
Kesepakatan Dagang Kian Dekat, Obligasi RI Malah Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 November 2019 10:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi Indonesia ditransaksikan melemah pada perdagangan ketiga di pekan ini, Rabu (27/11/2019).
Di pasar obligasi, yang menjadi acuan adalah tenor 5 tahun (FR0077), 10 tahun (FR0078), 15 tahun (FR0068), dan 20 tahun (FR0079). Pada hari ini, imbal hasil obligasi tenor 5, 10, dan 15 tahun naik masing-masing sebesar 1,6 bps, 0,9 bps, dan 0,4 bps, sementara imbal hasil obligasi tenor 20 tahun turun 0,8 bps.
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.
Semakin dekatnya kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China gagal memantik aksi beli di pasar obligasi tanah air. Pasalnya, pelaku pasar menjadi lebih memilih pasar saham ketimbang pasar obligasi. Hingga berita ini diturunkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selaku indeks saham acuan di Indonesia menguat sebesar 0,16% ke level 6.035,96.
Maklum jika pasar saham lebih menjadi pilihan investor. Pasalnya, IHSG sudah melemah selama empat hari beruntun.
Kemarin (26/11/2019), Kementerian Perdagangan China mengumumkan bahwa negosiator dagang dari AS dan China menggelar pembicaraan via sambungan telepon pada pagi hari ini waktu setempat.
Delegasi AS diwakili oleh Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer, sementara Wakil Perdana Menteri China Liu He menjadi perwakilan dari pihak China.
Kementerian Perdagangan China menyebut bahwa kedua belah pihak mendiskusikan permasalahan-permasalahan inti di bidang perdagangan. Kedua belah pihak disebut oleh Beijing setuju untuk tetap berkomunikasi guna menyegel kesepakatan dagang tahap satu.
"Kedua pihak berdiskusi guna menyelesaikan permasalahan-permasalahan inti yang ada, mencapai konsensus terkait cara yang akan digunakan guna menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut, serta setuju untuk tetap berkomunikasi terkait dengan permasalahan-permasalahan yang masih tersisa supaya kesepakatan dagang tahap satu bisa diteken," tulis Kementerian Perdagangan China dalam pernyataan resmi yang dipublikasikan kemarin pagi waktu setempat, Selasa (26/11/2019).
Lantas, perkembangan ini melengkapi pemberitaan terkait dengan perang dagang AS-China sebelumnya yang juga positif. Dalam publikasi yang dirilis pada akhir pekan kemarin, China mengumumkan bahwa pihaknya akan menaikkan besaran denda bagi pihak-pihak yang melakukan pelanggaran di bidang hak kekayaan intelektual, seperti dilansir dari CNBC International.
Seperti yang diketahui, pelanggaran dalam hal hak kekayaan intelektual merupakan salah satu faktor dibalik meletusnya perang dagang AS-China. Sebelumnya, China bersikukuh supaya AS tak menguatk-atik masalah ini dan fokus terhadap masalah yang menurut mereka lebih mudah untuk dibenahi yakni defisit neraca dagang AS dengan China.
Melunaknya China di bidang hak kekayaan intelektual dengan membebankan denda yang lebih tinggi bagi sang pelanggar menunjukkan bahwa Beijing semakin membuka diri untuk meneken kesepakatan dagang tahap satu dengan AS.
Lebih lanjut, kemarin waktu setempat Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa pembahasan terkait kesepakatan dagang tahap satu dengan China sudah hampir selesai pasca negosiator tingkat tinggi dari kedua negara menggelar pembicaraan via sambungan telepon.
"Itu (negosiasi dagang) berjalan dengan sangat baik," kata Trump, seperti dilansir dari Bloomberg.
Jika kesepakatan dagang tahap satu berhasil diteken, perputaran roda perekonomian AS dan China, berikut dengan perputaran roda perekonomian dunia, akan menjadi lebih kencang.
Walaupun bisa menjadi sentimen yang mengerek kinerja pasar obligasi tanah air, hasrat pelaku pasar untuk masuk ke pasar saham lebih tinggi sehingga obligasi terbitan pemerintah Indonesia menjadi dilego.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular