 miliar. Penurunan tersebut masih lebih baik dari prediksi Trading Economics sebesar US$ 126,3 miliar.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,5 bulan impor atau 7,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," sebut keterangan tertulis BI yang diterbitkan Jumat (6/12/2019).

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular