
AS-China Berantem Lagi, Wall Street Bisa Loyo
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
28 November 2019 17:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak futures indeks bursa saham acuan bursa Wall Street diimplikasikan melemah pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (28/11/2019) seiring dengan pesimisme investor terkait hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Rabu kemarin (27/11/2019), Presiden AS Donald Trump baru saja menandatangani Undang-undang (UU) penegakan hak asasi manusia dan demokrasi di Hong Kong yang diusulkan oleh Kongres AS pekan lalu. Trump juga mengesahkan UU yang melarang penjualan amunisi seperti gas air mata dan peluru karet ke polisi Hong Kong.
"Saya meneken UU ini sebagai bentuk rasa hormat kepada Presiden Xi (Jinping), China, dan rakyat Hong Kong. UU ini disahkan dengan harapan pemimpin dan perwakilan China di Hong Kong dapat mengatasi perbedaan serta menciptakan perdamaian dan kemakmuran bagi semua," kata Trump melalui keterangan tertulis yang dirilis Gedung Putih, dilansir dari CNBC International.
Beberapa jam setelah pernyataan tersebut dirilis, Kementerian Luar Negeri China langsung memberikan respon yang dengan tegas mengecam keputusan Trump dan berulang kali mengabaikan peringatan yang telah disampaikan Beijing.
"Kami menyarankan AS untuk tidak bertindak sewenang-wenang atau China harus dengan tegas melawan, dan AS harus menanggung segala konsekuensi yang dihasilkan," tulis Kementerian Luar Negeri China dalam situs resminya, merujuk pada terjemahan CNBC International.
Pihak Negeri Tiongkok juga menyampaikan bahwa Washington seharusnya tidak meremehkan komitmen Chinaa untuk menegakkan kebijakan satu negara dua sistem.
"Kami secara resmi mengatakan kepada AS dan sejumlah politisi oposisi di Hong Kong yang mengikuti jejak AS untuk tidak meremehkan tekad kami untuk melindungi kemakmuran dan stabilitas Hong Kong,
Jangan meremehkan kepercayaan kami untuk melindungi 'kebijakan satu negara, dua sistem' dan jangan meremehkan kemampuan dan strategi kami dalam melindungi kedaulatan, keselamatan, pertumbuhan, dan hak-hak negara kami," tulis pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri China.
Kemudian, Wakil Menteri Luar Negeri China, Le Yucheng, diketahui kembali memanggil Duta Besar AS untuk China, Terry Branstad, hari ini. Lu meminta Washington untuk segera menghentikan intervensinya pada urusan dalam negeri China dan menghentikan kerusakan lebih lanjut atas hubungan diplomatik kedua negara, dilansir dari Reuters.
Respons dari pihak China sudah dengan jelas menunjukkan indikasi amarah yang dapat berujung Beijing ngambek, di mana risiko proses negosiasi dagang terhambat semakin besar. Bisa saja AS-China gagal menyepakati perjanjian damai dagang Fase I.
Pada hari ini tidak ada rilis data ekonomi dari AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Di Tengah Ancaman Resesi, Wall Street Dibuka Menghijau!
Rabu kemarin (27/11/2019), Presiden AS Donald Trump baru saja menandatangani Undang-undang (UU) penegakan hak asasi manusia dan demokrasi di Hong Kong yang diusulkan oleh Kongres AS pekan lalu. Trump juga mengesahkan UU yang melarang penjualan amunisi seperti gas air mata dan peluru karet ke polisi Hong Kong.
"Saya meneken UU ini sebagai bentuk rasa hormat kepada Presiden Xi (Jinping), China, dan rakyat Hong Kong. UU ini disahkan dengan harapan pemimpin dan perwakilan China di Hong Kong dapat mengatasi perbedaan serta menciptakan perdamaian dan kemakmuran bagi semua," kata Trump melalui keterangan tertulis yang dirilis Gedung Putih, dilansir dari CNBC International.
Beberapa jam setelah pernyataan tersebut dirilis, Kementerian Luar Negeri China langsung memberikan respon yang dengan tegas mengecam keputusan Trump dan berulang kali mengabaikan peringatan yang telah disampaikan Beijing.
"Kami menyarankan AS untuk tidak bertindak sewenang-wenang atau China harus dengan tegas melawan, dan AS harus menanggung segala konsekuensi yang dihasilkan," tulis Kementerian Luar Negeri China dalam situs resminya, merujuk pada terjemahan CNBC International.
Pihak Negeri Tiongkok juga menyampaikan bahwa Washington seharusnya tidak meremehkan komitmen Chinaa untuk menegakkan kebijakan satu negara dua sistem.
"Kami secara resmi mengatakan kepada AS dan sejumlah politisi oposisi di Hong Kong yang mengikuti jejak AS untuk tidak meremehkan tekad kami untuk melindungi kemakmuran dan stabilitas Hong Kong,
Jangan meremehkan kepercayaan kami untuk melindungi 'kebijakan satu negara, dua sistem' dan jangan meremehkan kemampuan dan strategi kami dalam melindungi kedaulatan, keselamatan, pertumbuhan, dan hak-hak negara kami," tulis pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri China.
Kemudian, Wakil Menteri Luar Negeri China, Le Yucheng, diketahui kembali memanggil Duta Besar AS untuk China, Terry Branstad, hari ini. Lu meminta Washington untuk segera menghentikan intervensinya pada urusan dalam negeri China dan menghentikan kerusakan lebih lanjut atas hubungan diplomatik kedua negara, dilansir dari Reuters.
Respons dari pihak China sudah dengan jelas menunjukkan indikasi amarah yang dapat berujung Beijing ngambek, di mana risiko proses negosiasi dagang terhambat semakin besar. Bisa saja AS-China gagal menyepakati perjanjian damai dagang Fase I.
Pada hari ini tidak ada rilis data ekonomi dari AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Di Tengah Ancaman Resesi, Wall Street Dibuka Menghijau!
Most Popular