
Meski Laba ICBP Naik 12% di Q3, Bisnis Minuman Malah Tekor!
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
31 October 2019 11:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Produsen Indomie, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) membukukan kinerja keuangan positif baik pada pos top line (pendapatan), maupun bottom line (laba bersih) pada periode Januari hingga September 2019 atau 9 bulan pertama tahun ini.
Mengacu laporan keuangan, hingga akhir September 2019, total pemasukan yang dicatatkan ICBP meningkat 11,24% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 32,79 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 29,48 triliun.
Menilik perincian pemasukan dari setiap segmen usaha perusahaan, hanya segmen usaha minuman yang mencatatkan penurunan penjualan 0,34% YoY, dari Rp 1,47 triliun menjadi Rp 1,46 triliun.
Segmen minuman ICBP memang sejak tahun lalu menghadapi kompetisi yang cukup ketat. Belum lagi, anak usaha perusahaan, yakni PT Anugerah Indofood Barokah Makmur (AIBM), yang selama ini mendapatkan hak eksklusif untuk memproduksi, mendistribusikan, dan menjual produk minuman Pepsi diketahui telah mengakhiri kontrak kerja sama dengan PepsiCO Inc (PepsiCO).
Dalam pernyataan resminya (4/10/2019), manajemen anak usaha PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) ini menyampaikan, perjanjian EBA (Exclusive Bottling Agreement) antara AIBM dengan PepsiCO tidak dilanjutkan karena alasan komersial, di mana kontrak berakhir pada Oktober 2019.
Sedangkan segmen usaha yang pemasukannya tumbuh paling pesat adalah penjualan penyedap makanan dengan kenaikan hingga 83,95% YoY menjadi Rp 1,88 triliun.
Adapun, penjualan mi instan masih menyumbang porsi yang paling besar mencapai 66,07% dari total pendapatan dengan perolehan sebesar Rp 21,66 triliun atau tumbuh 12,25% YoY dari tahun sebelumnya.
Lebih lanjut, meski dalam 9 bulan pertama total pendapatan perusahaan tumbuh positif, sejatinya kinerja kuartal III-2019 membukukan penurunan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Pemasukan ICBP di kuartal III-2019 sebesar Rp 10,66 triliun alias turun 1,97% jika dibandingkan dengan kuartal II-2019. Sedangkan secara tahunan hanya membukukan kenaikan 6,4% YoY. Padahal pada kuartal I dan kuartal II, pendapatan perusahaan tumbuh masing-masing 13,92% YoY dan 13,53% YoY.
Laba bersih
Sementara itu, dari sisi pos laba bersih, sejak awal tahun hingga akhir September 2019, keuntungan yang dibukukan perusahaan naik 11,5% YoY menjadi Rp 3,89 triliun dari periode yang saham tahun sebelumnya senilai Rp 3,48 triliun.
Akan tetapi, margin bersih perusahaan tercatat berada di rentang yang sama, yakni 11,85% di akhir September 2019. Sedangkan pada 9 bulan pertama 2018, marjin bersih senilai 11,82%.
Sebagai informasi tambahan, segmen usaha yang membukukan margin laba usaha negatif adalah segmen makanan ringan dan minuman dengan nilai masing-masing -3,11% dan -11,42%. Dengan kata lain, kedua segmen ini mencatatkan rugi usaha, di mana segmen minuman membukukan kerugian Rp 167,09 miliar dan segmen makanan ringan buntung Rp 64,53 miliar.
Lalu, segmen usaha yang mencatatkan margin laba usaha paling besar adalah segmen mi instan, yakni 22,11%, diikuti oleh dairy (14,68%), penyedap makanan (11,05%), serta nutrisi dan makanan (3,88%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Pepsi Pamit dari RI, Begini Penjelasan Emiten Grup Salim
Mengacu laporan keuangan, hingga akhir September 2019, total pemasukan yang dicatatkan ICBP meningkat 11,24% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 32,79 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 29,48 triliun.
Menilik perincian pemasukan dari setiap segmen usaha perusahaan, hanya segmen usaha minuman yang mencatatkan penurunan penjualan 0,34% YoY, dari Rp 1,47 triliun menjadi Rp 1,46 triliun.
Segmen minuman ICBP memang sejak tahun lalu menghadapi kompetisi yang cukup ketat. Belum lagi, anak usaha perusahaan, yakni PT Anugerah Indofood Barokah Makmur (AIBM), yang selama ini mendapatkan hak eksklusif untuk memproduksi, mendistribusikan, dan menjual produk minuman Pepsi diketahui telah mengakhiri kontrak kerja sama dengan PepsiCO Inc (PepsiCO).
Dalam pernyataan resminya (4/10/2019), manajemen anak usaha PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) ini menyampaikan, perjanjian EBA (Exclusive Bottling Agreement) antara AIBM dengan PepsiCO tidak dilanjutkan karena alasan komersial, di mana kontrak berakhir pada Oktober 2019.
Sedangkan segmen usaha yang pemasukannya tumbuh paling pesat adalah penjualan penyedap makanan dengan kenaikan hingga 83,95% YoY menjadi Rp 1,88 triliun.
Adapun, penjualan mi instan masih menyumbang porsi yang paling besar mencapai 66,07% dari total pendapatan dengan perolehan sebesar Rp 21,66 triliun atau tumbuh 12,25% YoY dari tahun sebelumnya.
Lebih lanjut, meski dalam 9 bulan pertama total pendapatan perusahaan tumbuh positif, sejatinya kinerja kuartal III-2019 membukukan penurunan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Pemasukan ICBP di kuartal III-2019 sebesar Rp 10,66 triliun alias turun 1,97% jika dibandingkan dengan kuartal II-2019. Sedangkan secara tahunan hanya membukukan kenaikan 6,4% YoY. Padahal pada kuartal I dan kuartal II, pendapatan perusahaan tumbuh masing-masing 13,92% YoY dan 13,53% YoY.
Laba bersih
Sementara itu, dari sisi pos laba bersih, sejak awal tahun hingga akhir September 2019, keuntungan yang dibukukan perusahaan naik 11,5% YoY menjadi Rp 3,89 triliun dari periode yang saham tahun sebelumnya senilai Rp 3,48 triliun.
Akan tetapi, margin bersih perusahaan tercatat berada di rentang yang sama, yakni 11,85% di akhir September 2019. Sedangkan pada 9 bulan pertama 2018, marjin bersih senilai 11,82%.
Sebagai informasi tambahan, segmen usaha yang membukukan margin laba usaha negatif adalah segmen makanan ringan dan minuman dengan nilai masing-masing -3,11% dan -11,42%. Dengan kata lain, kedua segmen ini mencatatkan rugi usaha, di mana segmen minuman membukukan kerugian Rp 167,09 miliar dan segmen makanan ringan buntung Rp 64,53 miliar.
Lalu, segmen usaha yang mencatatkan margin laba usaha paling besar adalah segmen mi instan, yakni 22,11%, diikuti oleh dairy (14,68%), penyedap makanan (11,05%), serta nutrisi dan makanan (3,88%).
Segmen Usaha | Pendapatan (Triliun Rp) | Laba Usaha (Miliar Rp) | Marjin Usaha (%) |
Mi instan | 21,66 | 4.789,92 | 22,11 |
Dairy | 6,00 | 880,15 | 14,68 |
Makanan ringan | 2,08 | -64,53 | -3,11 |
Penyedap makanan | 1,88 | 207,87 | 11,05 |
Nutrisi & Makanan | 0,70 | 27,10 | 3,88 |
Minuman | 1,46 | -167,09 | -11,42 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Pepsi Pamit dari RI, Begini Penjelasan Emiten Grup Salim
Most Popular