Kabar Simpang Siur dari China Bikin Rupiah Terburuk di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 November 2019 17:02
Kabar Simpang Siur dari China Bikin Rupiah Terburuk di Asia
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (19/11/19) melanjutkan kinerja negatif awal pekan kemarin.

Rupiah membuka perdagangan hari ini dengan stagnan di level Rp 14.070/US$, tetapi setelahnya langsung masuk ke zona merah. Sebelum tengah hari, rupiah sudah melemah 0,16% di level Rp 14.092/US$.

Selepas tengah hari rupiah terus bergerak di dekat level level terlemah hari ini, sebelum mengakhiri perdagangan di level Rp 14.085/US$ atau melemah 0,11% di pasar spot, melansir data Refinitiv.



Rupiah tidak sendirian, mayoritas mata uang utama Asia melemah pada perdagangan hari ini. namun, pelemahan 0,11% tersebut menjadikan rupiah mata uang dengan kinerja terburuk di Asia.

Sementara itu hingga pukul 16:10 WIB, rupee India dan dolar Taiwan menjadi mata uang yang berhasil menguat masing-masing 0,13% dan 0,04% melawan dolar AS.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia pada perdagangan hari ini.



China pada Senin kemarin memberikan sentimen positif di pasar setelah media, Xinhua, di hari Minggu melaporkan pembicaraan level tinggi kedua negara melalui telepon berlangsung konstruktif.

Laporan tersebut senada dengan pernyataan penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, pada Kamis waktu AS, yang menyebut negosiasi dengan Beijing berjalan konstruktif, dan mengatakan dua raksasa ekonomi dunia ini akan mencapai kesepakatan dalam waktu dekat setelah melakukan perundingan intensif melalui telepon.

Namun, kini China malah memberikan kabar yang berbalik 180 derajat. Pemerintah China dikabarkan pesimistis terkait kesepakatan dagang setelah Presiden AS Donald Trump menolak untuk menghapus bea masuk dari China.



"Mood di Beijing mengenai kesepakatan dagang saat ini pesimistis akibat keengganan Presiden Trump dalam menghapus bea masuk, dimana sebelumnya China percaya AS sudah sepakat akan penghapusan tersebut" kata sumber dari pemerintah China sebagaimana dikutip Eunice Yooh repoter CNBC International

Sumber tersebut juga mengatakan China kini mengamati dengan seksama situasi politik di AS, termasuk sidang pemakzulan dan pemilihan presiden 2020. Para pejabat China dikatakan mulai mempertimbangkan apakah lebih rasional untuk menunggu hingga semua urusan politik tersebut selesai akibat kemungkinan Trump tidak lagi menjabat sebagai presiden. 

Akibat laporan tersebut harapan akan adanya penandatangan kesepakatan dagang dalam waktu dekat menjadi meredup yang membuat sentimen pelaku pasar memburuk. Dampaknya rupiah terus mengalami tekanan dan tidak sempat mencicipi zona hijau perdagangan hari ini. 



Selain itu para investor juga menanti rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bulan Oktober yang akan dirilis Kamis dini hari WIB. Notula tersebut berisi detail hasil rapat kebijakan saat The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75%. 

Namun, saat itu ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan periode pemangkasan suku bunga sudah berakhir. Powell menambahkan The Fed hanya akan memangkas suku bunga lagi jika perekonomian AS memburuk. 

Dalam notulen rapat biasanya terdapat pendapat-pendapat dari para anggota pembuat kebijakan atau yang dikenal dengan Federal Open Market Committee (FOMC). Investor akan melihat berapa banyak anggota FOMC yang mendukung pernyataan Powell, dan berapa anggota yang memberikan pendapat berbeda. Dengan demikian, gambaran apakah suku bunga di AS akan kembali dipangkas atau tidak akan semakin jelas. 

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular