Analisis Teknikal

Net Sell Asing di Pasar Nego Mengecil, Tapi IHSG Masih Suram

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
01 November 2019 18:47
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan di hari pertama November ini di zona merah.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan di hari pertama November ini, Jumat (1/11/2019) dengan kehilangan 21 poin atau turun 0,34% ke level 6.207,19.

Secara teknikal, IHSG masih cenderung tertekan karena masih bergerak di bawah rata-ratanya selama 5 hari terakhir (moving average/MA5) yang diwakili garis melintang berwarna hijau pada grafik di bawah ini.

Selain itu, terbentuknya pola lilin hitam pendek (short black candle) menggambarkan bahwa tekanan tekanan jual saham pada perdagangan hari ini masih berlanjut.


Potensi pelemahan pada perdagangan hari pertama minggu depan cukup terbuka, mengingat secara momentum pergerakan IHSG belum menyentuh level jenuh jualnya (oversold) menurut indikator teknikal relative strength index (RSI).

Sumber: Refinitiv

Pada awal perdagangan, IHSG berada di zona merah dengan pelemahan 0,04% karena terimbas penurunan bursa Wall Street AS. Sempat menipiskan penguatan pada menit 09:47 WIB ke level 6.228 karena IHSG kena sentimen positif dari pengumuman inflasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi inflasi pada Oktober 2019 sebesar 0,02% (month to month). Secara year on year inflasi telah mencapai 3,13%.

Konsensus pasar CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,12% secara month-on-month (MoM) dan inflasi tahunan (year-on-year/YoY) sebesar 3,23%.

Namun, lagi-lagi IHSG cenderung melemah karena aksi ambil untung (profit taking) para pelaku pasar, sehingga sesi I ditutup dengan pelemahan 0,38% ke level 6.204,58.

Memasuki sesi II, pelemahan IHSG justru semakin menjadi-jadi karena aksi lepas saham blue chip berbobot besar oleh investor asing sehingga IHSG menjadi semakin tertekan.

Asing tercatat melakukan jual bersih (net sell) hingga akhir perdagangan pukul 16.00 WIB, terdiri dari net sell Rp 363,77 miliar di pasar reguler, sedangkan di pasar nego dan tunai net sell asing hanya Rp 215,3 miliar.

Pelaku pasar perlu mencermati rilis data dari Negeri Paman Sam nanti malam, jika data-data di AS masih di atas ekspektasi pasar, bukan tidak mungkin penurunan suku bunga The Fed Kamis (31/10) kemarin menjadi yang terakhir pada tahun ini.

Data tersebut ialah penciptaan lapangan kerja non pertanian (non farm payrolls/NFP) bulan Oktober, Refinitiv Reuters melalui polling yang dihimpunnya memprediksi akan ada 89.000 pekerjaan baru, turun dibandingkan data September yang mencapai 136.000 pekerjaan.

Selain itu, akan ada data pengangguran bulan Oktober, Reuters memprediksi pengangguran AS akan naik menjadi 3,6%, naik dibandingkan bulan sebelumnya pada angka 3,5%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(yam/tas) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular