
Analisis
Jelang Pengumuman BI, Rupiah Sudah di Atas Rp 14.100/US$
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 November 2019 12:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (21/11/19) jelang pengumuman suku bunga Bank Indonesia (BI) siang ini. Selain itu hubungan AS dengan China yang semakin merenggang membuat rupiah tertekan.
Rupiah membuka perdagangan hari ini dengan stagnan di level Rp 14.090/US$, tetapi hanya sesaat, Mata Uang Garuda langsung masuk ke zona merah. Pelemahan terus berlanjut hingga sebesar 0,18% ke level Rp 14.115/US$.
Hingga Rabu kemarin, rupiah sebenarnya sudah melemah dalam tiga hari beruntun dan belum sanggup bangkit hingga hari ini. Kemungkinan gagalnya kesepakatan dagang AS-China membuat sentimen pelaku pasar memburuk. Alhasil rupiah mengalami tekanan.
Perkembangan terbaru, Reuters melaporkan penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China dapat mundur hingga tahun 2020 lantaran China berusaha untuk mendapatkan penghapusan bea masuk yang lebih agresif dari AS.
Di sisi lain, dari pihak China menyatakan banyak orang menyakini kesepakatan dalam waktu dekat, tetapi Pemerintah Beijing juga sudah siap dengan skenario perang dagang berkepanjangan.
"Beberapa orang China percaya bahwa China dan AS dapat mencapai kesepakatan segera. China menginginkan kesepakatan tetapi siap untuk skenario terburuk, perang dagang yang berkepanjangan" kata Hu Xijin, editor tabloid China Global Times yang terafiliasi dengan pemerintah, melalui Twitter, Rabu.
Sebelumnya di pada hari Selasa, Presiden AS Donald Trump mengatakan jika China tidak menandatangani kesepakatan dagang, maka bea masuk akan dinaikkan lagi.
"Jika kita tidak membuat kesepakatan dengan China, saya akan menaikkan bea masuk, bahkan lebih tinggi lagi" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.
Sampai saat ini, Trump masih berencana akan menaikkan bea masuk lagi pada tanggal 15 Desember nanti. Jika tidak ada penandatanganan kesepakatan hingga tanggal itu, maka AS akan menaikkan bea masuk produk China senilai US$ 156 miliar.
Jika hal tersebut terjadi, tentunya perang dagang AS-China akan kembali memanas dan berdampak buruk bagi perekonomian global, rupiah akan kembali tertekan.
Selain hubungan AS-China, para pelaku pasar juga menanti pengumuman suku bunga dari Bank Indonesia (BI) siang ini.
Setelah memangkas suku bunga empat bulan beruntun, masing-masing 25 basis poin (bps) ke level 5%, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menunjukkan BI kali ini BI akan mempertahankan suku bunganya.
Namun tidak menutup kemungkinan BI akan memberikan kejutan dengan kembali memangkas suku bunga.
Selain pengumuman suku bunga, pelaku pasar juga menantikan kisi-kisi seputar pembacaan BI terhadap prospek perekonomian Tanah Air. Kisi-kisi yang diberikan oleh BI bisa saja membuat rupiah berbalik menguat jika mampu meyakinkan pelaku pasar pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepannya akan semakin meningkat.
Rupiah membuka perdagangan hari ini dengan stagnan di level Rp 14.090/US$, tetapi hanya sesaat, Mata Uang Garuda langsung masuk ke zona merah. Pelemahan terus berlanjut hingga sebesar 0,18% ke level Rp 14.115/US$.
Hingga Rabu kemarin, rupiah sebenarnya sudah melemah dalam tiga hari beruntun dan belum sanggup bangkit hingga hari ini. Kemungkinan gagalnya kesepakatan dagang AS-China membuat sentimen pelaku pasar memburuk. Alhasil rupiah mengalami tekanan.
Perkembangan terbaru, Reuters melaporkan penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China dapat mundur hingga tahun 2020 lantaran China berusaha untuk mendapatkan penghapusan bea masuk yang lebih agresif dari AS.
Di sisi lain, dari pihak China menyatakan banyak orang menyakini kesepakatan dalam waktu dekat, tetapi Pemerintah Beijing juga sudah siap dengan skenario perang dagang berkepanjangan.
"Beberapa orang China percaya bahwa China dan AS dapat mencapai kesepakatan segera. China menginginkan kesepakatan tetapi siap untuk skenario terburuk, perang dagang yang berkepanjangan" kata Hu Xijin, editor tabloid China Global Times yang terafiliasi dengan pemerintah, melalui Twitter, Rabu.
Sebelumnya di pada hari Selasa, Presiden AS Donald Trump mengatakan jika China tidak menandatangani kesepakatan dagang, maka bea masuk akan dinaikkan lagi.
"Jika kita tidak membuat kesepakatan dengan China, saya akan menaikkan bea masuk, bahkan lebih tinggi lagi" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.
Sampai saat ini, Trump masih berencana akan menaikkan bea masuk lagi pada tanggal 15 Desember nanti. Jika tidak ada penandatanganan kesepakatan hingga tanggal itu, maka AS akan menaikkan bea masuk produk China senilai US$ 156 miliar.
Jika hal tersebut terjadi, tentunya perang dagang AS-China akan kembali memanas dan berdampak buruk bagi perekonomian global, rupiah akan kembali tertekan.
Selain hubungan AS-China, para pelaku pasar juga menanti pengumuman suku bunga dari Bank Indonesia (BI) siang ini.
Setelah memangkas suku bunga empat bulan beruntun, masing-masing 25 basis poin (bps) ke level 5%, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menunjukkan BI kali ini BI akan mempertahankan suku bunganya.
Namun tidak menutup kemungkinan BI akan memberikan kejutan dengan kembali memangkas suku bunga.
Selain pengumuman suku bunga, pelaku pasar juga menantikan kisi-kisi seputar pembacaan BI terhadap prospek perekonomian Tanah Air. Kisi-kisi yang diberikan oleh BI bisa saja membuat rupiah berbalik menguat jika mampu meyakinkan pelaku pasar pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepannya akan semakin meningkat.
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular