Usir CAD dalam 4 Tahun, Apa Jokowi Butuh Superhero?

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
02 December 2019 08:59
Usir CAD dalam 4 Tahun, Apa Jokowi Butuh Superhero?
Foto: Pidato Jokowi (CNBC Indonesia TV)
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) seakan tak pernah bosan menyinggung masalah defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang sudah sejak lama menghantui perekonomian.

Di depan puluhan bos perusahaan kelas kakap, Jokowi tak ragu mengakui bahwa masalah tersebut sampai saat ini memang belum bisa terselesaikan dengan baik. Catatan Jokowi, sudah 10 tahun masalah ini hinggap di perekonomian Indonesia.

"Ini yang berpuluh-puluh tahun tidak pernah bisa selesaikan agenda menurunkan CAD. Tidak pernah selesai," tegas Jokowi.

Jokowi memandang, penyebab defisit transaksi berjalan tak lepas dari ketergantungan Indonesia terhadap harga komoditas strategis, serta lonjakan impor terutama di sektor minyak dan gas maupun bahan baku.

"Tidak ada masalah asal itu menjadi hal produktif di ekonomi kita sehingga dari hal yang tadi saya sampaikan memengaruhi defisit transaksi berjalan kita dan memengaruhi volatilitas rupiah dan pertumbuhan ekonomi," katanya.

Persoalan CAD memang kerap menjadi perhatian serius Jokowi. Masalah ini bahkan sudah di bawa langsung dalam rapat tertinggi bersama jajaran menteri.

Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Pasokan valas dari pos ini dinilai lebih stabil, lebih tahan lama, sehingga mampu menopang stabilitas nilai tukar.

Transaksi berjalan Indonesia terus mencatat defisit sejak 2011. Ini membuat rupiah rentan berfluktuasi cenderung melemah kala terjadi guncangan di perekonomian.

Pasalnya, mata uang Tanah Air sangat bergantung kepada pasokan devisa dari investasi portofolio di sektor keuangan yang bisa datang dan pergi kapan saja.

"Oleh sebab itu, ke depan kita memiliki agenda besar yaitu meningkatkan ekspor dan produk subtitusi impor," tegas Jokowi.

Jokowi lantas menegaskan komitmennya untuk menyelesaikan masalah CAD dengan melakukan berbagai transformasi ekonomi. Mulai dari meningkatkan ekspor dan produk subtitusi impor serta menarik devisa dari pengembangan destinasi wisata prioritas.

"Dengan transformasi ekonomi, saya yakin kita bisa menyelesaikan ini maksimal 4 tahun. Kita akan selesaikan yang namanya CAD kita," tegas Jokowi.
Defisit transaksi berjalan memang masalah pelik yang obatnya adalah mengubah struktur perekonomian. Indonesia harus berubah dari sekadar produsen dan penjual sumber daya alam menjadi industriawan.

Masalahnya, pertumbuhan industri pengolahan terus dalam tren melambat. Sudah cukup lama laju pertumbuhan industri manufaktur selalu di bawah pertumbuhan ekonomi umum.

Well, orang bilang superhero bisa menyelesaikan semua masalah. Namun apakah superhero juga mampu mengusir 'hantu' defisit transaksi berjalan di Indonesia?

Kalau superhero seperti Thor atau Captain America tentu sulit (atau bahkan mustahil) mampu menyelamatkan Indonesia dari defisit transaksi berjalan.

Thor bisa memanggil petir, Captain America punya fisik yang kuat. Bagaimana kekuatan-kekuatan itu ditranslasikan menjadi modal untuk membangun industri manufaktur?

Atau, Jokowi bisa menjadi Gatotkaca, seorang tokoh yang disebut memiliki kekuatan luar biasa untuk memberantas musuh yang bernama CAD?

Strategi Jokowi Atasi Masalah CAD
[Gambas:Video CNBC]


Namun sebenarnya superhero (andai mereka ada) mungkin bisa menjadi jawaban. Indonesia butuh Iron Man. Eh, bukan Iron Man, tetapi alter ego-nya yaitu Anthony Edward 'Tony' Stark. Sang miliuner, jenius, playboy, filantropis.

Menurut taksiran Forbes, Tony Stark punya kekayaan senilai US$ 9,3 miliar. Lalu apakah Tony Stark harus menyerahkan kekayaannya untuk membayari impor Indonesia?

Bukan begitu caranya, bung. Tony Stark adalah pemilik Stark Industries, perusahaan dengan banyak unit usaha yang bergerak di berbagai bidang. Undang saja anak-anak usaha Stark Industries untuk berinvestasi di Indonesia sehingga impor bisa dikurangi.

Kebetulan Stark Industries punya beberapa anak usaha yang cocok untuk ikut membangun industri manufaktur di Indonesia. Misalnya di industri petrokimia yang disebut Jokowi, Stark Industries membawahi Geffen-Meyer Chemical yang saat ini (menurut Marvel Universe) memiliki kawasan industri petrokimia di daerah Manhattan, New York.

Stark Industries juga punya anak usaha Barstow Electronics, yang bergerak di bidang produksi alat dan komponen produk elektronik. Kalau perusahaan yang berbasis di California ini berinvestasi di Indonesia, harapannya impor produk elektronik bisa berkurang. Sepanjang Januari-September 2019, BPS mencatat impor mesin dan alat elektronik mencapai US$ 14,29 miliar.

Namun, perlu diingat bahwa ini semua hanya angan-angan. Tidak ada Tony Stark dan Stark Industries di dunia nyata. Kalau pun ada, tidak semudah itu membuat mereka tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Bisa saja mereka lebih memilih Vietnam.

Oleh karena itu, pemerintah lah yang harus bekerja untuk menarik investasi ke Indonesia. Investasi yang datang juga sebaiknya berkualitas, yang menghasilkan nilai tambah. Jangan lagi-lagi hanya mengeksploitasi sumber daya alam.

Jadi, Pak Jokowi, memang butuh kekuatan super sakti mandraguna untuk memberantas CAD. Apalagi, bapak ingin masalah tersebut tuntas dalam 4 tahun.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular