
Rupiah Jaya di Kurs Tengah BI dan Spot, Terima Kasih Trump!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 December 2019 10:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga setia di jalur hijau di perdagangan pasar spot.
Pada Kamis (5/12/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.094. Rupiah menguat 0,22% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Sementara di 'arena' pasar spot, rupiah juga menguat. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.080, di mana rupiah menguat 0,14%.
Mata uang Tanah Air sudah menguat sejak pembukaan pasar. Meski penguatannya relatif terbatas, tetapi setidaknya rupiah belum sampai terjerumus ke zona merah.
Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia pun perkasa di hadapan greenback. Pertanda bahwa pelaku pasar sedang punya risk appetite yang tinggi sehingga berkenan masuk ke pasar keuangan Benua Kuning.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:05 WIB:
Hubungan AS-China masih dominan dalam menentukan arah pergerakan pasar. Setelah kemarin terjadi pelepasan aset-aset berisiko karena Presiden AS Donald Trump bilang kesepakatan dagang dengan China bisa menunggu sampai usai Pemilu tahun depan, orang yang sama kembali memberi angin surga.
"Diskusi (dagang dengan China) berjalan sangat baik dan kita lihat apa yang akan terjadi," kata Trump kepada jurnalis di sela-sela pertemuan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Inggris, seperti diberitakan Reuters.
Padahal Trump hanya menyampaikan satu kalimat, tetapi itu sudah cukup bagi pelaku pasar untuk membuat pesta besar-besaran. Dini hari tadi waktu Indonesia, Wall Street menguat cukup signifikan di mana Dow Jones Industrial Average naik 0,53%, S&P 500 terangkat 0,63%, dan Nasdaq Composite bertambah 0,54%.
Investor kembali berani mengambil risiko dan arus modal mendatangi pasar keuangan Asia. Hasilnya, mata uang Asia ramai-ramai menguat, tidak terkecuali rupiah.
Namun bukan berarti semua bakal baik-baik saja. Pasalnya, AS-China sepertinya masih agak jauh dari kata sepakat.
Wilbur Ross, Menteri Perdagangan AS, menegaskan bahwa hal terpenting dari kesepakatan dagang buka waktu, tetapi isinya. Ini memberi pesan bahwa perjanjian damai dagang AS-China entah fase ke berapa bisa saja tidak terwujud dalam waktu dekat.
"Intinya, kita perlu kesepakatan yang bagus. Apakah itu diteken Desember ini, Desember tahun depan, soal tanggal tidak lebih penting dari isi kesepakatan. Hal terpenting adalah kesepakatan yang bagus," kata Ross, seperti diberitakan Reuters.
Namun, Ross juga menekankan bahwa kesepakatan dagang AS-China harus terjadi. Jika terus ditunda, maka dikhawatirkan malah tidak ada kesepakatan.
"Hadapi saja, kalau tidak tidak mencapai kesepakatan dengan China, maka akan lama, lama, lama sekali sebelum peluang itu datang lagi. Kami hanya merekomendasikan, keputusan final tidak di tangan saya," lanjut Ross.
Ya, adalah Trump dan Presiden China Xi Jinping yang menjadi penentu. Kedua pemimpin ini yang akan memutuskan jadi tidaknya AS-China menandatangani perjanjian damai dagang.
Oleh karena itu, dinamika hubungan AS-China masih begitu tinggi. Situasi bisa berubah dalam hitungan hari. Sekarang A, besok bisa Z. Sekarang euforia, besok bisa berduka.
Namun seperti kata pepatah, nikmati lah apa yang didapat hari ini. Besok? Urusan nanti...
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Kamis (5/12/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.094. Rupiah menguat 0,22% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Sementara di 'arena' pasar spot, rupiah juga menguat. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.080, di mana rupiah menguat 0,14%.
Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia pun perkasa di hadapan greenback. Pertanda bahwa pelaku pasar sedang punya risk appetite yang tinggi sehingga berkenan masuk ke pasar keuangan Benua Kuning.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:05 WIB:
Hubungan AS-China masih dominan dalam menentukan arah pergerakan pasar. Setelah kemarin terjadi pelepasan aset-aset berisiko karena Presiden AS Donald Trump bilang kesepakatan dagang dengan China bisa menunggu sampai usai Pemilu tahun depan, orang yang sama kembali memberi angin surga.
"Diskusi (dagang dengan China) berjalan sangat baik dan kita lihat apa yang akan terjadi," kata Trump kepada jurnalis di sela-sela pertemuan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Inggris, seperti diberitakan Reuters.
Padahal Trump hanya menyampaikan satu kalimat, tetapi itu sudah cukup bagi pelaku pasar untuk membuat pesta besar-besaran. Dini hari tadi waktu Indonesia, Wall Street menguat cukup signifikan di mana Dow Jones Industrial Average naik 0,53%, S&P 500 terangkat 0,63%, dan Nasdaq Composite bertambah 0,54%.
Investor kembali berani mengambil risiko dan arus modal mendatangi pasar keuangan Asia. Hasilnya, mata uang Asia ramai-ramai menguat, tidak terkecuali rupiah.
Namun bukan berarti semua bakal baik-baik saja. Pasalnya, AS-China sepertinya masih agak jauh dari kata sepakat.
Wilbur Ross, Menteri Perdagangan AS, menegaskan bahwa hal terpenting dari kesepakatan dagang buka waktu, tetapi isinya. Ini memberi pesan bahwa perjanjian damai dagang AS-China entah fase ke berapa bisa saja tidak terwujud dalam waktu dekat.
"Intinya, kita perlu kesepakatan yang bagus. Apakah itu diteken Desember ini, Desember tahun depan, soal tanggal tidak lebih penting dari isi kesepakatan. Hal terpenting adalah kesepakatan yang bagus," kata Ross, seperti diberitakan Reuters.
Namun, Ross juga menekankan bahwa kesepakatan dagang AS-China harus terjadi. Jika terus ditunda, maka dikhawatirkan malah tidak ada kesepakatan.
"Hadapi saja, kalau tidak tidak mencapai kesepakatan dengan China, maka akan lama, lama, lama sekali sebelum peluang itu datang lagi. Kami hanya merekomendasikan, keputusan final tidak di tangan saya," lanjut Ross.
Ya, adalah Trump dan Presiden China Xi Jinping yang menjadi penentu. Kedua pemimpin ini yang akan memutuskan jadi tidaknya AS-China menandatangani perjanjian damai dagang.
Oleh karena itu, dinamika hubungan AS-China masih begitu tinggi. Situasi bisa berubah dalam hitungan hari. Sekarang A, besok bisa Z. Sekarang euforia, besok bisa berduka.
Namun seperti kata pepatah, nikmati lah apa yang didapat hari ini. Besok? Urusan nanti...
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular