
Ada Harapan AS Terhindar dari Resesi, Harga Minyak Naik

Pada Kamis (31/10/2019) pukul 09:30 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,45%. Sementara yang jenis light sweet naik 0.24%.
Selain itu, ada harapan permintaan minyak tidak akan turun terlalu dalam karena pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang masih positif. Pada kuartal III-2019, ekonomi AS tumbuh 1,9% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Hanya sedikit melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 2%, bahkan lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics yaitu 1,6%.
AS adalah negara konsumen minyak terbesar di dunia. Pada 2018, konsumsi minyak Negeri Adidaya mencapai 19,69 juta barel/hari atau sekitar 20% dari total konsumsi global.
Ditambah lagi Bank Sentral AS (the Federal Reserve/The Fed) memutuskan untuk kembali menurunkan suku bunga acuan. Sejak awal tahun, Federal Funds Rate sudah turun tiga kali.
"Kami menempuh langkah ini (penurunan suku bunga acuan) untuk memastikan perekonomian tetap kuat di tengah dinamika global serta diharapkan mampu memberi kepastian di tengah berbagai risiko. Kami menilai posisi kebijakan moneter saat ini sudah tepat (appropriate) sepanjang perkembangan yang ada sejalan dengan proyeksi," papar Powell, seperti diberitakan Reuters.
Penurunan suku bunga acuan diharapkan mampu menjaga pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam tetapi positif. Risiko resesi pun menjauh.
Ekonomi AS yang masih menggeliat berarti permintaan energi bisa meningkat. Ini yang membuat harga minyak terkatrol.
Namun kenaikan harga minyak dibatasi oleh melimpahnya pasokan. Kemarin, US Energy Information Adminstration melaporkan stok minyak AS pada pekan yang berakhir 25 Oktober melonjak 5,7 juta barel. Jauh di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu naik 494.000 barel.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/tas) Next Article Harga Minus, Beli Minyak Dapat Duit!