
Analisis
Pelemahan Rupiah Tipis, Peluang Menguat Juga Masih Tipis
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 November 2019 13:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (25/11/19) dengan rentang pergerakan tipis-tipis. Rupiah membuka perdagangan nyaris stagnan di level Rp 14.081/US$. Selepas itu, rupiah melemah ke level Rp 14.090, terus bergerak di antara level tersebut hingga tengah hari.
Membaiknya data ekonomi AS membuat greenback meraih momentum penguatan. Pekan lalu, indeks aktivitas manufaktur wilayah Philadelphia dilaporkan naik menjadi 10,4 pada November, jauh lebih tinggi dari Oktober pada 5,6. Sehari setelahnya, Markit melaporkan indeks aktivitas manufaktur AS naik ke 52,2 bulan ini, tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.
Rilis data-data tersebut juga konsisten dengan isi notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang menunjukkan The Fed kini lebih optimis menatap perekonomian AS dibandingkan beberapa pekan lalu.
Selain itu, harapan dan kehati-hatian investor terkait hubungan AS-China juga menjadi penggerak perdagangan kurs awal pekan ini. Harapan akan kesepakatan dagang AS-China dalam waktu dekat menguat sejak akhir pekan lalu setelah CNBC International mewartakan Presiden AS Donald Trump mengatakan kesepakatan "berpotensi sangat dekat".
"Pada dasarnya kita memiliki peluang yang sangat bagus untuk mencapai kesepakatan" kata Trump dalam acara Fox and Friends, sebagaimana dilansir CNBC International.
Meski demikian pelaku pasar belum mau bereaksi secara berlebihan dan lebih memilih wait and see. Apalagi, AS kini sudah ikut campur dalam urusan Hong Kong yang biasa mempengaruhi hubungannya dengan China. Pekan lalu, Kongres AS menyetujui aturan penegakan hak asasi manusia di Hong Kong, tetapi Trump masih belum bersikap tegas.
Dalam sebuah wawancara Fox News sebagaimana dilansir Reuters, Trump mengatakan mendukung kebebasan Hong Kong, tetapi juga sedang memperjuangkan kesepakatan dagang dengan China yang dikatakan sebagai yang terbesar dalam sejarah. Sentimen-sentimen tersebut membuat rupiah belum akan bergerak jauh atau lebar pada hari ini.
Membaiknya data ekonomi AS membuat greenback meraih momentum penguatan. Pekan lalu, indeks aktivitas manufaktur wilayah Philadelphia dilaporkan naik menjadi 10,4 pada November, jauh lebih tinggi dari Oktober pada 5,6. Sehari setelahnya, Markit melaporkan indeks aktivitas manufaktur AS naik ke 52,2 bulan ini, tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.
Selain itu, harapan dan kehati-hatian investor terkait hubungan AS-China juga menjadi penggerak perdagangan kurs awal pekan ini. Harapan akan kesepakatan dagang AS-China dalam waktu dekat menguat sejak akhir pekan lalu setelah CNBC International mewartakan Presiden AS Donald Trump mengatakan kesepakatan "berpotensi sangat dekat".
"Pada dasarnya kita memiliki peluang yang sangat bagus untuk mencapai kesepakatan" kata Trump dalam acara Fox and Friends, sebagaimana dilansir CNBC International.
Meski demikian pelaku pasar belum mau bereaksi secara berlebihan dan lebih memilih wait and see. Apalagi, AS kini sudah ikut campur dalam urusan Hong Kong yang biasa mempengaruhi hubungannya dengan China. Pekan lalu, Kongres AS menyetujui aturan penegakan hak asasi manusia di Hong Kong, tetapi Trump masih belum bersikap tegas.
Dalam sebuah wawancara Fox News sebagaimana dilansir Reuters, Trump mengatakan mendukung kebebasan Hong Kong, tetapi juga sedang memperjuangkan kesepakatan dagang dengan China yang dikatakan sebagai yang terbesar dalam sejarah. Sentimen-sentimen tersebut membuat rupiah belum akan bergerak jauh atau lebar pada hari ini.
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular