
Sentimen AS-China Positif kok Harga Minyak Malah Ambles?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
08 November 2019 10:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Walau optimisme damai dagang AS-China kian tinggi setelah penghapusan bea impor produk kedua negara, harga minyak mentah justru diperdagangkan melemah pagi ini karena masih ada kekhawatiran oversupply akan terjadi di tengah kondisi ekonomi global yang belum kondusif.
Harga minyak mentah kontrak jenis Brent turun 15 sen atau 0,24% ke level US$ 62,14/barel sementara harga minyak mentah kontrak acuan AS, West Texas Intermediate (WTI) turun lebih dalam mencapai 0,42% atau berkurang 24 sen ke level US$ 56,91/barel.
Berdasarkan data Energy Information Association (EIA) Amerika, stok minyak mentah AS di pusat pengiriman minyak WTI di Cushing, Oklahoma naik 1,7 juta barel.
"Sampai saat ini masih ada kekhawatiran yang menyelimuti dari sisi stok minyak AS yang tinggi pada pekan lalu" terang ANZ dalam sebuah catatan, mengutip Reuters.
Selain stok minyak AS, mata juga tertuju pada upaya organisasi negara pengekspor minyak dan koleganya (OPEC+) untuk memangkas produksi minyak hingga 1,2 juta barel per hari.
Namun kabar kurang mengenakkan datang dari OPEC dan koleganya (OPEC+). Ada nada kekhawatiran bahwa OPEC+ akan gagal mencapai target pemangkasan produksi minyak hingga 1,2 juta barel per hari.
"OPEC mungkin akan gagal untuk mencapai target pemangkasan produksi minyak karena adanya ketidakselarasan dalam jajaran" kata Stephen Innes, ahli strategi pasar AxiTrader melansir dari Reuters.
Rusia sebagai salah satu anggota OPEC+ berhasil memangkas produksi minyak menjadi 11,23 juta barel per hari pada Oktober dari sebelumnya 11,25 juta barel per hari di bulan September.
Namun jumlah tersebut masih lebih tinggi dari target yang seharusnya dicapai Rusia. Menurut kalkulasi Reuters, produksi minyak Rusia pada Oktober seharusnya berada di 11,7-11,8 juta barel per hari.
Menteri Energi Rusia menyampaikan bahwa pihaknya telah memangkas produksi minyak hingga rata-rata 211.000 barel per hari pada Oktober dibanding periode yang sama tahun lalu.
Jumlah tersebut pun masih lebih rendah dari janji Rusia yang akan memangkas produksi minyak hingga 228.000 barel per hari.
Dari 21 negara yang tergabung dalam OPEC+, hanya 7 negara saja yang memiliki komitmen tinggi dalam pemangkasan produksi minyak mereka untuk menjaga kestabilan pasar.
Sejak Januari-September, tujuh negara yang selalu mencapai bahkan melebihi target pemangkasan produksi minyaknya adalah Angola, Guyana, Arab Saudi, Bahrain, Brunei, Mexico, Kazakhstan.
Sementara itu sisanya memiliki tingkat komitmen yang rendah terhadap kesepakatan yang telah diambil sejak Januari tahun ini. Jadi wajar saja masih ada kekhawatiran bahwa produksi minyak yang berlebih dapat memberatkan harga si emas hitam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Biar Paham! Ini 5 Biang Kerok yang Buat Harga Minyak Mendidih
Harga minyak mentah kontrak jenis Brent turun 15 sen atau 0,24% ke level US$ 62,14/barel sementara harga minyak mentah kontrak acuan AS, West Texas Intermediate (WTI) turun lebih dalam mencapai 0,42% atau berkurang 24 sen ke level US$ 56,91/barel.
"Sampai saat ini masih ada kekhawatiran yang menyelimuti dari sisi stok minyak AS yang tinggi pada pekan lalu" terang ANZ dalam sebuah catatan, mengutip Reuters.
Selain stok minyak AS, mata juga tertuju pada upaya organisasi negara pengekspor minyak dan koleganya (OPEC+) untuk memangkas produksi minyak hingga 1,2 juta barel per hari.
Namun kabar kurang mengenakkan datang dari OPEC dan koleganya (OPEC+). Ada nada kekhawatiran bahwa OPEC+ akan gagal mencapai target pemangkasan produksi minyak hingga 1,2 juta barel per hari.
"OPEC mungkin akan gagal untuk mencapai target pemangkasan produksi minyak karena adanya ketidakselarasan dalam jajaran" kata Stephen Innes, ahli strategi pasar AxiTrader melansir dari Reuters.
Rusia sebagai salah satu anggota OPEC+ berhasil memangkas produksi minyak menjadi 11,23 juta barel per hari pada Oktober dari sebelumnya 11,25 juta barel per hari di bulan September.
Namun jumlah tersebut masih lebih tinggi dari target yang seharusnya dicapai Rusia. Menurut kalkulasi Reuters, produksi minyak Rusia pada Oktober seharusnya berada di 11,7-11,8 juta barel per hari.
Menteri Energi Rusia menyampaikan bahwa pihaknya telah memangkas produksi minyak hingga rata-rata 211.000 barel per hari pada Oktober dibanding periode yang sama tahun lalu.
Jumlah tersebut pun masih lebih rendah dari janji Rusia yang akan memangkas produksi minyak hingga 228.000 barel per hari.
Dari 21 negara yang tergabung dalam OPEC+, hanya 7 negara saja yang memiliki komitmen tinggi dalam pemangkasan produksi minyak mereka untuk menjaga kestabilan pasar.
Sejak Januari-September, tujuh negara yang selalu mencapai bahkan melebihi target pemangkasan produksi minyaknya adalah Angola, Guyana, Arab Saudi, Bahrain, Brunei, Mexico, Kazakhstan.
Sementara itu sisanya memiliki tingkat komitmen yang rendah terhadap kesepakatan yang telah diambil sejak Januari tahun ini. Jadi wajar saja masih ada kekhawatiran bahwa produksi minyak yang berlebih dapat memberatkan harga si emas hitam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Biar Paham! Ini 5 Biang Kerok yang Buat Harga Minyak Mendidih
Most Popular