
Saham Bank BUMN Babak Belur, Apa Cuma Gegara Muamalat?

Faktor lain dibalik aksi jual yang begitu deras menerpa saham-saham bank BUMN adalah laju perekonomian Indonesia yang begitu lesu.
Pada awal bulan ini tepatnya tanggal 5 November, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi untuk periode kuartal III-2019. Sepanjang tiga bulan ketiga tahun ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,02% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Untuk diketahui, pada kuartal I-2019 perekonomian Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,07% secara tahunan, disusul oleh pertumbuhan sebesar 5,05% secara tahunan pada kuartal II-2019.
Angka pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini sedikit berada di atas capaian periode yang sama tahun sebelumnya (kuartal I-2018) yang sebesar 5,06%. Sementara untuk periode kuartal-II 2019, pertumbuhan ekonomi jauh lebih rendah jika dibandingkan capaian kuartal II-2018 yang mencapai 5,27%.
Pada kuartal III-2019, angka pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 5,02% tersebut lantas berada di bawah capaian periode kuartal I-2019 dan kuartal II-2019. Capaian tersebut juga jauh lebih rendah dari capaian pada kuartal III-2018 kala perekonomian Indonesia mampu tumbuh 5,17% secara tahunan.
Lantas, secara keseluruhan laju perekonomian di sepanjang tahun 2019 terbilang mengecewakan, hampir mustahil untuk mampu tumbuh sesuai dengan target pemerintah yang sebesar 5,3%.
Ketika perekonomian begitu lesu seperti saat ini, saham-saham sektor perbankan memang menjadi salah satu yang memiliki kecenderungan untuk dilego pelaku pasar. Pasalnya, ketika aktivitas ekonomi lesu, penyaluran kredit juga akan tertekan yang pada akhirnya akan membuat pendapatan dari perbankan ikut tertekan.
Lemahnya perekonomian Indonesia kemudian diafirmasi oleh rilis publikasi Survei Penjualan Eceran (SPE) periode September 2019 oleh BI.
Untuk periode September 2019, survei BI menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel hanya tumbuh tipis sebesar 0,7% secara tahunan (year-on-year/YoY), sangat jauh di bawah capaian periode yang sama tahun lalu (September 2018) yang mencapai 4,8% YoY.
Untuk diketahui,sudah sedari bulan Mei pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3% YoY.
Dalam 9 bulan pertama tahun ini, penyaluran kredit bank-bank BUMN terbilang sudah terdampak oleh lesunya laju perekonomian.
Per akhir kuartal III-2018, penyaluran kredit BBRI, BMRI, dan BBNI tercatat meningkat masing-masing sebesar 16,5%, 13,8%, dan 15,6% jika dibandingkan dengan posisi pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Per akhir kuartal III-2019, pertumbuhannya melambat menjadi masing-masing sebesar 11,6%, 7,8%, dan 14,7%.