Lega, Badai Sudah Berlalu di Pasar Obligasi...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 October 2019 20:55
Lega, Badai Sudah Berlalu di Pasar Obligasi...
Ilustrasi Data Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) melaporkan Utang Luar Negeri (ULN) pemerintah per akhir Agustus sebesar US$ 193,51 miliar atau Rp 2.737,64 triliun. Turun 0,53% dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 194,54 miliar (Rp 2.752,17 triliun).

"Posisi ULN pemerintah lebih rendah dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya karena berkurangnya posisi Surat Berharga Negara (SBN) yang dimiliki oleh investor asing. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh faktor ketidakpastian di pasar keuangan global seiring dengan ketegangan perdagangan yang masih berlanjut dan risiko geopolitik yang meningkat," sebut keterangan tertulis BI.


Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, kepemilikan asing di SBN pada akhir Agustus adalah Rp 1.009.6 triliun. Turun 0,34% dibandingkan posisi akhir Juli.

Baca: Mulai Seret, Dana Asing Keluar Rp 19 T Bulan Lalu

Kalau melihat pasar SBN pada Agustus, situasi memang tidak mudah. Kala itu, Credit Default Swap (CDS) obligasi pemerintah untuk tenor lima dan 10 tahun naik.

CDS adalah semacam premi untuk menjamin risiko gagal bayar (default) obligasi. Kalau CDS naik, maka artinya risiko default sedang meningkat.



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)


Akan tetapi, pelaku pasar patut bersyukur karena selepas Agustus situasi terus membaik hingga Oktober. Ini terlihat dari investor asing yang kembali masuk ke pasar SBN. Per 14 Oktober, kepemilikan asing di SBN tercatat Rp 1.032,72 triliun.

Imbal hasil (yield) SBN pun bergerak turun sepanjang akhir Agustus hingga hari ini. Dalam periode tersebut, yield SBN seri acuan tenor 10 tahun turun 13,4 basis poin (bps). Penurunan yield menandakan harga obligasi sedang naik karena tingginya permintaan.



Hal ini seakan membuktikan bahwa penurunan suku bunga acuan tidak membuat pasar obligasi Indonesia menjadi kurang seksi. Meski Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat sudah memangkas BI 7 Day Reverse Repo Rate 75 bps, yield obligasi turun, ternyata investor masih menyemut.

Sebab, seturun-turunnya yield obligasi pemerintah Indonesia masih tetap lebih tinggi ketimbang negara-negara tetangga. Saat ini yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun adalah 7,22%. Instrumen serupa di Malaysia punya yield 3,428%, Singapura 1,693%, Filipina 4,654%, dan India 6,655%.

Oleh karena itu, sejumlah kalangan menilai masih ada ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan lebih lanjut. Tidak perlu khawatir dengan risiko arus modal keluar, karena sampai saat ini belum terbukti.

"Kami memperkirakan suku bunga acuan tahun ini bisa turun sampai 100 bps. Soal capital outflows, apa yang terjadi pada Agustus ternyata tidak memburuk, bahkan arus modal kembali masuk sejak September," sebut Helmi Arman, Ekonom Citi, dalam risetnya.


TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular