Kalau Rupiah Sampai Melemah Hari Ini, The Fed Biang Keroknya!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 November 2019 07:28
Kalau Rupiah Sampai Melemah Hari Ini, The Fed Biang Keroknya!
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tampaknya akan melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Tanda-tanda depresiasi rupiah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF).

Berikut kurs dolar AS di pasar NDF jelang penutupan pasar kemarin dibandingkan hari ini, Rabu (13/11/2019), mengutip data Refinitiv:

Periode

Kurs 13 November (15:56 WIB)

Kurs 14 November (07:00 WIB)

1 Pekan

Rp 14.078

Rp 14.126,5

1 Bulan

Rp 14.115

Rp 14.175

2 Bulan

Rp 14.164

Rp 14.226

3 Bulan

Rp 14.221

Rp 14.280,5

6 Bulan

Rp 14.372,5

Rp 14.423,5

9 Bulan

Rp 14.538

Rp 14.603

1 Tahun

Rp 14.794

Rp 14.752

2 Tahun

Rp 15.388

Rp 15.508


Berikut kurs Domestic NDF (DNDF), yang kali terakhir diperbarui pada 13 November pukul 16:27 WIB:

 

Periode

Kurs

1 Bulan

Rp 14.115

3 Bulan

Rp 14.197

 
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia.

Bank Indonesia (BI) pun kemudian membentuk pasar DNDF. Meski tenor yang disediakan belum lengkap, tetapi ke depan diharapkan terus bertambah.

Dengan begitu, psikologis yang membentuk rupiah di pasar spot diharapkan bisa lebih rasional karena instrumen NDF berada di dalam negeri. Rupiah di pasar spot tidak perlu lalu membebek pasar NDF yang sepenuhnya dibentuk oleh pasar asing.

 

Pelemahan rupiah hari ini sepertinya disebabkan oleh dolar AS yang memang menguat secara global. Pada pukul 07:10 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang dunia) naik 0,07%.

Sentimen positif bagi mata uang Negeri Paman Sam datang dari pernyataan Bank Sentral AS, The Federal Reserve/The Fed. Ketua The Fed Jerome 'Jay' Powell menegaskan bahwa suku bunga negatif bukan sebuah opsi bagi AS.

"Suku bunga negatif tentu bukan kebijakan yang pantas dalam situasi ekonomi seperti ini. Ekonomi kita kuat, kita mencatatkan pertumbuhan, kita punya konsumen yang kuat, kita juga punya inflasi.

"Anda akan melihat suku bunga negatif di negara-negara besar yang pertumbuhan ekonomi dan inflasinya rendah. Ini tidak terjadi di AS.

"Jadi kebijakan moneter yang kami terapkan sudah pantas dengan outlook pertumbuhan ekonomi yang moderat, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi mendekati target 2%. Saya dan kolega saya menilai ada ekspansi ekonomi yang berkelanjutan, dan sepertinya memang seperti itu," papar Powell dalam paparan di Komite Ekonomi Kongres AS, seperti diberitakan Reuters.


Isu suku bunga negatif datang dari Presiden AS Donald Trump. Dalam acara Economic Club di New York, Trump menegaskan kebijakan moneter The Fed masih kurang agresif. Dia ingin suku bunga acuan diturunkan sampai ke teritori negatif.

"Ingat bahwa kita sedang berkompetisi dengan negara-negara lain yang menurunkan suku bunga sehingga banyak di antara mereka yang malah mendapat uang saat meminjam? Itulah suku bunga negatif. Saya mau itu, beri saya uang itu. The Fed tidak membiarkan kita mendapat yang seperti itu," papar Trump.


Namun tidak semua orang di AS sepakat dengan penerapan suku bunga negatif. Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, menilai suku bunga negatif tidak bisa diterapkan di AS.

"Saya tidak berpikir AS butuh suku bunga negatif. Ekonomi kita kuat kok," tuturnya dalam wawancara bersama CNBC International.

Dengan dicoretnya opsi suku bunga negatif dari daftar kebijakan, maka dolar AS pun mendapat angin. Suku bunga positif membuat mata uang Negeri Adidaya masih menawarkan imbalan investasi, meski terus menurun seiring penurunan The Federal Funds Rate.

Situasi ini membuat rupiah tersudut. Dolar AS memang sedang terlalu tangguh bagi mata uang Tanah Air.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular