
Harga Turun Lagi, Benarkah Masa Depan Batu Bara Suram?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
02 December 2019 13:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas batu bara ditutup menguat pada perdagangan pekan lalu. Kenaikan harga batu bara terjadi setelah mengalami tren koreksi sepanjang pekan terakhir bulan November.
Jumat (29/11/2019), harga batu bara kontrak futures ICE Newcastle ditutup menguat 0,65% ke level US$ 69,35/ton. Pada periode 21-28 November 2019, harga batu bara terkoreksi sebesar 3,36% secara point to point.
Baru-bari ini perusahaan tambang batu bara terbesar di India, Coal India mengumumkan produksi batu bara bulan November turun 3,9% menjadi 50,02 juta ton. Produksi pada bulan yang sama tahun lalu mencapai 52,06 juta ton.
Aktivitas penggalian batu bara juga terkontraksi 7,6% menjadi 47,37 juta ton dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 51,26 juta ton.
Perlu diketahui bersama Coal India merupakan BUMN India dan menjadi perusahaan tambang batu bara terbesar ke-enam di dunia. Coal India berkontribusi terhadap 82% dari total produksi negeri India.
Penurunan produksi batu bara Coal India terjadi seiring dengan penurunan konsumsi batu bara India. Konsumsi batu bara India sejak April tahun ini memang mengalami penurunan. Penurunan ini tercatat merupakan penurunan pertama dalam periode 10 tahun terakhir.
Berdasarkan studi The Institute for Energy Economics and Financial Analysis, sejak April-Oktober tahun ini, konsumsi batu bara termal untuk pembangkit listrik turun 2,3 juta ton dibanding periode yang sama tahun lalu, mengutip Quartz India.
Penurunan konsumsi batu bara terjadi akibat peningkatan suplai energi tenaga air dan tenaga nuklir. India yang diguyur hujan lebat dan terlebat dalam 25 tahun terakhir menyebabkan pasokan air jadi melimpah.
Hasilnya pembangkit listrik tenaga air menghasilkan 96 terawatt-hours (TWh), 9,8% lebih tinggi dari ketetapan Central Electricity Authority (CEA) India. Output listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga nuklir juga naik 11,45% melebihi rencana CEA.
Di samping peningkatan output dari sumber energi alternatif. Kondisi perekonomian India yang melambat turut mempengaruhi konsumsi listrik. Sejak April-September 2019,daya listrik yang dihasilkan rencananya mencapai 680 TWh. Namun nyatanya jauh lebih rendah sekitar 659 TWh.
Penurunan produksi ini seharusnya dapat meningkatkan impor batu bara untuk memenuhi kebutuhan domestik. Namun nyatanya konsumsi listrik dan batu bara pun terus mengalami penurunan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/hps) Next Article Sampai Akhir 2019, Harga Batu Bara Tak Kunjung Beranjak
Jumat (29/11/2019), harga batu bara kontrak futures ICE Newcastle ditutup menguat 0,65% ke level US$ 69,35/ton. Pada periode 21-28 November 2019, harga batu bara terkoreksi sebesar 3,36% secara point to point.
Aktivitas penggalian batu bara juga terkontraksi 7,6% menjadi 47,37 juta ton dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 51,26 juta ton.
Perlu diketahui bersama Coal India merupakan BUMN India dan menjadi perusahaan tambang batu bara terbesar ke-enam di dunia. Coal India berkontribusi terhadap 82% dari total produksi negeri India.
Penurunan produksi batu bara Coal India terjadi seiring dengan penurunan konsumsi batu bara India. Konsumsi batu bara India sejak April tahun ini memang mengalami penurunan. Penurunan ini tercatat merupakan penurunan pertama dalam periode 10 tahun terakhir.
Berdasarkan studi The Institute for Energy Economics and Financial Analysis, sejak April-Oktober tahun ini, konsumsi batu bara termal untuk pembangkit listrik turun 2,3 juta ton dibanding periode yang sama tahun lalu, mengutip Quartz India.
Penurunan konsumsi batu bara terjadi akibat peningkatan suplai energi tenaga air dan tenaga nuklir. India yang diguyur hujan lebat dan terlebat dalam 25 tahun terakhir menyebabkan pasokan air jadi melimpah.
Hasilnya pembangkit listrik tenaga air menghasilkan 96 terawatt-hours (TWh), 9,8% lebih tinggi dari ketetapan Central Electricity Authority (CEA) India. Output listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga nuklir juga naik 11,45% melebihi rencana CEA.
Di samping peningkatan output dari sumber energi alternatif. Kondisi perekonomian India yang melambat turut mempengaruhi konsumsi listrik. Sejak April-September 2019,daya listrik yang dihasilkan rencananya mencapai 680 TWh. Namun nyatanya jauh lebih rendah sekitar 659 TWh.
Penurunan produksi ini seharusnya dapat meningkatkan impor batu bara untuk memenuhi kebutuhan domestik. Namun nyatanya konsumsi listrik dan batu bara pun terus mengalami penurunan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/hps) Next Article Sampai Akhir 2019, Harga Batu Bara Tak Kunjung Beranjak
Most Popular