Setelah Hat-trick Melemah, Rupiah Akhirnya Menguat Juga

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 October 2019 17:29
Setelah Hat-trick Melemah, Rupiah Akhirnya Menguat Juga
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah menguat melawan dolar AS pada perdagangan Kamis (17/10/19) mengakhiri hat-trick alias pelemahan 3 hari berturut-turut terhadap mata uang Negeri Paman Sam ini.

Rupiah sebenarnya tidak terlalu bagus saat membuka perdagangan hari ini, melemah melemah 0,04% ke level Rp 14.170/US$. Selepas itu mata uang Garuda mulai memperbaiki performanya, sebelum tengah hari sudah masuk ke zona hijau.

Penguatan rupiah terakselerasi jelang penutupan perdagangan hingga berakhir di level Rp 14.143/US$, menguat 0,15% di pasar spot, melansir data Refinitiv.





Mayoritas mata uang utama Asia memang menguat pada perdagangan hari ini, kecuali yen Jepang yang melemah 0,15% hingga pukul 16:35 WIB.

Won Korea Selatan menjadi mata uang terbaik setelah menguat 0,87%, disusul peso Filipina dan dolar Singapura yang menguat masing-masing 0,47%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan rupiah pada pada perdagangan hari ini.



TIM RISET CNBC INDONESIA 

Rupiah berhasil memanfaatkan dolar AS yang sedang tertekan. Kementerian Perdagangan AS melaporkan penjualan ritel pada September turun 0,3% month-on-month (MoM). Penurunan tersebut merupakan yang pertama dalam tujuh bulan terakhir.

Penurunan penjualan ritel di bulan September menunjukkan melambatnya belanja konsumen AS. Sektor belanja konsumen berkontribusi sekitar 66% terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi AS. Dengan pelambatan konsumsi, pertumbuhan ekonomi Negeri Adikuasa tentunya akan terseret juga.



Rilis data penjualan ritel AS yang buruk membuat spekulasi pemangkasan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve/The Fed kian meninggi. Berdasarkan CME Fedwatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate dalam rapat The Fed 30 Oktober mencapai 87,1%. Kemarin, angkanya masih 73,8% dan sepekan lalu 80,2%.

Kans penurunan suku bunga acuan yang kian besar membuat berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menguntungkan. Oleh karena itu, mata uang Negeri Adidaya mengalami tekanan jual.



Selain itu,pelaku pasar juga sedikit lega akan perkembangan perundingan keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Kabar bagus terus berdatangan sejak Selasa lalu, yang memunculkan harapan akan adanya deal Brexit, sehingga tidak ada guncangan di pasar finansial. 
Pimpinan negosiator Uni Eropa, Michel Barnier, menunjukkan sikap optimistisnya. 

"Tim kami sedang bekerja keras, pekerjaan dimulai lagi hari ini, perundingan ini sangat intens di akhir pekan lalu, juga kemarin, karena kesepakatan semakin sulit, semakin dan semakin sulit, tetapi terus terang, masih mungkin tercapai di pekan ini" kata Barnier sebagaimana dilansir CNBC International Selasa lalu.

Kabar terbaru Rabu kemarin Reuters melaporkan Partai Democratic Unionist (DUP) Irlandia Utara yang merupakan pendukung Partai Konservatif di Pemerintahan Inggris telah menyetujui proposal terbaru Brexit yang ditawarkan Inggris ke Uni Eropa. Reuters mengutip Radio RTE di Irlandia Utara yang mengatakan batu ganjalan utama dalam negosiasi Brexit sudah berhasil dihilangkan. 

Masih belum jelas apa yang dimaksud dengan ganjalan utama. Namun kemungkinan besar ganjalan utama tersebut adalah backstop atau perbatasan bebar bea masuk antara Irlandia Utara dengan Republik Irlandia. 



Harapan akan adanya deal Brexit juga muncul setelah Kanselir Jerman, Angela Merkel, dan Presiden Perancis Emmanuel Macron menunjukkan sikap menyakini akan ada deal di pekan ini.

Pertemuan puncak Uni Eropa berlangsung pada hari ini, dan Jumat (18/9/19) besok. Deal Brexit harus disetujui oleh Uni Eropa, kemudian harus mendapat persetujuan Parlemen Inggris paling telat pada 19 Oktober.


TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/tas) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular