
Winter is Coming, Bisakah Harga Batu Bara Melejit?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
15 November 2019 10:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara ditutup naik pada perdagangan kemarin, Kamis (14/11/2019). Sejak awal pekan ini, harga batu bara cenderung mengalami tren kenaikan.
Harga batu bara kontrak ICE Newcastle ditutup menguat 35 sen atau 0,52% ke level US$ 67,8/ton pada perdagangan kemarin. Pekan ini harga batu bara mengalami kenaikan sebesar 1,95% sejak Senin hingga Kamis kemarin.
Menjelang musim dingin yang jatuh pada akhir tahun hingga Februari tahun berikutnya, permintaan terhadap pemanas akan naik. Hal tersebut biasanya mendongkrak kebutuhan energi listrik.
Salah satu bahan bakar pembangkit listrik adalah batu bara. Biasanya menjelang musim dingin permintaan batu bara juga ikut terdongkrak. Namun apakah hal tersebut akan terjadi di tahun ini?
Saat ini harga gas sebagai bahan bakar substitusi masih relatif mahal dan memberikan margin yang kecil ketimbang harga batu bara. Apalagi di tengah kondisi ekonomi global yang sedang kurang kondusif. Hal ini cenderung menguntungkan batu bara karena harganya lebih terjangkau.
Namun, perlu juga diperhatikan ketersediaan dan keterjangkauan pembangkit listrik lainnya serta aturan bauran energi di berbagai negara. Sampai saat ini penurunan impor telah terjadi di beberapa negara.
Analis memprediksikan, impor batu bara China tahun ini lebih dari 300 juta ton. Artinya dalam dua bulan terakhir impor batu bara China akan berada di level 15 juta ton. Masih jauh lebih rendah dibanding impor batu bara bulan-bulan sebelumnya yang mencapai lebih dari 20 juta ton.
Tak hanya China, impor batu bara India juga mengalami penurunan. Mengutip data Refinitiv, impor batu bara India pada Oktober turun menjadi 14,7 juta ton. Impor batu bara turun 16,9% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Mengutip Reuters, porsi batu bara untuk pembangkit listrik AS juga diperkirakan turun menjadi 25% tahun ini dan 22% pada 2020 dari sebelumnya 28% di 2018.
Energy Information Agency (EIA) AS memprediksi bahwa konsumsi batu bara untuk sektor pembangkit listrik tahun ini mencapai 558,3 juta ton, terendah sejak 1979 dan 488,9 juta ton pada 2020 terendah sejak 1978.
Itu artinya kalaupun permintaan batu bara naik mungkin tak bisa banyak dan harga batu bara akan cenderung flat atau mengalami kenaikan terbatas.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Sampai Akhir 2019, Harga Batu Bara Tak Kunjung Beranjak
Harga batu bara kontrak ICE Newcastle ditutup menguat 35 sen atau 0,52% ke level US$ 67,8/ton pada perdagangan kemarin. Pekan ini harga batu bara mengalami kenaikan sebesar 1,95% sejak Senin hingga Kamis kemarin.
Salah satu bahan bakar pembangkit listrik adalah batu bara. Biasanya menjelang musim dingin permintaan batu bara juga ikut terdongkrak. Namun apakah hal tersebut akan terjadi di tahun ini?
Saat ini harga gas sebagai bahan bakar substitusi masih relatif mahal dan memberikan margin yang kecil ketimbang harga batu bara. Apalagi di tengah kondisi ekonomi global yang sedang kurang kondusif. Hal ini cenderung menguntungkan batu bara karena harganya lebih terjangkau.
Namun, perlu juga diperhatikan ketersediaan dan keterjangkauan pembangkit listrik lainnya serta aturan bauran energi di berbagai negara. Sampai saat ini penurunan impor telah terjadi di beberapa negara.
Analis memprediksikan, impor batu bara China tahun ini lebih dari 300 juta ton. Artinya dalam dua bulan terakhir impor batu bara China akan berada di level 15 juta ton. Masih jauh lebih rendah dibanding impor batu bara bulan-bulan sebelumnya yang mencapai lebih dari 20 juta ton.
Tak hanya China, impor batu bara India juga mengalami penurunan. Mengutip data Refinitiv, impor batu bara India pada Oktober turun menjadi 14,7 juta ton. Impor batu bara turun 16,9% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Mengutip Reuters, porsi batu bara untuk pembangkit listrik AS juga diperkirakan turun menjadi 25% tahun ini dan 22% pada 2020 dari sebelumnya 28% di 2018.
Energy Information Agency (EIA) AS memprediksi bahwa konsumsi batu bara untuk sektor pembangkit listrik tahun ini mencapai 558,3 juta ton, terendah sejak 1979 dan 488,9 juta ton pada 2020 terendah sejak 1978.
Itu artinya kalaupun permintaan batu bara naik mungkin tak bisa banyak dan harga batu bara akan cenderung flat atau mengalami kenaikan terbatas.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Sampai Akhir 2019, Harga Batu Bara Tak Kunjung Beranjak
Most Popular