Eksternal Adem, Internal Mendukung, Rupiah Raja Asia!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 December 2019 17:30
Eksternal Adem, Internal Mendukung, Rupiah Raja Asia!
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Mendapat dukungan dari eksternal dan internal, nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (5/12/2019). Mata Uang Garuda langsung menguat menguat 0,04% ke Rp 14.095/US$ dan terus bertambah hingga 0,14% di level Rp 14.080/US$ menjelang tengah hari.

Penguatan rupiah semakin membesar selepas tengah hari. Hingga akhir perdagangan rupiah tak terbendung, mencatat penguatan 0,28% di level US$ 14.060/US$. Mata Uang Garuda kini berada di level terkuat sejak 15 November.



Mayoritas mata uang utama Asia menguat melawan dolar AS pada hari ini, rupiah dengan penguatan 0,28% menjadi yang raja Asia. Melengkapi tiga besar ada peso Filipina dan ringgit Malaysia yang menguat 0,25% dan 0,17% hingga pukul 16:45 WIB.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Benua Kuning hari ini.

Harapan akan adanya kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China dalam waktu dekat membuat sentimen pelaku pasar global membaik, yang menjadi keuntungan bagi rupiah. Kala sentimen pelaku pasar membaik, aset-aset berisiko dan berimbal hasil tinggi akan menjadi target investasi, rupiah salah satunya. 

Sentimen pelaku pasar membaik setelah Bloomberg mengutip sumber yang mengetahui perundingan dagang kedua negara mengabarkan jika AS dan China sedikit lagi mencapai kata sepakat untuk membatalkan sebagian bea masuk dalam kesepakatan dagang fase satu.

Sumber yang tidak mau disebutkan namanya itu menjelaskan bahwa perkataan Presiden Donald Trump kemarin bukan berarti perundingan dagang buntu, karena dia hanya berbicara spontan. Sumber tersebut juga menambahkan para negosiator dari AS memperkirakan kesepakatan dengan China akan tercapai sebelum tanggal 15 Desember.



Kabar dari Bloomberg tersebut kemudian diperkuat dengan pernyataan Presiden AS Donald Trump. "Diskusi (dagang dengan China) berjalan sangat baik dan kita lihat apa yang akan terjadi," kata Trump kepada jurnalis di sela-sela pertemuan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Inggris, seperti diberitakan Reuters.

Di sisi lain, dolar AS sedang mengalami tekanan di pekan ini. Sejak Senin lalu, indeks dolar yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam terus merosot. Hingga sore ini, indeks dolar melemah 0,14% ke level US$ 97,51, sementara jika dilihat sejak awal pekan sudah merosot 0,77%. 

Data terbaru yang dirilis dari AS memberikan tekanan bagi greenback. Automatic Data Processing Inc. (ADP) pada Rabu malam melaporkan sepanjang November perekonomian AS menyerap tenaga kerja (di luar sektor pertanian) hanya 67.000 orang, jauh di bawah konsensus Dow Jones 150.000 orang.

Data ini kerap dijadikan acuan rilis data tenaga kerja AS versi pemerintah (non-farm payroll) yang akan dirilis pada hari Jumat (6/12/2019) nanti.



Data lain yang dirilis oleh Institute for Supply Management menunjukkan ekspansi sektor non-manufaktur AS menunjukkan pelambatan di bulan November. Dolar AS pun dibuat babak belur oleh data-data tersebut. Mendapat dukungan eksternal, rupiah beroleh tenaga tambahan menguat setelah Bank Indonesia (BI) merilis hasil survei keyakinan konsumen.

BI merilis indeks keyakinan konsumen (IKK) bulan November yang mengalami kenaikan menjadi 124,2 dari bulan sebelumnya 118,4. Angka indeks di bulan November juga menjadi yang tertinggi dalam empat bulan terakhir. 

Kenaikan IKK tersebut mengindikasikan adanya peningkatan optimisme terhadap kondisi ekonomi saat ini serta di masa yang akan datang. Ketika konsumen semakin optimistis, maka tingkat belanja bisa meningkat dan tentunya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. 

Rupiah pun sukses terus menekan dolar pada hari ini hingga menjadi raja mata uang utama Asia. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular