Jelang Rilis Pertumbuhan Ekonomi, Bagaimana Nasib Rupiah?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 November 2019 07:44
Jelang Rilis Pertumbuhan Ekonomi, Bagaimana Nasib Rupiah?
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tampaknya akan menguat di perdagangan pasar spot hari ini, meski penguatannya mungkin relatif terbatas. Tanda-tanda apresiasi rupiah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF).

Berikut kurs dolar AS di pasar NDF jelang penutupan pasar kemarin lalu dibandingkan hari ini, Selasa (5/11/2019), mengutip data Refinitiv:

Periode

Kurs 4 November (15:59 WIB)

Kurs 5 November (07:37 WIB)

1 Pekan

Rp 14.007

Rp 14.004,5

1 Bulan

Rp 14.040

Rp 14.035

2 Bulan

Rp 14.080

Rp 14.077,5

3 Bulan

Rp 14.131

Rp 14.125

6 Bulan

Rp 14.273

Rp 14.270

9 Bulan

Rp 14.440

Rp 14.425

1 Tahun

Rp 14.595

Rp 14.595

2 Tahun

Rp 15.334

Rp 15.323,7

 
Berikut kurs Domestic NDF (DNDF), yang kali terakhir diperbarui pada 4 November pukul 08:56 WIB:
 

Periode

Kurs

1 Bulan

Rp 14.030

3 Bulan

Rp 14.111

 


NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia.

Bank Indonesia (BI) pun kemudian membentuk pasar DNDF. Meski tenor yang disediakan belum lengkap, tetapi ke depan diharapkan terus bertambah.

Dengan begitu, psikologis yang membentuk rupiah di pasar spot diharapkan bisa lebih rasional karena instrumen NDF berada di dalam negeri. Rupiah di pasar spot tidak perlu lalu membebek pasar NDF yang sepenuhnya dibentuk oleh pasar asing.

Sepertinya investor akan sangat menantikan rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi domestik tumbuh 5,02% year-on-year (YoY), melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,05%. Jika pertumbuhan ekonomi periode Juli-September 2019 betul-betul 5,02%, maka akan menjadi laju terlemah sejak kuartal II-2017.


 
Penantian terhadap data ini bisa menutup sentimen eksternal yang sedang positif. Hubungan AS-China yang membaik masih menjadi bumbu penyedap di pasar keuangan hari ini.

Seperti diberitakan Reuters, Kementerian Luar Negeri China melaporkan bahwa Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump terus menjalin komunikasi dalam berbagai kesempatan. "Saya bisa katakan bahwa kedua pemimpin terus menjalin kontak dengan berbagai cara," ujar Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China.

Oleh karena itu, tampaknya perjanjian damai dagang AS-China fase I akan segera ditandatangani. Trump mengungkapkan tengah mempertimbangkan sejumlah lokasi penandatanganan.

"Kami sedang mendiskusikan sejumlah lokasi. Mungkin saja di Iowa," ujar Trump kepada para jurnalis di Gedung Putih, seperti diwartakan Reuters.

Akhir pekan lalu, Trump mengungkapkan melalui cuitan di Twitter bahwa kesepakatan damai dagang fase I akan mencakup sekitar 60% dari isu-isu yang selama ini menjadi perdebatan. Jadi kesepakatan ini sangat dinantikan oleh seluruh dunia, karena bisa menjadi pintu gerbang pemulihan ekonomi global.



TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular