
Bank Sentralnya Tahan Bunga, Kurs Dolar Australia Melesat
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 December 2019 14:21

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar dolar Australia terhadap rupiah menguat tajam pada perdagangan Selasa (3/12/12) setelah bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) mempertahankan suku bunga acuan. Mata Uang Kanguru bahkan sudah melesat sejak Senin kemarin.
Pada pukul 13:30 WIB, AU$ 1 setara dengan Rp 9.665,14, dolar Australia menguat 0,41% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara pada Senin kemarin, tercatat melesat 0,93%. Akibat penguatan dua hari beruntun tersebut, kini kurs dolar Australia berada di dekat level tertinggi satu bulan.
Penguatan di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri. Berikut kurs jual beli yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 13:45 WIB.
Dalam pengumuman kebijakan moneter hari ini, RBA mempertahankan suku bunga 0,75% yang merupakan rekor terendah sepanjang masa. Sepanjang tahun ini, bank sentral pimpinan Philip Lowe ini sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali masing-masing sebesar 25 basis poin (bps).
Sebelumnya data ekonomi yang buruk dari Australia, diantaranya tingkat pengangguran yang naik menjadi 5,3% di bulan Oktober, dari bulan sebelumnya 5,2%, membuat sebagian analis memprediksi RBA akan memangkas suku bunganya lagi.
Meski menahan suku bunga, RBA tetap membuka peluang suku bunga akan kembali dipangkas untuk memberikan stimulus ke perekonomian. "Anggota Dewan sudah bersiap untuk kembali melonggarkan kebijakan moneter jika dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan" kata Gubernur Lowe sebagaimana dilansir Reuters.
Reuters juga mewartakan, pelaku pasar kini hampir yakin RBA akan memangkas suku bunga lagi sebesar 25 bps menjadi 0,5% pada bulan April, dan ada kemungkinan selanjutnya kembali dipangkas hingga mencapai 0,25%.
Suku bunga yang belum akan dipangkas lagi dalam waktu dekat membuat dolar Australia perkasa, apalagi ada kemungkinan perekonomian global akan bangkit seandainya Amerika Serikat dan China pada akhirnya mencapai kesepakatan dagang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
Pada pukul 13:30 WIB, AU$ 1 setara dengan Rp 9.665,14, dolar Australia menguat 0,41% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara pada Senin kemarin, tercatat melesat 0,93%. Akibat penguatan dua hari beruntun tersebut, kini kurs dolar Australia berada di dekat level tertinggi satu bulan.
Penguatan di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri. Berikut kurs jual beli yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 13:45 WIB.
Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
Bank BNI | 9.628,00 | 9.700,00 |
Bank BRI | 9.544,79 | 9.717,70 |
Bank Mandiri | 9.612,00 | 9.645,00 |
Bank BTN | 9.529,00 | 9.733,00 |
Bank BCA | 9.645,79 | 9.675,79 |
CIMB Niaga | 9.631,00 | 9.639,00 |
Dalam pengumuman kebijakan moneter hari ini, RBA mempertahankan suku bunga 0,75% yang merupakan rekor terendah sepanjang masa. Sepanjang tahun ini, bank sentral pimpinan Philip Lowe ini sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali masing-masing sebesar 25 basis poin (bps).
Sebelumnya data ekonomi yang buruk dari Australia, diantaranya tingkat pengangguran yang naik menjadi 5,3% di bulan Oktober, dari bulan sebelumnya 5,2%, membuat sebagian analis memprediksi RBA akan memangkas suku bunganya lagi.
Meski menahan suku bunga, RBA tetap membuka peluang suku bunga akan kembali dipangkas untuk memberikan stimulus ke perekonomian. "Anggota Dewan sudah bersiap untuk kembali melonggarkan kebijakan moneter jika dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan" kata Gubernur Lowe sebagaimana dilansir Reuters.
Reuters juga mewartakan, pelaku pasar kini hampir yakin RBA akan memangkas suku bunga lagi sebesar 25 bps menjadi 0,5% pada bulan April, dan ada kemungkinan selanjutnya kembali dipangkas hingga mencapai 0,25%.
Suku bunga yang belum akan dipangkas lagi dalam waktu dekat membuat dolar Australia perkasa, apalagi ada kemungkinan perekonomian global akan bangkit seandainya Amerika Serikat dan China pada akhirnya mencapai kesepakatan dagang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular