Nadiem, Prabowo, dan Damai AS-China Bawa Rupiah Berjaya!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 October 2019 08:31
Hawa Damai Dagang AS-China Kian Terasa
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Tidak hanya dari dalam negeri, faktor eksternal pun sepertinya suportif bagi rupiah. Ini terlihat dari pergerakan mata uang utama Asia yang mayoritas juga menguat di hadapan dolar AS. Namun rupiah lumayan stand-out, karena menjadi mata uang terbaik kedua di Asia.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:11 WIB:

 

Investor sedang semringah karena hubungan AS-China yang semakin harmonis. Selepas dialog dagang di Washington beberapa waktu lalu, relasi Washington-Beijing memang terus membaik.

Kemarin, Wakil Perdana Menteri China Liu He menyatakan Beijing akan bekerja sama dengan Washington untuk menyelesaikan segala perbedaan berdasarkan asas kesetaraan dan penghormatan. Sebab mengakhiri perang dagang adalah kepentingan AS, China, dan seluruh dunia.

"Kedua pihak telah membuat kemajuan yang substansial, sudah ada dasar untuk menyepakati kesepakatan tahap demi rahap. Menghentikan eskalasi perang dagang akan membawa keuntungan bagi China, AS, dan seluruh dunia. Ini adalah yang diharapkan oleh produsen dan konsumen," kata Li, seperti diberitakan Reuters.

Dini hari tadi waktu Indonesia, Presiden AS Donald Trump mempertebal optimisme damai dagang. Sang presiden ke-45 Negeri Adidaya menyatakan, fase pertama perjanjian damai dagang bisa ditandatangani pertengahan bulan depan.

"Kesepakatan dengan China berjalan dengan sangat baik. Mereka ingin membuat kesepakatan, karena rantai pasok yang terganggu," kata Trump di hadapan jurnalis sebelum sidang kabinet, seperti diberitakan Reuters.


Kepala Kantor Perwakilan Dagang AS Robert 'Bob' Lghthizer menambahkan, pemerintah tengah melakukan finalisasi draf kesepakatan dagang fase pertama. Draf ini rencananya selesai sebelum pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Chile pada 16-17 November.

Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengeluarkan pernyataan yang lebih berani. Menurutnya, jika proses negosiasi dengan China berjalan lancar, maka AS kemungkinan akan membatalkan pengenaan bea masuk 15% bagi importasi produk-produk made in China yang rencananya berlaku pada Desember.

"Pekan ini pembicaraan terus berlangsung melalui telepon. Perkembangannya cukup baik," kata Kudlow dalam wawancara dengan Fox Business Network, seperti dikutip dari Reuters.

Aura damai dagang AS-China merekah kembali. Ada harapan dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia tersebut tidak lagi saling hambat. Dampaknya tentu akan membuat arus perdagangan, investasi, dan pertumbuhan ekonomi dunia menggeliat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular