
Ini Alasan TBIG Pangkas Rencana Global Bond Jadi Rp 9,1 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten menara telekomunikasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) memilih untuk menurunkan nilai emisi obligasi global (global bond) yang akan diterbitkan tahun depan dari semula US$ 850 juta atau setara dengan Rp 11,9 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$) menjadi maksimal US$ 650 juta atau Rp 9,1 triliun.
Apa alasan perusahaan menurunkan target penerbitan surat utang denominasi dolar AS ini?
Manajemen TBIG menegaskan turunnya nilai emisi ini karena perusahaan baru saja memperoleh pinjaman sindikasi senilai US$ 350 juta atau Rp 4,9 triliun, sehingga kebutuhan pendanaan lain menjadi lebih sedikit.
Direktur Keuangan Tower Bersama Helmy Yusman Santoso mengatakan selain menurunkan nilai penerbitan, perusahaan juga melakukan perubahan struktur penerbitan.
Rencana sebelumnya, global bond ini akan diterbitkan lewat anak usahanya di Singapura. Namun dengan pertimbangan cost of fund lebih rendah, diputuskan bahwa TBIG langsung yang akan menerbitkan obligasi tersebut.
"Mei lalu sudah RUPSLB dan ada agenda surat utang tapi waktu itu approval US$ 850 juta dan kita terbitkan lewat anak usaha di Singapura. Ini RUPSLB hari ini, direvisi size-nya dan strukturnya dari melalui anak usaha Tower Bersama Global, ini diganti jadi ke grup [TBIG]," kata Helmy di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (30/10/2019).
Dia menyebutkan, penerbitan global bond ini akan dieksekusi pada semester pertama 2020. Targetnya, tenor paling panjang sampai dengan 10 tahun dengan tingkat bunga maksimal 6%.
Helmy belum pasti berapa nilai surat utang yang akan diterbitkan, tapi seluruh dana yang diperoleh nanti akan digunakan untuk melakukan pembiayaan kembali (refinancing) utang-utang sebelumnya.
Perusahaan memilih untuk menerbitkan surat utang ini di luar negeri karena pertimbangan nilai penerbitan bisa lebih besar ketimbang menerbitkan dalam rupiah.
Untuk di dalam negeri, Helmy menyebutkan saat ini perusahaan masih memiliki sisa penawaran umum berkelanjutan (PUB) obligasi senilai Rp 3 triliun yang masih bisa diterbitkan hingga tahun depan.
Beberapa waktu lalu perusahaan memperoleh kucuran dana segar berupa pinjaman dengan jumlah maksimal yang bisa diserap senilai US$ 375 miliar dari konsorsium bank lokal dan asing.
Fasilitas ini akan jatuh tempo pada Januari 2025 dengan tingkat bunga Libor+1,85% per tahun untuk kreditor dalam negeri dan Libor+1,75% untuk kreditor luar negeri.
(tas) Next Article Pemegang Saham Restui TBIG Emisi Global Bond Rp 9,1 T
