AS-China Saling Bantah, Rupiah Jadi Lemah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 November 2019 08:40
AS-China Saling Bantah, Rupiah Jadi Lemah
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Dolar AS pun bertahan di level Rp 14.000.

Pada Senin (11/11/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.025 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Sepanjang minggu kemarin, rupiah menguat 0,14% secara point-to-point di hadapan dolar AS. Dalam sebulan terakhir, apresiasi rupiah mencapai 1%.

Oleh karena itu, ada faktor domestik yang mempengaruhi pelemahan rupiah yaitu ambil untung (profit taking). Rupiah yang sudah 'mahal' tentu membuat investor tergoda untuk mencairkan cuan.



Pagi ini, mayoritas mata uang utama Asia juga melemah di hadapan dolar AS. Hanya yen Jepang dan baht Thailand yang masih bisa bertahan di zona hijau.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:20 WIB:

 


Pelaku pasar kini harap-harap cemas menanti kejelasan damai dagang AS-China. Ketidakpastian membesar kala Washington menegaskan bahwa penghapusan bea masuk bukan menjadi salah satu poin dalam kesepakatan damai dagang fase I.

"China ingin ada semacam penghapusan (bea masuk). Tidak semuanya, karena mereka tahu saya tidak akan melakukan itu. Saya belum menyepakati apa-apa," tegas Presiden AS Donald Trump kepada para jurnalis di Gedung Putih, seperti diwartakan Reuters.


Selain itu, Trump juga menyatakan bahwa lokasi penandatanganan perjanjian damai dagang fase I akan dilakukan di AS. Sebelumnya, muncul spekulasi bahwa perjanjian tersebut akan diteken di Inggris sampai Swedia.

"Kalau nanti kita akan menyaksikan penandatanganan, maka bisa saja di Iowa atau kota pertanian semacam itu. Akan dilakukan di negara kami," tuturnya.

Pekan lalu, pemerintah China menyatakan bahwa kedua negara sudah sepakat untuk menghapus seluruh bea masuk yang diterapkan selama masa perang dagang. Sejauh ini, AS sudah mengenakan bea masuk terhadap importasi produk China senilai US$ 550 miliar. Sedangkan China membebankan bea masuk kepada impor produk made in the USA senilai US$ 185 miliar.

Namun AS membantah bahwa sudah ada kesepakatan. Akhir pekan lalu, Penasihat Perdagangan Gedung Putih menilai pernyataan China adalah klaim sepihak. Pendapat Navarro akhirnya diperkuat oleh sang presiden sendiri.


China tetap keukeuh ingin memasukkan penghapusan bea masuk menjadi poin kesepakatan damai dagang. Hu Xijin, Editor di harian Global Times yang berafiliasi dengan pemerintah, menyatakan bahwa tidak ada kesepakatan tanpa penghapusan bea masuk.

"Satu hal yang pasti adalah jika tidak ada pencabutan bea masuk, maka tidak ada perjanjian fase I," cuit Hu di Twitter.

Situasi AS-China yang masih tarik-ulur membuat ketidakpastian kembali mendatangi pasar. Tentu bukan kondisi yang ideal, sehingga memaksa pelaku pasar untuk bermain aman. Makanya yen bisa menguat, karena mata uang Negeri Matahari terbit adalah safe haven tempat berlindung kala terjadi tekanan.


TIM RISET CNBC INDONESIA




(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular