Jelang Pengumuman Bunga Acuan, Rupiah ke Bawah Rp 14.000/US$!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 October 2019 08:46
Jelang Pengumuman Bunga Acuan, Rupiah ke Bawah Rp 14.000/US$!
Foto: Konferensi hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (CNBC Indonesia/Cantika Adinda Putri)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat 0,18% melawan dolar AS pada pembukaan perdagangan di pasar spot hari ini, Kamis (24/10/2019). Pada pukul 08:11 WIB, rupiah telah memperlebar penguatannya menjadi 0,29% ke level Rp 13.985/dolar AS.

Jika berhasil bertahan di zona apresiasi hingga akhir perdagangan, maka rupiah akan resmi menguat selama enam hari beruntun.

Sejatinya, mayoritas mata uang negara-negara Asia lainnya juga membukukan apresiasi melawan dolar AS. Namun, apresiasi rupiah yang mencapai 0,29% sukses menjadikannya mata uang dengan kinerja terbaik di kawasan Asia.

Sentimen pada perdagangan hari ini memang mendukung bagi mata uang negara-negara Asia untuk menaklukkan dolar AS., seiring dengan komentar positif yang kembali ditebar oleh China terkait hubungan dengan AS di bidang perdagangan. 

Wakil Menteri Luar Negeri China Le Yucheng mengatakan bahwa AS dan China telah mencapai perkembangan dalam negosiasi dagang kedua negara, seperti dilansir dari Reuters. Menurut Le, segala perbedaan yang ada antara AS dan China bisa diselesaikan selama keduanya menghormati satu sama lain.

"Selama kita saling menghormati satu sama lain dan bekerjasama dengan azaz keadilan, tidak ada perbedaan yang tak dapat diselesaikan antara China dan AS," kata Le.

"Yang China inginkan adalah memberikan kehidupan yang lebih baik bagi rakyatnya. Kami tak ingin merenggut apapun dari pihak lain. Tidaklah ada ceritanya bahwa China ingin menggantikan ataupun mengancam pihak lain," katanya guna semakin mendinginkan suasana dengan AS.

Dirinya kemudian menjelaskan bahwa AS dan China telah mencapai banyak hal melalui kerjasama selama bertahun-tahun.

"Untuk apa kita melepaskan capaian-capaian dari kerjasama tersebut?"

Jika benar AS-China bisa meneken kesepakatan dagang tahap satu pada bulan depan, tentu ini akan menjadi kabar yang sangat positif bagi perekonomian kedua negara lantaran roda perekonomian akan bisa dipacu untuk berputar lebih kencang.

Asal tahu saja, kesepakatan dagang AS-China bisa menjadi kunci untuk membebaskan kedua negara dari yang namanya hard landing alias perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Untuk diketahui, pada tahun 2018 International Monetary Fund (IMF) mencatat perekonomian AS tumbuh sebesar 2,857%, menandai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak tahun 2015.

Pada tahun 2019, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS melambat menjadi 2,6%. Untuk tahun 2020, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan kembali merosot menjadi 1,9% saja.

Beralih ke China, pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 diproyeksikan melandai ke level 6,2%, dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Pada tahun depan, pertumbuhannya kembali diproyeksikan melandai menjadi 6%.

BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> Efek Kabinet Indonesia Maju Masih Terasa

Dari dalam negeri, efek pembentukan Kabinet Indonesia Maju yang akan menemani Presiden Joko Widodo (Jokowi) di periode kedua ternyata masih ampuh untuk mengerek kinerja rupiah. Kemarin (23/10/2019), Jokowi telah secara resmi memperkenalkan dan melantik deretan menteri yang akan menghiasi kabinet barunya bersama dengan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.

Di kabinet periode dua Jokowi, terdapat beberapa nama profesional seperti Pendiri Gojek Nadiem Makarin, CEO NET Wishnutama, serta Pendiri Mahaka Group Erick Thohir. Nadiem didapuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Erick Thohir sebagai Menteri BUMN, dan Wishnutama sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 

Di sisi lain, nama-nama lama yang memiliki rekam jejak oke di periode satu pemerintahan Jokowi masih dipertahankan, Sri Mulyani misalnya. Sri Mulyani akan kembali menjabat sebagai menteri keuangan di periode dua Jokowi.

Sri Mulyani memang merupakan salah satu nama yang begitu diinginkan pelaku pasar untuk kembali dibawa oleh Jokowi ke periode dua. Pelaku pasar yang merupakan CEO sebuah lembaga pemeringkat internasional mengatakan bahwa Sri Mulyani sudah pas ditempatnya dan ada baiknya dipertahankan sebagai menteri keuangan.

"Dua jempol untuk Sri Mulyani bisa menjaga stabilitas fiskal dan makro secara baik di tengah gempuran ketidakstabilan kondisi ekonomi global," tuturnya.

Sementara itu, kalangan bankir berpendapat sama.

"Sri Mulyani mengetahui dengan pasti kondisi keuangan negara dan tak ada lagi yang bisa menggantikannya untuk saat ini," terang salah seorang bankir senior.

Tim Riset CNBC Indonesia juga berpendapat bahwa Sri Mulyani merupakan salah satu menteri yang wajib dipertahankan oleh Jokowi.

Sepanjang periode satu pemerintahan Jokowi, Sri Mulyani mengambil keputusan yang berani dengan meningkatkan utang dalam jumlah yang besar guna membiayai pembangunan. Hal ini dilakukannya guna mengompensasi penerimaan negara yang relatif lemah lantaran perekonomian global sedang melambat.

Tambahan utang di era Jokowi yang begitu pesat banyak dialokasikan untuk membangun infrastruktur, sebuah faktor yang sangat krusial dalam memajukan sebuah perekonomian.

Walaupun secara gencar menambah utang, Sri Mulyani tetap tidak melupakan yang namanya prinsip kehati-hatian. Semenjak kembali ke Indonesia untuk menjadi menteri keuangan di pemerintahan Jokowi, defisit fiskal selalu dijaga di level yang rendah.

Selain Sri Mulyani, Basuki Hadimuljono selaku menteri PUPR di periode satu Jokowi juga kembali dipercaya untuk memegang posisi yang sama di periode dua.

Di periode satu pemerintahan Jokowi, kinerja Basuki bisa dibilang cemerlang. Deretan proyek infrastruktur nan-krusial dengan baik dieksekusi pembangunannya. Beberapa proyek bahkan sudah rampung dan bisa dinikmati masyarakat.

Tak hanya proyek jumbo macam Jalan Tol Trans Jawa dan Jalan Trans Papua, proyek-proyek lainnya macam bendungan yang secara nilai investasi bisa dibilang mini namun sesungguhnya krusial guna mestimulasi sendi-sendiri perekonomian di berbagai daerah di Indonesia, juga diamankan oleh Basuki.

Kembali hadirnya Sri Mulyani dan Basuki di kabinet Jokowi diharapkan akan membawa perekonomian Indonesia semakin baik di masa depan.

BERLANJUT KE HALAMAN 3 -> Suku Bunga Acuan BI Dinanti

Masih dari dalam negeri, gelaran Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) ikut memantik aksi beli atas Mata Uang Garuda. Kemarin, RDG BI untuk periode Oktober 2019 dimulai dan dijadwalkan berakhir pada hari ini, diikuti oleh pengumuman tingkat suku bunga acuan.

Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7-Day Reverse Repo Rate akan dipangkas sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5%. Jika benar terealisasi, maka akan menandai pemangkasan tingkat suku bunga acuan selama empat bulan beruntun.

Dari sebanyak 14 ekonom yang masuk ke dalam pembentukan konsensus, sebanyak 10 memperkirakan bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipangkas sebesar 25 bps, sementara sebanyak empat ekonom memperkirakan bahwa tingkat suku bunga acuan tak akan diutak-atik oleh bank sentral.

Tim Riset CNBC Indonesia juga memproyeksikan bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipangkas oleh BI, yakni sebesar 25 bps. Alasannya, terdapat peluang yang sangat besar bahwa The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada akhir bulan ini.

Sementara dari dalam negeri, inflasi yang terkendali, kinerja rupiah yang oke, serta derasnya aliran modal asing yang masuk ke pasar obligasi menjadi faktor yang membuat Tim Riset CNBC Indonesia optimistis bahwa Gubernur BI Perry Warjiyo dan koleganya di bank sentral akan mengumumkan pemangkasan tingkat suku bunga acuan pada hari ini, dengan besaran 25 bps.

Kala tingkat suku bunga acuan dipangkas lagi, bank akan semakin terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.

Saat ini, perekonomian Indonesia jelas membutuhkan suntikan energi yang salah satunya bisa datang dari pemangkasan tingkat suku bunga acuan. Mengatisipasi pemangkasan tingkat suku bunga acuan, aksi beli sudah dilakukan sedari pagi hari ini atas rupiah. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular