Rupiah Lesu di Kurs Tengah BI, Tapi Masih Menguat di Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 November 2019 10:17
Rupiah Lesu di Kurs Tengah BI, Tapi Masih Menguat di Spot
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun di pasar spot rupiah masih bisa menguat tipis.

Pada Selasa (12/11/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.059. Rupiah melemah 0,14 dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah juga melemah 0,14%. Artinya dalam dua hari terakhir, rupiah sudah melemah 0,28%.

Akan tetapi, rupiah masih punya taji di perdagangan pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.050 di mana rupiah menguat 0,06%.

Seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah menipis. Pada pukul 10:07 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.055 di mana rupiah menguat 0,02%.


Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,04%. Mata uang Tanah Air sempat melemah tipis, tetapi kemudian kembali menguat.

Penguatan rupiah terjadi di tengah mata uang Asia yang mayoritas melemah. Selain rupiah, hanya yuan China, won Korea Selatan, dan baht Thailand yang mampu menguat. Itu pun tipis saja.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:08 WIB:

 


Sejak pekan lalu, fokus pelaku pasar masih di seputar hubungan AS-China. Malam ini, investor menantikan pidato Presiden AS Donald Trump di ajang Economic Club di New York. Pasar akan menantikan perkembangan terbaru seputar kesepakatan dagang AS-China fase I.

Sebelumnya, Trump menyebut bahwa perundingan dengan China berjalan mulus. Namun dia menegaskan bahwa AS hanya akan menerima kesepakatan terbaik.

"Perundingan terus berjalan, dan saya rasa berlangsung dengan sangat baik. Jika kedua negara mencapai kesepakatan, maka itu haruslah sebuah kesepakatan yang baik," kata Trump kepada para jurnalis sebelum bertolak menuju Alabama untuk kunjungan kerja, seperti diberitakan Reuters.

Sang presiden ke-45 Negeri Adikuasa menambahkan, ada pemberitaan yang kurang tepat soal bea masuk. Sebelumnya, sempat beredar kabar bahwa AS-China sepakat untuk menghapus bea masuk yang berlaku selama masa perang dagang lebih dari setahun terakhir.

AS sudah mengenakan bea masuk terhadap importasi produk China senilai US$ 550 miliar. Sedangkan China membebankan bea masuk kepada impor produk made in the USA senilai US$ 185 miliar.

"Ada pemberitaan yang kurang tepat, Anda akan melihat apa yang akan saya lakukan. Ada perbedaan soal bea masuk, level yang diberitakan kurang tepat," ujarnya tanpa memberikan elaborasi lebih lanjut.

Oleh karena itu, pelaku pasar sepertinya masih bersikap cautiosly-optimistic. Memang ada optimisme, tetapi juga ada kehati-hatian.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular