Arah AS-China Gak Jelas, Rupiah Bisa Tekuk Dolar Australia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 November 2019 18:12
Jika kemarin pasar mendapat angin segar dari China yang mengatakan kedua negara setuju membatalkan bea masuk, AS malah membantah.
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Australia pada perdagangan Jumat (8/11/19) akibat belum adanya kejelasan seputar kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

Rupiah tercatat menguat 0,31% ke Rp 9.619,27/AU$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Jika kemarin pasar mendapat angin segar dari China yang mengatakan kedua negara sudah setuju untuk membatalkan beberapa bea masuk, kini AS malah membantah pernyataan tersebut.

Reuters memberitakan penghapusan bea masuk menimbulkan pertentangan di internal pemerintahan AS. Beberapa sumber mengungkapkan bahwa terjadi penolakan terhadap rencana tersebut.





"Tidak ada kesepakatan yang spesifik soal pencabutan bea masuk. Pihak AS masih bersikap ambigu, sementara China memang sangat berharap itu (penghapusan bea masuk) bisa terwujud," tegas Michael Pillsbury, penasihat Presiden AS Donald Trump yang berada di luar pemerintahan.

Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, juga menegaskan bahwa belum ada kesepakatan soal penghapusan bea masuk. Dia menilai China melakukan klaim sepihak.

"Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai pencabutan bea masuk sebagai syarat ditandatanganinya perjanjian damai dagang fase I. Mereka (China) mencoba bernegosiasi di ruang publik," tegas Navarro dalam wawancara bersama Fox Business Network, seperti dikutip Reuters.


China merupakan mitra dagang utama Australia, sehingga isu-isu yang terkait dengan negeri Tirai Bambu juga akan mempengaruhi kurs dolar Australia. Ekonomi Australia kini sedang mengalami pelambatan, yang memaksa bank sentral Australia memangkas suku bunga sebanyak tiga kali di tahun ini hingga ke rekor terendah sepanjang masa 0,75%.

Selain belum jelasnya kesepakatan dagang AS-China, rupiah juga mendapat tenaga setelah Bank Indonesia (BI) melaporkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2019.

Pada periode tersebut, NPI mencatatkan defisit US$ 46 juta, jauh lebih rendah dari defisit triwulan sebelumnya US$ 2 miliar. Sementara, defisit neraca transaksi berjalan (CAD/current account deficit) membaik. CAD triwulan III tercatat US$ 7,7 miliar atau 2,7% dari produk domestik bruto (PDB), dibandingkan triwulan sebelumnya (2,9% dari PDB).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular