
Dolar AS Tak Betah Berlama-lama di Bawah Rp 14.000
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 October 2019 08:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Bahkan dolar AS sempat didorong ke bawah Rp 14.000, meski tidak lama.
Pada Kamis (31/10/2019), US$ 1 dijual Rp 13.990 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,23% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Namun dolar AS tidak betah berlama-lama berada di bawah Rp 14.000. Pada pukul 08:06 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.005 di mana rupiah masih menguat tetapi menipis menjadi 0,12%.
Tidak hanya rupiah, sebagian besar mata uang utama Asia juga mampu menguat di hadapan dolar AS. Sejauh ini hanya rupee India dan dolar Taiwan yang masih tertinggal di zona merah.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:06 WIB:
Sentimen positif bagi rupiah dkk di Asia datang dari Negeri Paman Sam. Dini hari tadi waktu Indonesia, Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75%. Langkah ini sesuai dengan ekspektasi pasar.
Dengan demikian, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega sudah tiga kali menurunkan Federal Funds Rate sejak awal tahun. Kebijakan moneter longgar ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sebelum pengumuman suku bunga acuan, US Bureau of Economic Analysis melaporkan pembacaan awal angka pertumbuhan ekonomi AS kuartal III-2019 sebesar 1,9% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Sedikit melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 2%, tetapi lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics yaitu 1,6%.
"Kami menempuh langkah ini (penurunan suku bunga acuan) untuk memastikan perekonomian tetap kuat di tengah dinamika global serta diharapkan mampu memberi kepastian di tengah berbagai risiko. Kami menilai posisi kebijakan moneter saat ini sudah tepat (appropriate) sepanjang perkembangan yang ada sejalan dengan proyeksi," papar Powell dalam konferensi pers usai rapat, seperti diberitakan Reuters.
Setelah pengumuman suku bunga acuan, dolar AS langsung nyungsep dan masih terjadi sampai saat ini. Pada pukul 08:08 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,26%.
Penurunan suku bunga acuan memang berdampak negatif terhadap dolar AS. Sebab imbalan investasi dalam instrumen berbasis mata uang ini (terutama di aset berpendapatan tetap seperti obligasi) akan ikut turun seiring penurunan suku bunga acuan. Dolar AS jadi kurang seksi.
Akan tetapi, investor juga masih wait and see karena hari ini ada rilis data yang cukup penting di dalam negeri. Pada pukul 10:30 WIB, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dijadwalkan mengumumkan angka realisasi investasi kuartal III-2019.
Pada kuartal sebelumnya, investasi tumbuh 2,8% year-on-year (YoY). Sementara investasi asing alias Foreign Direct Investment (FDI) tumbuh 9,6% setelah empat kuartal beruntun mengalami kontraksi.
Rilis data BKPM akan memberi gambaran mengenai prospek pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019, yang akan diumumkan pekan depan. Investasi diharapkan mampu menopang pertumbuhan ekonomi (selain konsumsi tentunya), karena ekspor masih tidak bisa diharapkan di tengah perlambatan permintaan global.
Jika data investasi hari ini impresif, maka ada harapan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 akan cukup baik. Setidaknya bisa dipertahankan di kisaran 5%. Namun kalau data investasi mengecewakan, maka prospek pertumbuhan ekonomi pun suram. Investor pun akan pikir-pikir untuk masuk ke Indonesia bila pertumbuhan ekonomi terus melambat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Kamis (31/10/2019), US$ 1 dijual Rp 13.990 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,23% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Namun dolar AS tidak betah berlama-lama berada di bawah Rp 14.000. Pada pukul 08:06 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.005 di mana rupiah masih menguat tetapi menipis menjadi 0,12%.
Tidak hanya rupiah, sebagian besar mata uang utama Asia juga mampu menguat di hadapan dolar AS. Sejauh ini hanya rupee India dan dolar Taiwan yang masih tertinggal di zona merah.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:06 WIB:
Sentimen positif bagi rupiah dkk di Asia datang dari Negeri Paman Sam. Dini hari tadi waktu Indonesia, Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75%. Langkah ini sesuai dengan ekspektasi pasar.
Dengan demikian, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega sudah tiga kali menurunkan Federal Funds Rate sejak awal tahun. Kebijakan moneter longgar ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sebelum pengumuman suku bunga acuan, US Bureau of Economic Analysis melaporkan pembacaan awal angka pertumbuhan ekonomi AS kuartal III-2019 sebesar 1,9% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Sedikit melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 2%, tetapi lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics yaitu 1,6%.
"Kami menempuh langkah ini (penurunan suku bunga acuan) untuk memastikan perekonomian tetap kuat di tengah dinamika global serta diharapkan mampu memberi kepastian di tengah berbagai risiko. Kami menilai posisi kebijakan moneter saat ini sudah tepat (appropriate) sepanjang perkembangan yang ada sejalan dengan proyeksi," papar Powell dalam konferensi pers usai rapat, seperti diberitakan Reuters.
Setelah pengumuman suku bunga acuan, dolar AS langsung nyungsep dan masih terjadi sampai saat ini. Pada pukul 08:08 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,26%.
Penurunan suku bunga acuan memang berdampak negatif terhadap dolar AS. Sebab imbalan investasi dalam instrumen berbasis mata uang ini (terutama di aset berpendapatan tetap seperti obligasi) akan ikut turun seiring penurunan suku bunga acuan. Dolar AS jadi kurang seksi.
Akan tetapi, investor juga masih wait and see karena hari ini ada rilis data yang cukup penting di dalam negeri. Pada pukul 10:30 WIB, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dijadwalkan mengumumkan angka realisasi investasi kuartal III-2019.
Pada kuartal sebelumnya, investasi tumbuh 2,8% year-on-year (YoY). Sementara investasi asing alias Foreign Direct Investment (FDI) tumbuh 9,6% setelah empat kuartal beruntun mengalami kontraksi.
Rilis data BKPM akan memberi gambaran mengenai prospek pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019, yang akan diumumkan pekan depan. Investasi diharapkan mampu menopang pertumbuhan ekonomi (selain konsumsi tentunya), karena ekspor masih tidak bisa diharapkan di tengah perlambatan permintaan global.
Jika data investasi hari ini impresif, maka ada harapan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 akan cukup baik. Setidaknya bisa dipertahankan di kisaran 5%. Namun kalau data investasi mengecewakan, maka prospek pertumbuhan ekonomi pun suram. Investor pun akan pikir-pikir untuk masuk ke Indonesia bila pertumbuhan ekonomi terus melambat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular