
Grogi Tunggu Data Pertumbuhan Ekonomi, Rupiah Tak Bertaji
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 November 2019 08:21

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah terbatas di perdagangan pasar spot hari ini. Tampaknya pelaku pasar harap-harap cemas terhadap rilis data pertumbuhan ekonomi.
Pada Selasa (5/11/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.015 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah kian dalam. Pada pukul 08:07 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.020 di mana rupiah melemah 0,07%.
Sepertinya investor akan sangat menantikan rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi domestik tumbuh 5,02% year-on-year (YoY), melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,05%. Jika pertumbuhan ekonomi periode Juli-September 2019 betul-betul 5,02%, maka akan menjadi laju terlemah sejak kuartal II-2017.
Penantian terhadap data ini bisa menutup sentimen eksternal yang sedang positif. Hubungan AS-China yang membaik masih menjadi bumbu penyedap di pasar keuangan hari ini.
Seperti diberitakan Reuters, Kementerian Luar Negeri China melaporkan bahwa Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump terus menjalin komunikasi dalam berbagai kesempatan. "Saya bisa katakan bahwa kedua pemimpin terus menjalin kontak dengan berbagai cara," ujar Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China.
Oleh karena itu, tampaknya perjanjian damai dagang AS-China fase I akan segera ditandatangani. Trump mengungkapkan tengah mempertimbangkan sejumlah lokasi penandatanganan.
"Kami sedang mendiskusikan sejumlah lokasi. Mungkin saja di Iowa," ujar Trump kepada para jurnalis di Gedung Putih, seperti diwartakan Reuters.
Akhir pekan lalu, Trump mengungkapkan melalui cuitan di Twitter bahwa kesepakatan damai dagang fase I akan mencakup sekitar 60% dari isu-isu yang selama ini menjadi perdebatan. Jadi kesepakatan ini sangat dinantikan oleh seluruh dunia, karena bisa menjadi pintu gerbang pemulihan ekonomi global.
Salah satu isu yang menjadi sorotan adalah perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual dan keamanan nasional. Dua hal ini yang membuat AS memasukkan raksasa teknologi asal China, Huawei, ke daftar hitam.
Namun seiring membaiknya hubungan Washington-Beijing, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat perusahaan AS sudah boleh menjual produknya he Huawei. Pasalnya, memang sudah banyak aplikasi dari perusahaan Negeri Paman Sam untuk berbisnis dengan Huawei.
"Pemerintah sudah menerima 206 aplikasi, itu jumlah yang banyak. Jujur saja, lebih banyak dari perkiraan kami. Jadi, izin akan keluar dalam waktu dekat. Hubungan kami sedang bagus, banyak kemajuan yang dicapai. Tidak ada alasan untuk mundur," papar Ross, seperti diberitakan Reuters.
Namun kabar gembira kemesraan AS-China bisa saja tertutup dan tidak dirasakan oleh rupiah. Maklum, rupiah sedang menanti data yang begitu penting yaitu pertumbuhan ekonomi.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Selasa (5/11/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.015 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah kian dalam. Pada pukul 08:07 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.020 di mana rupiah melemah 0,07%.
Penantian terhadap data ini bisa menutup sentimen eksternal yang sedang positif. Hubungan AS-China yang membaik masih menjadi bumbu penyedap di pasar keuangan hari ini.
Seperti diberitakan Reuters, Kementerian Luar Negeri China melaporkan bahwa Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump terus menjalin komunikasi dalam berbagai kesempatan. "Saya bisa katakan bahwa kedua pemimpin terus menjalin kontak dengan berbagai cara," ujar Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China.
Oleh karena itu, tampaknya perjanjian damai dagang AS-China fase I akan segera ditandatangani. Trump mengungkapkan tengah mempertimbangkan sejumlah lokasi penandatanganan.
"Kami sedang mendiskusikan sejumlah lokasi. Mungkin saja di Iowa," ujar Trump kepada para jurnalis di Gedung Putih, seperti diwartakan Reuters.
Akhir pekan lalu, Trump mengungkapkan melalui cuitan di Twitter bahwa kesepakatan damai dagang fase I akan mencakup sekitar 60% dari isu-isu yang selama ini menjadi perdebatan. Jadi kesepakatan ini sangat dinantikan oleh seluruh dunia, karena bisa menjadi pintu gerbang pemulihan ekonomi global.
Salah satu isu yang menjadi sorotan adalah perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual dan keamanan nasional. Dua hal ini yang membuat AS memasukkan raksasa teknologi asal China, Huawei, ke daftar hitam.
Namun seiring membaiknya hubungan Washington-Beijing, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat perusahaan AS sudah boleh menjual produknya he Huawei. Pasalnya, memang sudah banyak aplikasi dari perusahaan Negeri Paman Sam untuk berbisnis dengan Huawei.
"Pemerintah sudah menerima 206 aplikasi, itu jumlah yang banyak. Jujur saja, lebih banyak dari perkiraan kami. Jadi, izin akan keluar dalam waktu dekat. Hubungan kami sedang bagus, banyak kemajuan yang dicapai. Tidak ada alasan untuk mundur," papar Ross, seperti diberitakan Reuters.
Namun kabar gembira kemesraan AS-China bisa saja tertutup dan tidak dirasakan oleh rupiah. Maklum, rupiah sedang menanti data yang begitu penting yaitu pertumbuhan ekonomi.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular