Sejumlah negara mengalami krisis, bukan cuma perlambatan ekonomi tapi juga masalah politik.
Tak hanya negara berkembang, goncangan juga terjadi di negara dengan kekuatan ekonomi besar. Bukan hanya Asia, ini juga menimpa negara-negara di kawasan Amerika Latin.
Bahkan Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan perlambatan terjadi hampir di 90% kawasan di dunia. IMF pun memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global di 2019 menjadi 3% di Oktober lalu, dari sebelumnya 3,3% di April dan 3,5% di Januari.
Lalu bagaimana keadaan sebenarnya? Berikut rangkuman CNBC Indonesia.
Jepang mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 sebesar 0,2% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mampu tumbuh 1,8%. Ini merupakan laju pertumbuhan terlemah sejak kuartal III-2018.
Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pertumbuhan ekonomi Jepang kuartal III-2019 di 0,8%.
"Permintaan domestik bisa menutup perlambatan di sisi eksternal. Namun ini tidak bisa terus diharapkan. Oleh karena itu, sepertinya ekonomi kuartal IV-2019 akan mengalami kontraksi," tegas Taro Saito, Executive Research Fellow di NLI Research Institute, seperti dikutip dari Reuters.
Pada kuartal III-2019, konsumsi rumah tangga Negeri Matahari Terbit tumbuh minimalis 0,4%. Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 0,6%.
Sementara ekspor, seperti disinggung Saito, terkontraksi 0,2%. Ekspor Jepang terpukul karena perang dagang dengan Korea Selatan dan terdampak perang dagang AS-China.
Penjualan ritel pada Oktober tumbuh 7,2% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 7,8% YoY dan menjadi laju terlemah sejak April.
Kemudian output industrial China pada Oktober naik 4,7% YoY. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 5,8% YoY dan di jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 5,4%.
China disebut tengah menghadapi situasi ekonomi yang kompleks, dengan tekanan penurunan di dalam negerinya. Para analis memberi peringatan ekonomi China bisa menghadapi kondisi terparah dalam tiga dekade terakhir.
"Pelemahan lanjutan bisa terjadi lagi," kata Martin Lynge Rasmussen dari Capital Economics. Dia berharap ada kebijakan pelonggaran moneter lebih lanjut di China.
Pemerintah dan bank sentral China mulai membuka rangkaian kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, seperti pemangkasan pajak dan penurunan suku bunga acuan.
Data negatif juga ditunjukkan pada harga barang yang diproduksi pabrik-pabrik di China, yang dalam angka terendah dalam tiga tahun terakhir. Harapan penyelamat ekonomi China adalah kesepakatan dagang akan terjadi dengan AS.
Ekonomi Jerman tercatat tumbuh 0,1% di kuartal III-2019 dibandingkan kuartal II-2019 (quarter to quarter/qtq). Sementara dibandingkan kuartal III-2018 (year on year/YoY), ekonomi Jerman tercatat tumbuh 0,5%.
Sebelumnya hasil survei Reuters menunjukkan, pertumbuhan ekonomi Jerman di kuartal III-2019 diprediksi berkontraksi atau negatif 0,1% dibandingkan kuartal sebelumnya, sama dengan kontraksi yang dialami kuartal sebelumnya.
"Kita tidak mengalami resesi teknikal, tapi angka pertumbuhan masih lemah," kata Menteri Ekonomi Jerman Peter Altmaier, sebagaimana dilansir Reuters.
PDB Inggris di kuartal III-2019 hanya tumbuh 0,3%. Sebelumnya di kuartal II-2019, ekonomi Inggris berkontraksi 0,2%.
Meski demikian, jika dibanding dengan kuartal III-2018 (year-on-year/YoY), pertumbuhan kuartal III melambat menjadi 1%. Ini merupakan pertumbuhan paling lambat sejak tiga bulan pertama di 2010.
Sementara data manufaktur untuk September mencatatkan penurunan 0,4% dari Agustus dan turun 1,8% dari September 2019. Hasil ini jauh lebih buruk dari proyeksi konsensus yang dihimpun oleh Reuters.
Menanggapi hal ini, Ross Walker, Kepala Ekonomi Inggris & Eropa di Pasar Natwest, mengatakan angka-angka itu sedikit mengecewakan.
Ia mengatakan ada sedikit pertumbuhan dalam penjualan ritel dan dia berharap hal ini akan mampu menopang pertumbuhan sedikit lebih tinggi.
Ekonomi Malaysia tumbuh 4,4% pada kuartal III 2019 secara tahunan atau year on year (YoY). Angka ini merupakan pertumbuhan paling lambat dalam setahun terakhir ini, kata bank sentral Malaysia.
Penyebab perlambatan di antaranya adalah melemahnya ekspor sebagai dampak dari perang dagang berkepanjangan antara AS dengan China.
Angka pertumbuhan 4,4% itu sesuai dengan proyeksi analis yang disurvei Reuters. Namun, angka itu turun dari pertumbuhan 4,9% di kuartal kedua.
Malaysia adalah satu-satunya negara Asia Tenggara yang mencatat akselerasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal April-Juni dari kuartal sebelumnya.
Mengutip Reuters, Bank Negara Malaysia (BNM) mempertahankan target pertumbuhan setahun penuh sebesar 4,3% - 4,8%. Sementara pemerintah memproyeksikan pertumbuhan di angka 4,7%.
Ekonomi Afrika Selatan diperkirakan akan melambat pada kuartal III hingga akhir September. Ini terlihat dari rilis data awal, pada Kamis, yang menunjukkan adanya penurunan di beberapa sektor termasuk produksi pertambangan untuk bulan September.
Sebelumnya pada kuartal II, ekonominya tumbuh melampaui ekspektasi dengan pertumbuhan 3,1%. Namun, pada kuartal I ekonomi negara ini berkontraksi sebesar 3,1%.
Situasi di negara Amerika Latin ini tidak jauh berbeda dengan Hong Kong. Chile dilanda demo berkepanjangan yang dipicu oleh keputusan pemerintah untuk menaikkan ongkos transportasi umum di negara itu. Ini merupakan demo terburuk pertamanya sejak negara itu kembali menganut demokrasi pada tahun 1990.
Akibat demo ini, Kementerian Keuangan Chili pada awal bulan ini mengatakan bahwa mereka telah menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 ke kisaran 1,8% hingga 2,2%, dari perkiraan sebelumnya 2,4% hingga 2,9%.
"Karena situasi yang dihadapi bangsa ini, menteri keuangan berterus terang mengenai perkiraan ini dengan kongres dan mengurangi perkiraan pertumbuhan," kata kementerian di Twitter, mengutip Reuters.
Sebelumnya, menteri keuangan yang baru diangkat Ignacio Briones mengatakan kepada wartawan bahwa ekonomi kemungkinan akan tumbuh antara 2% hingga 2,2% pada 2019.
Selepas pengunduran diri presiden Evo Morales, yang sudah memimpin Bolivia selama 14 tahun, keadaan di Bolivia berangsur membaik.
Menurut laporan Dana Moneter Internasional (IMF) baru-baru ini, ekonomi Bolivia sejak Morales pertama kali menjabat pada tahun 2006, telah berhasil tumbuh 4,9%. Hal ini menjadikan Bolivia sebagai salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan tertinggi di Amerika Latin.
Pertumbuhan kelas menengah juga cukup signifikan, dari 35% menjadi 58% antara tahun 2005 hingga 2017.
Namun, masa depan ekonomi Bolivia tidak pasti, bahkan meski tanpa kekacauan politik.
Orang Bolivia juga tidak nyaman dengan kelas menengah menurut standar dunia kaya. PDB per kapita mereka hanya sekitar US$ 3.500 per tahun, menurut IMF. Angka itu masih termasuk yang terendah di Amerika Selatan.
Daerah otonomi khusus di China ini memiliki sistem sendiri yang mengatur perekonomian. Walaupun kota ini tertekan ekonominya karena demo yang terus terjadi, ternyata perang dagang juga memberi pengaruh pada melemahnya ekonomi pusat keuangan dunia itu.
Selama kuartal III-2019 ini, PDB Hong Kong tercatat 3,2%. Sebelumnya di kuartal II-2019, ekonomi Hong Kong turun -0,4%. Hingga akhir 2019 nanti, PDB diprediksi akan jatuh ke 1,3% di 2019. Sebelum demonstrasi pecah di Agustus, pemerintah masih optimis PDB bisa mencapai 2 hingga 3% di sepanjang 2019.
Sebelumnya pada awal bulan ini, Sekretaris Keuangan Hong Kong Paul Chan Mo memperingatkan penurunan pertumbuhan ekonomi tak bisa dihindari lagi. Akan ada kemungkinan yang sangat besar, kota ini akan masuk ke dalam resesi sepanjang tahun," katanya dikutip dari South China Morning Post