Perang Dagang di Mana-mana, Rupiah Tak Bertenaga

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 December 2019 10:43
Perang Dagang di Mana-mana, Rupiah Tak Bertenaga
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga menghuni zona merah di perdagangan pasar spot.

Pada Selasa (3/12/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.130. Rupiah melemah 0,06% dibandingkan posisi sehari sebelumnya sekaligus menjadi yang terlemah sejak 21 Oktober.

Lebih sedih lagi, mata uang Tanah Air sudah melemah lima hari beruntun di kurs tengah BI. Selama lima hari tersebut, depresiasi rupiah adalah 0,34%.

 

Tidak hanya di kurs tengah BI, depresiasi rupiah juga terjadi di pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.125 di mana rupiah melemah 0,04%.

Kala pembukaan pasar, rupiah mampu menguat tipis 0,07%. Seiring jalan, penguatan itu habis dan rupiah masuk jalur merah.



Apa boleh buat, faktor eksternal memang sedang tidak suportif bagi rupiah. Isu perang dagang masih menjadi fokus utama pelaku pasar.

Kini datang kabar terbaru dari hubungan AS-China. Selepas Presiden AS Donald Trump meneken Undang-undang (UU) penegakan demokrasi dan hak asasi manusia di Hong Kong pekan lalu, relasi kedua negara agak memburuk.

China tidak terima karena AS dinilai terlalu ikut campur urusan rumah tangga mereka. Oleh karena itu, Beijing pun menyiapkan 'serangan balasan'.


Terbaru, Kongres AS dikabarkan akan membuat UU baru yang bisa memancing amarah China yaitu penegakan hak asasi manusia di Xinjiang. Daerah ini kerap menjadi sorotan karena ditengarai menjadi 'kamp konsentrasi' bagi etnik Uighur yang beragama Islam.

"Dari apa yang saya tahu, karena Kongres AS akan mengesahkan UU terkait Xinjiang, China mempertimbangkan untuk membatasi akses visa kepada para pejabat yang terlibat. Mungkin juga sampai melarang pemegang paspor diplomatik AS untuk masuk ke XInjiang," cuit Hu Xijin, Pemimpin Redaksi tabloid Global Times (yang berafiliasi dengan pemerintah China), di Twitter.


Gesekan Washington-Beijing membuat prospek damai dagang menjadi samar-samar. Padahal pelaku pasar sudah berekspektasi kedua negara akan menandatangani perjanjian damai dagang Fase I dalam waktu dekat.

Selain AS-China, investor juga mewaspadai risiko perang dagang di Benua Amerika. Malam tadi waktu Indonesia, Trump menegaskan segera memberlakukan bea masuk untuk impor baja dan aluminium dari Brasil dan Argentina. Sang presiden ke-45 Negeri Adidaya beralasan selama ini mata uang dua negara tersebut terlalu lemah sehingga merugikan AS.


"Brasil dan Argentina telah melemahkan mata uang mereka, yang ini tidak bagus buat para petani kita. Oleh karena itu, berlaku efektif segera, saya akan mengenakan bea masuk bagi impor baja dan aluminium dari dua negara tersebut. The Federal Reserve (Bank Sentral AS) seharusnya bertindak sehingga negara-negara seperti itu tidak lagi memanfaatkan penguatan dolar AS untuk melemahkan mata uangnya. Situasi ini membuat manufaktur dan petani kita kesulitan untuk mengekspor. Turunkan bunga dan longgarkan, Fed!" tegas Trump dalam cuitan di Twitter.

Perang dagang yang memanas membuat investor memilih untuk bermain aman. Akibatnya, arus modal masuk ke negara-negara berkembang menjadi seret.




TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular