
Internasional
Pertumbuhan Ekonomi AS Positif, Wall Street Rekor Lagi
Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
28 November 2019 06:41

Jakarta, CNBC Indonesia- Bursa Amerika Serikat (AS) kembali mencatatkan rekor pada penutupan perdagangan Rabu (27/11/2018). Sebelumnya, pada perdagangan Senin dan Selasa, reko juga dicatatkan oleh indeks-indeks utama Wall Street.
Dow Jones naik 0,2% ke 28.164,00. Sedangkan S&P 500 naik 0,4% ke 3.153,63 sementara indeks teknologi Nasdaq naik 0,7% dan ditutup di 8.705,18.
Lagi-lagi optimisme akan segera berakhirnya perang dagang AS-China menjadi penyebab. Belum lagi, AS kini tengah bersiap memasuki musim belanja seiring perayaan Thanksgiving yang menjadi hari libur besar di negara itu.
Revisi pertumbuhan ekonomi AS juga memberi angin segar bagi pasar. Pertumbuhan ekonomi AS di kuartal III-2019, lebih tinggi dibanding perkiraan.
Departemen Perdagangan AS mencatatkan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 2,1% dibanding kuartal III-2018 (YoY). Angka ini juga lebih tinggi dibanding kuartal dua lalu yang sebesar 2% dan pooling Reuters yang hanya 1,9%.
"Dari sudut pandang makro, ini benar-benar sesuai dengan narasi pertumbuhan meski melambat," kata Direktur Investasi Senior Bill Northey di Bank Wealt Management AS.
"Pertumbuhan konsumsi memang lambat, tetapi bukan berarti kolaps," tegas Tim Quinlan, Ekonom Wells Fargo Securities yang berbasis di North Carolina, seperti diberitakan Reuters.
(sef/sef) Next Article Joss! Deal AS-China Bawa Wall Street Sentuh Rekor Tertinggi
Dow Jones naik 0,2% ke 28.164,00. Sedangkan S&P 500 naik 0,4% ke 3.153,63 sementara indeks teknologi Nasdaq naik 0,7% dan ditutup di 8.705,18.
Lagi-lagi optimisme akan segera berakhirnya perang dagang AS-China menjadi penyebab. Belum lagi, AS kini tengah bersiap memasuki musim belanja seiring perayaan Thanksgiving yang menjadi hari libur besar di negara itu.
Revisi pertumbuhan ekonomi AS juga memberi angin segar bagi pasar. Pertumbuhan ekonomi AS di kuartal III-2019, lebih tinggi dibanding perkiraan.
"Dari sudut pandang makro, ini benar-benar sesuai dengan narasi pertumbuhan meski melambat," kata Direktur Investasi Senior Bill Northey di Bank Wealt Management AS.
"Pertumbuhan konsumsi memang lambat, tetapi bukan berarti kolaps," tegas Tim Quinlan, Ekonom Wells Fargo Securities yang berbasis di North Carolina, seperti diberitakan Reuters.
(sef/sef) Next Article Joss! Deal AS-China Bawa Wall Street Sentuh Rekor Tertinggi
Most Popular