Neraca Dagang Surplus, Rupiah Kian Mantap di Jalur Hijau

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 November 2019 10:39
Neraca Dagang Surplus, Rupiah Kian Mantap di Jalur Hijau
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berhasil menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Ini menjadi penguatan pertama setelah rupiah melemah empat hari beruntun.

Pada Jumat (15/11/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.069. Rupiah menguat 0,21% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sebelumnya, rupiah sudah melemah selama empat hari berturut-turut. Selama periode tersebut, rupiah melemah 0,56%.


Sementara di pasar spot, rupiah masih bertahan di zona hijau. Pada pukul 10:25 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.055 di mana rupiah menguat 0,18%.

Kala pembukaan pasar, rupiah mampu menguat 0,21%. Seiring jalan, penguatan rupiah memang menipis tetapi tidak sampai habis dan melemah.


Investor lega karena satu penantian sudah berakhir, yaitu rilis data perdagangan internasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekspor Oktober 2019 terkontraksi atau turun 6,13% year-on-year (YoY) dan impor turun 16,39% YoY. Ini membuat neraca perdagangan surplus US$ 160 juta.

Padahal pelaku pasar memperkirakan neraca perdagangan bakal defisit. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan angka defisit neraca perdagangan sebesar US$ 300 juta. Sementara konsensus dari Reuters dan Bloomberg juga meramal terjadi defisit masing-masing US$ 280 juta dan US$ 240 juta.

Realisasi data perdagangan yang lebih baik dari ekspektasi ini semakin menambah 'bahan bakar' bagi rupiah. Rupiah kian mantap menapaki zona hijau, karena kondisi eksternal juga sedang kondusif.



Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga mampu menguat terhadap dolar AS. Sejauh ini hanya dolar Hong Kong, yen Jepang, dan dolar Taiwan yang masih melemah.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:28 WIB:



Situasi pasar keuangan Asia sedang kondusif karena perkembangan relasi Washington-Beijing. Meski masih maju-mundur, tetapi sepertinya dua kekuatan ekonomi terbesar di planet bumi ini bakal segera menyepakati perjanjian damai dagang fase I.

"Kita sudah semakin dekat. Mood-nya cukup bagus," kata Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Puith, di acara Council on Foreign Relations di Washington, seperti diberitakan Reuters.

Kudlow menambahkan tim negosiator AS dan China terus melakukan komunikasi intensif melalui telepon. Pembicaraan berlangsung konstruktif sehingga kesepakatan damai dagang bisa dicapai dalam waktu dekat.


Kemarin, pasar sempat cemas karena Presiden AS Donald Trump memberi sinyal yang mixed. Dalam acara Economic Club di New York, Trump menyebut bahwa AS-China akan segera mencapai kesepakatan dagang.

Namun jika kesepakatan tidak terjadi, maka Trump bakal kembali menaikkan bea masuk untuk produk-produk asal China. Bahkan kenaikannya disebut substansial.

Oleh karena itu, pasar menanti perkembangan berikutnya dan ternyata positif. Pernyataan Kudlow berhasil meredam kekhawatiran, setidaknya untuk saat ini.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular