
Gandeng Mitra, BUMI Investasi Rp 22,4 T Garap Gasifikasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten tambang batu bara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) butuh investasi cukup jumbo untuk mengembangkan hilirisasi batu bara menjadi gas atau gasifikasi di tahun depan. Nilai investasi diprediksi mencapai US$ 1,6 miliar atau sekitar Rp 22,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$).
Presiden Direktur Bumi Resources, Saptari Hoedaja menyampaikan, batu bara sebagai sumber energi yang murah, tidak hanya sebagai bahan bakar listrik, tetapi bisa dikembangkan menjadi sumber bahan baku.
Sumber bahan batu itu untuk diproses menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai campuran bahan bakar, sehingga bisa mengurangi impor minyak. Selain itu, hasil gasifikasi juga bisa dipakai untuk kebutuhan domestik atau diekspor.
"Studi kelayakan sudah, kami sedang mencari teknologi yang tepat, ini butuh investasi cukup besar US $ 1,6 miliar," ungkap Ari, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Jakarta, Jumat (25/10/2019).
Nantinya, BUMI bakal menggandeng sejumlah partner strategis untuk proyek gasifikasi.
Tidak hanya itu, untuk mengantisipasi fluktuasi harga batu bara, induk usaha PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) ini juga mulai melakukan diversifikasi usaha ke bisnis pertambangan emas, tembaga dan seng.
Sebagai gambaran, setiap tahun produksi batu bara BUMI berkisar sekitar 90-100 juta ton per tahun, tidak pernah berubah selama setahun.
"Tren dalam tiga tahun terakhir, permintaan batu bara tidak berubah karena produksi turun, tapi harga bisa berubah," jelasnya.
Untuk tambang emas, saat ini sedang dalam tahap persiapan desain konstruksi dan diperkirakan akan mulai produksi pada tahun 2021-2021, sedangkan, tambang seng baru bisa berproduksi akhir 2021 mendatang.
Sepanjang semester I-2019, BUMI mencatatkan laba bersih US$ 81 juta, turun 47% dibandingkan semester I-2018 senilai US$ 151,57 juta.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava dalam kesempatan sebelumnya mengatakan kondisi global dan pelemahan di sektor batu bara menjadi penyebab utama turunnya laba perusahaan.
Apalagi pada semester I-2019 harga batu bara turun hingga 8% menjadi US$ 53,2 per ton, dibandingkan periode yang sama 2018 senilai US$ 58 per ton.
"Penurunan harga ini berdampak pada pendapatan perusahaan," kata Dileep dalam siaran resminya, Jumat (02/09/2019).
Bumi Resources komitmen selesaikan utang
(tas/tas) Next Article Video: Private Placement Lagi, Utang BUMI Lunas?
