
Meski Data Ekonomi Emburadul, Straits Times Dibuka Naik 0,2%
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
30 October 2019 08:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama Singapura dibuka menguat pada perdagangan hari ini (30/10/2019) meskipun riilis data terbaru bulan September mencatatkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya
Indeks Straits Times dibuka menguat 0,2% ke level 3.203,51 indeks poin, di mana dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, 18 saham yang mencatatkan kenaikan harga, 7 saham melemah, dan 5 saham tidak mencatatkan perubahan harga.
Data indeks harga produsen Singapura untuk bulan September turun 6,8% secara tahunan, setelah pada bulan sebelumnya juga membukukan koreksi 6% YoY (year-on-year). Ini merupakan penurunan 5 bulan berturut-turut dan kontraksi terdalam setidaknya sejak Juli 2016, dilansir dari Trading Economics.
Sementara itu, harga ekspor dan impor bulan lalu juga tercatat tumbuh negatif masing-masing 3,2% YoY dan 4,9% YoY. Penurunan harga tersebut secara tidak langsung menunjukkan adanya penurunan permintaan.
Meskipun demikian rilis data perdagangan Negeri Singa yang menganut sistem ekonomi terbuka terus melemah, Menteri Perdagangan Chan Chun Sing mengatakan bahwa Singapura belum masuk ke jurang resesi, dilansir dari CNBC International.
"Pada titik ini, saya tidak berpikir kita sedang melihat resesi," ujar Chan saat ditanyakan jika Singapura bisa menghindari resesi.
Sejatinya wajar apabila penurunan harga ekspor dan impor cukup meresahkan pelaku pasar. Hal ini mengingat Singapura merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara dengan rasio perdagangan terhadap PDB (produk Domestik Bruto) tertinggi di dunia.
Distorsi alur perdagangan internasional akibat friksi dagang Amerika Serikat (AS) dan China berdampak sangat signifikan terhadap ekonomi Singapura. Jika kesepakatan dagang tidak dapat dicapai dalam waktu dekat, bukan tidak mungkin ancaman resesi menghampiri.
Terlebih lagi kabar terbaru menyebutkan bahwa besar kemungkinan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping tidak dapat menandatangani kesepakatan pada pertemuan KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) bulan depan di Chile.
Pasalnya, pejabat Gedung Putih menyampaikan dibutuhkan waktu yang lebih banyak untuk menyelesaikan teks perjanjian, dikutip dari Reuters.
Pada hari ini tidak ada rilis data ekonomi yang patut dicermati investor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Data China Penuh Kejutan, Straits Times untuk Sementara Hijau
Indeks Straits Times dibuka menguat 0,2% ke level 3.203,51 indeks poin, di mana dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, 18 saham yang mencatatkan kenaikan harga, 7 saham melemah, dan 5 saham tidak mencatatkan perubahan harga.
Data indeks harga produsen Singapura untuk bulan September turun 6,8% secara tahunan, setelah pada bulan sebelumnya juga membukukan koreksi 6% YoY (year-on-year). Ini merupakan penurunan 5 bulan berturut-turut dan kontraksi terdalam setidaknya sejak Juli 2016, dilansir dari Trading Economics.
Meskipun demikian rilis data perdagangan Negeri Singa yang menganut sistem ekonomi terbuka terus melemah, Menteri Perdagangan Chan Chun Sing mengatakan bahwa Singapura belum masuk ke jurang resesi, dilansir dari CNBC International.
"Pada titik ini, saya tidak berpikir kita sedang melihat resesi," ujar Chan saat ditanyakan jika Singapura bisa menghindari resesi.
Sejatinya wajar apabila penurunan harga ekspor dan impor cukup meresahkan pelaku pasar. Hal ini mengingat Singapura merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara dengan rasio perdagangan terhadap PDB (produk Domestik Bruto) tertinggi di dunia.
Distorsi alur perdagangan internasional akibat friksi dagang Amerika Serikat (AS) dan China berdampak sangat signifikan terhadap ekonomi Singapura. Jika kesepakatan dagang tidak dapat dicapai dalam waktu dekat, bukan tidak mungkin ancaman resesi menghampiri.
Terlebih lagi kabar terbaru menyebutkan bahwa besar kemungkinan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping tidak dapat menandatangani kesepakatan pada pertemuan KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) bulan depan di Chile.
Pasalnya, pejabat Gedung Putih menyampaikan dibutuhkan waktu yang lebih banyak untuk menyelesaikan teks perjanjian, dikutip dari Reuters.
Pada hari ini tidak ada rilis data ekonomi yang patut dicermati investor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Data China Penuh Kejutan, Straits Times untuk Sementara Hijau
Most Popular