Emas Naik Lagi, AS Mau Resesi kah?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 October 2019 06:49
Emas Naik Lagi, AS Mau Resesi kah?
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia di pasar spot pada perdagangan pagi ini menguat tipis. Berdasarkan data investing.com, hingga pukul 06.40 WIB harga emas naik 0,04% ke level US$ 1.494,55 dibandingkan waktu yang sama pada pagi kemarin.

Sejak awal perdagangan Rabu (16/10/19) harga emas dunia tidak banyak bergerak. Kabar buruk yang terselip di kabar baik membuat para pelaku pasar melakukan aksi wait and see. Namun memasuki perdagangan sesi Amerika Serikat (AS), emas mendapat tenaga untuk menguat karena rilis data ritel Amerika Serikat (AS) yang memburuk.

Buruknya data penjualan ritel AS memicu kecemasan akan resesi, yang meningkatkan permintaan emas sebagai aset aman (safe haven). Pada pukul 20:43 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.484,6/troy ons, menguat 0,25% di pasar spot. Sebelumnya, emas sempat menguat 0,69% ke US$ 1.491,2/troy ons.



Rilis data penjualan ritel AS yang buruk membuat ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kembali menguat. Departemen perdagangan AS melaporkan penjualan ritel di bulan September turun 0,3% month-on-month (MoM).

Penurunan tersebut merupakan yang pertama dalam tujuh bulan terakhir. Rilis tersebut berbanding terbalik dengan hasil survei Reuters terhadap para ekonom yang memprediksi kenaikan 0,3%. Sementara penjualan ritel inti yang tidak memasukkan sektor otomotif dalam perhitungan turun 0,1% MoM.


Penurunan penjualan ritel di bulan September menunjukkan melambatnya belanja konsumen AS. Sektor belanja konsumen berkontribusi sekitar 66% terhadap pertumbuhan ekonomi AS. Dengan pelambatan di tersebut, pertumbuhan ekonomi Negeri Adikuasa di kuartal III-2019 tentunya akan terseret juga.

Usai rilis data tersebut probabilitas pemangkasan suku bunga di AS kembali meningkat. Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 87,1% The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin menjadi 1,5-1,76% di akhir bulan nanti. Probabilitas tersebut meningkat dibandingkan pagi tadi sebesar 75,4%.

Emas sekali lagi akan diuntungkan jika suku bunga di AS dipangkas. Emas merupakan aset yang dibanderol dolar AS, ketika suku bunga dipangkas, dolar AS cenderung melemah dan harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Dampaknya permintaan emas akan meningkat.

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Kabar bagus datang dari kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China, serta perundingan keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau yang dikenal dengan Brexit.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, pada Jumat pekan lalu AS dan China sudah mencapai kesepakatan dagang. Presiden AS Donald Trump didampingi Wakil Perdana Menteri China Liu He yang mengumumkan langsung hal tersebut.

Kesepakatan dagang tersebut akan dilakukan dalam beberapa fase, Presiden Trump mengatakan fase pertama akan ditandatangani dalam waktu tiga pekan. Kabar bagus tersebut membuat harga emas anjlok pada pekan lalu. Tetapi beberapa hari setelahnya tepatnya Senin (14/10/19) muncul kabar buruk yang membuat emas kembali menguat.

Kesepakatan dagang AS-China yang dijalin pada Jumat tersebut kini mulai diragukan. CNBC International yang mengutip sumber terkait melaporkan China ingin perundingan tambahan sebelum meneken kesepakatan fase pertama. Negeri Tiongkok dilaporkan ingin AS membatalkan kenaikan bea impor yang rencananya akan berlaku di bulan Desember.

Sementara itu dari Menteri Keuangan AS mengatakan jika kesepakatan tidak ditandatangani, maka bea impor produk China terbaru akan dikenakan pada pertengahan Desember nanti. Tetapi Mnuchin cukup optimis China akan menandatangani perjanjian dagang yang akan dibuat dalam tiga pekan.

Kemudian kabar bagus lain datang dari perundingan Brexit. Kesepakatan Brexit dikabarkan bisa tercapai di pekan ini. Kabar adanya deal Brexit datang dari sikap optimistis negosiator Uni Eropa, Michel Barnier.

"Tim kami sedang bekerja keras, pekerjaan dimulai lagi hari ini, perundingan ini sangat intens di akhir pekan lalu, juga kemarin, karena kesepakatan semakin sulit, semakin dan semakin sulit, tetapi terus terang, masih mungkin tercapai di pekan ini" kata Barnier sebagaimana dilansir CNBC International.

Tetapi di tengah kabar baik tersebut terselip kabar buruk, hasil perundingan tersebut masih belum pasti. Seandainya di pekan ini tidak ada kesepakatan, potensi terjadi hard Brexit, atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun, akan meningkat.


PM Johnson mengatakan ia ingin kesepakatan terjadi saat pertemuan Uni Eropa Kamis dan Jumat pekan ini agar Brexit bisa dieksekusi 31 Oktober. Jika kesepakatan tidak terjadi, Johnson akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan (hard Brexit), meski Parlemen Inggris sudah membuat undang-undang yang menghalangi itu.

Bagaimana PM Johnson akan melakukan hard Brexit masih belum diketahui. Hard Brexit merupakan ketakutan utama para pelaku pasar, ekonomi Inggris diperkirakan akan memasuki resesi.

Pada dasarnya, baik kesepakatan dagang AS-China dan deal Brexit masih belum pasti sampai ada hitam di atas putih. Hal inilah yang membuat harga emas "mager" sejak pagi hingga sore tadi. Dua isu tersebut masih akan menjadi penggerak utama emas di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(hps/hps) Next Article Cooling Down! Harga Emas Pekan Ini Turun Pekan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular