Jokowi Gelar Sidang TPA, Mari Tilik Kinerja BUMN 9M-2019

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
12 November 2019 12:24
Terutama untuk posisi beberapa dirut yang kosong karena telah bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.
Foto: Kementerian BUMN (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini (12/11/2019) Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan menggelar sidang Tim Penilai Akhir (TPA) pukul 11:00 WIB di Istana Negara untuk menentukan sejumlah direktur utama (dirut) badan usaha milik negara (BUMN). Terutama untuk posisi beberapa dirut yang kosong karena telah bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.

Sebelumnya Menteri BUMN, Erick Thohir, sudah menyerahkan nama-nama calon dirut tiga BUMN ke TPA yang diketuai langsung oleh Presiden Jokowi. Tiga BUMN tersebut adalah MIND ID (PT Indonesia Asaham Aluminium/Inalum), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

"Ya beliau [Presiden Jokowi] yang mutusin semua. Jadi BTN dan Bank Mandiri sudah diputuskan beliau," kata Erick di Istana Negara, Senin kemarin (11/11/2019).

Nah, sebelum dirut baru BUMN resmi dilantik ada baiknya pelaku pasar mencermati kinerja fundamental BUMN terutama yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Melansir laporan keuangan perusahaan yang berakhir pada 30 September 2019, emiten pelat merah yang dalam 9 bulan pertama mampu membukukan capaian omzet paling besar adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 102,63 triliun, atau naik 3,46% secara tahunan (year-on-year/YoY) dari perolehan periode yang sama tahun sebelumnya yakni senilai Rp 99,2 triliun.

Emiten BUMN yang juga berhasil menduduki posisi teratas dari sisi total pendapatan adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan omzet senilai Rp 90,78 triliun, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan total pemasukan sebesar Rp 67,77 triliun.



Akan tetapi, pertumbuhan omzet paling pesat justru dicatatkan oleh emiten BUMN dengan perolehan pendapatan relatif kecil, yakni PT Timah Tbk (TINS). Dalam 9 bulan pertama tahun ini total pendapatan perusahaan naik 114,64% YoY, dari Rp 6,8 triliun menjadi Rp 14, 6 triliun.

Sementara itu, sebaliknya, BUMN yang membukukan pertumbuhan pendapatan negatif di antaranya PT Waskita Karya Tbk/WSKT (-39,24% YoY), PT Jasa Marga Tbk/JSMR (-22,76% YoY), PT Indofarma Tbk/INAF (-21,06% YoY), PT Krakatau Steel Tbk/KRAS (-17,48%), dan PT Wijaya Karya Tbk/WIKA (-12,89% YoY).

Lebih lanjut, KRAS tidak hanya membukukan pertumbuhan omzet negatif, tapi kerugian yang dicatatkan perusahaan juga membengkak dibandingkan periode Januari-September tahun 2018.

Hingga akhir September 2019, total rugi bersih yang dicatatkan KRAS mencapai Rp 3 triliun atau naik 466,88% YoY dari Rp 529,85 miliar. Ini membuat KRAS menjadi emiten pelat merah dengan total kerugian terbesar.

Selain itu, performa fundamental yang juga disayangkan adalah capaian TINS. Pasalnya, meskipun mencatatkan pertumbuhan omzet paling tinggi. Kinerja laba perusahaan malah buntung.

Pada periode Januari-September 2019, TINS mencatatkan total rugi bersih senilai Rp 175.79 miliar dari sebelumnya membukukan keuntungan Rp 255,55 miliar pada 9 bulan pertama tahun lalu.

Sementara itu, emiten BUMN lainnya yang membukukan pertumbuhan laba negatif termasuk PT Kimia Farma Tbk/KAEF (-81,45% YoY), PT Waskita Karya Tbk/WSKT (-69,13% YoY), PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (47,16% YoY), dan PT Seme Indonesia Tbk/SMGR (-37,96% YoY).

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Hari Pertama Erick Thohir jadi Menteri, 10 Saham BUMN Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular