Internasional

Saingi WTI & Brent, Timteng Buat Benchmark Harga Minyak Baru

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
12 November 2019 11:34
Adnoc buat benchmark minyak mentah baru
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto
Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi (Adnoc) dan sembilan perusahaan energi terbesar dunia, bermitra dengan Intercontinental Exchange (ICE) untuk membuat kontrak berjangka (futures contracts) minyak mentah (crude oil) baru, yang dinamakan ICE Futures Abu Dhabi (IFAD) dan ICE Murban futures.

Tujuannya adalah untuk menyaingi patokan (benchmark) minyak mentah, West Texas Intermediate (WTI) dan Brent.


Mengutip CNBC International, ICE Futures Abu Dhabi (IFAD) dan ICE Murban futures akan diluncurkan pada awal 2020, sesuai dengan persetujuan regulator.

Beberapa perusahaan yang bergabung dengan Adnoc, yang memproduksi sekitar 1,7 juta barel minyak mentah Murban setiap hari, di antaranya adalah raksasa energi BP, Shell, Total, PetroChina dan Vitol.

Murban adalah grade minyak mentah ringan, yang sebagian besar diekspor dari Fujairah melalui Teluk Oman. Produksi keseluruhan Murban dari Abu Dhabi saat ini ada sekitar 3 juta barel per hari (bpd).

"Memiliki bursa independen baru di Abu Dhabi tidak hanya akan menguntungkan Uni Emirat Arab (UEA), tetapi juga pedagang minyak fisik dan finansial di seluruh dunia." Kata CEO Adnoc Group dan Menteri Negara UEA Sultan Ahmed Al Jaber, Senin (11/11/2019).


Selain dengan WTI dan Brent, IFAD juga akan bersaing dengan benchmark Dubai / Oman, yang dioperasikan oleh Dubai Mercantile Exchange (DME), DME Oman.

Namun, Stephen Brennock, analis minyak di PVM Oil Associates mengatakan kehadiran benchmark baru itu justru akan mengguncang harga minyak di Timur Tengah. Itu dikarenakan meski sebagian besar produsen minyak Timur Tengah menggunakan tarif di pasar berjangka sebagai dasar penetapan harga minyak, namun Adnoc secara historis memberi harga yang lebih rendah.

"Futurisasi kargo Murban akan bertindak sebagai anugerah bagi pembeli karena itu akan memungkinkan mereka untuk mengetahui apa yang mereka bayar di muka," kata Brennock, kepada CNBC, Senin.

"Ini berbeda dengan mekanisme penetapan harga retroaktif saat ini. Terlebih lagi, pembeli sekarang harus mendapatkan manfaat dari peluang lindung nilai (hedging) yang lebih di pasar masa depan," tambahnya.

Sejalan dengan Brennock, CEO Vitol, Russell Hardy, juga mengatakan hal serupa sebagai tanggapan atas penerbitan benchmark baru ini.

"Murban sudah berfungsi sebagai referensi minyak mentah bagi banyak penyuling Asia dan peluncuran benchmark baru ini akan memfasilitasi hedging dan memungkinkan pengembangan pasar keuangan yang kuat yang akan menguntungkan produsen, konsumen dan pedagang." Katanya pada konferensi pers di Pameran & Konferensi Internasional Abu Dhabi (ADIPEC), Senin.

Namun, Brennock mengatakan kepada CNBC International bahwa dalam hal menjadi benchmark minyak mentah global, futures contracts Murban masih akan kesulitan melakukannya.

"Upaya sebelumnya untuk meluncurkan patokan minyak mentah di wilayah tersebut telah gagal, terutama seperti yang terjadi pada futures DME Oman," katanya. Futures contracts Minyak Mentah DME Oman tidak memiliki cukup likuiditas untuk menyaingi Brent dan WTI, dan mencapai volume kontrak perdagangan yang jauh lebih rendah sejak awal.

"Saya hanya tidak berpikir ada ketertarikan terhadap patokan minyak mentah global lainnya. Dengan demikian, duopoli Brent-WTI akan terus mendominasi arena perdagangan berjangka minyak mentah (crude futures)," tambah Brennock.

[Gambas:Video CNBC]


(sef/sef) Next Article Gara-gara China Harga Minyak Melesat 4%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular