
Melemah 0,01%, Rupiah Best of the Worst di Asia
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 November 2019 17:07

Jakarta, CNBC Indoesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah tipis di perdagangan pasar spot hari ini. Meski melemah, tetapi depresiasi rupiah tidak ada apa-apanya dibandingkan mata uang utama Asia lainnya.
Pada Senin (18/11/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.070 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah tipis hampir flat di 0,01% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Kala pembukaan pasar, rupiah menguat tipis 0,02%. Ternyata itu adalah posisi terbaik rupiah hari ini.
Selepas pembukaan, rupiah bergerak cenderung melemah. Namun pelemahan rupiah tipis saja, minim dinamika. Akhirmya rupiah finis dengan depresiasi 0,01%.
Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Sementara sebagian besar mata uang Asia melemah di hadapan dolar AS. Hanya dolar Taiwan, baht Thailand, dan ringgit Malaysia yang menguat.
Akan tetapi, depresiasi 0,01% membuat rupiah jadi mata uang terbaik di antara yang terburuk. Sebab mata uang Benua Kuning lainnya melemah lebih dalam.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 17:04 WIB:
Kabar bagus dari perundingan dagang antara AS dengan China memberikan sentimen positif di pasar. Tetapi investor sepertinya tidak mau berekspektasi berlebihan yang membuat rupiah bergerak antara penguatan dan pelemahan alias galau sekaligus tidak banyak bergerak atau malas bergerak (mager).
Setelah disuguhkan drama pernyataan yang kontradiktif dalam dua pekan terakhir, akhirnya kedua negara kini memberikan pernyataan yang sama. Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow pada Kamis waktu AS menyatakan bahwa negosiasi dengan Beijing berjalan konstruktif, dan mengatakan dua raksasa ekonomi dunia ini akan mencapai kesepakatan dalam waktu dekat setelah melakukan perundingan intensif melalui telepon.
Minggu kemarin giliran media China, Xinhua, yang mengatakan jika pembicaraan level tinggi kedua negara melalui telepon berlangsung konstruktif.
Meski demikian, Xinhua tidak memberikan detail sejauh mana isu-isu penting yang sudah diselesaikan, serta kapan kesepakatan dagang akan diteken. Hal inilah yang menyebabkan pelaku pasar enggan bereskpektasi berlebihan.
Apalagi pernyataan China kerap dibantah oleh AS. Dua pekan lalu misalnya, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, Gao Feng mengklaim jika kedua negara sudah sepakat untuk mencabut sebagian bea masuk. Pernyataan China tersebut menjadi awal merenggangnya hubungan kedua negara.
AS langsung membantah telah sepakat untuk mencabut bea masuk, Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, menegaskan bahwa belum ada kesepakatan soal penghapusan bea masuk. Dia menilai China melakukan klaim sepihak.
Sampai ada waktu pasti kapan kedua negara akan menandatangani kesepakatan dagang, atau setidaknya ada penjelasan lebih detail sejauh mana pembicaraan konstruktif tersebut, para investor masih akan berhati-hati, rupiah pun belum akan mengalami pergerakan besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Senin (18/11/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.070 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah tipis hampir flat di 0,01% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Kala pembukaan pasar, rupiah menguat tipis 0,02%. Ternyata itu adalah posisi terbaik rupiah hari ini.
Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Sementara sebagian besar mata uang Asia melemah di hadapan dolar AS. Hanya dolar Taiwan, baht Thailand, dan ringgit Malaysia yang menguat.
Akan tetapi, depresiasi 0,01% membuat rupiah jadi mata uang terbaik di antara yang terburuk. Sebab mata uang Benua Kuning lainnya melemah lebih dalam.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 17:04 WIB:
Kabar bagus dari perundingan dagang antara AS dengan China memberikan sentimen positif di pasar. Tetapi investor sepertinya tidak mau berekspektasi berlebihan yang membuat rupiah bergerak antara penguatan dan pelemahan alias galau sekaligus tidak banyak bergerak atau malas bergerak (mager).
Setelah disuguhkan drama pernyataan yang kontradiktif dalam dua pekan terakhir, akhirnya kedua negara kini memberikan pernyataan yang sama. Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow pada Kamis waktu AS menyatakan bahwa negosiasi dengan Beijing berjalan konstruktif, dan mengatakan dua raksasa ekonomi dunia ini akan mencapai kesepakatan dalam waktu dekat setelah melakukan perundingan intensif melalui telepon.
Minggu kemarin giliran media China, Xinhua, yang mengatakan jika pembicaraan level tinggi kedua negara melalui telepon berlangsung konstruktif.
Meski demikian, Xinhua tidak memberikan detail sejauh mana isu-isu penting yang sudah diselesaikan, serta kapan kesepakatan dagang akan diteken. Hal inilah yang menyebabkan pelaku pasar enggan bereskpektasi berlebihan.
Apalagi pernyataan China kerap dibantah oleh AS. Dua pekan lalu misalnya, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, Gao Feng mengklaim jika kedua negara sudah sepakat untuk mencabut sebagian bea masuk. Pernyataan China tersebut menjadi awal merenggangnya hubungan kedua negara.
AS langsung membantah telah sepakat untuk mencabut bea masuk, Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, menegaskan bahwa belum ada kesepakatan soal penghapusan bea masuk. Dia menilai China melakukan klaim sepihak.
Sampai ada waktu pasti kapan kedua negara akan menandatangani kesepakatan dagang, atau setidaknya ada penjelasan lebih detail sejauh mana pembicaraan konstruktif tersebut, para investor masih akan berhati-hati, rupiah pun belum akan mengalami pergerakan besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular