
Caplok 2.100 Menara Indosat, Saham Telkom Malah Drop
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
15 October 2019 13:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) atau Telkom terkoreksi dan dilepas investor asing pada perdagangan sesi I. Padahal perseroan, melalui anak usahanya, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), baru saja membeli menara milik PT Indosat Tbk (ISAT).
Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham Telkom tercatat turun 0,84% ke level Rp 4.170/saham. Sementara itu asing tercatat membukukan jual bersih (net sell) senilai Rp 2,24 miliar dari total nilai transaksi Rp 131,91 miliar, sepanjang sesi I, Selasa (15/10/2019).
Harga saham Telkom selama tahun berjalan atau year to date tercatat naik 11,2%. Sepanjang tahun, asing cenderung banyak mengakumulasi saham Telkom dengan total nilai net buy Rp 3,6 triliun secara year to date.
Hari ini, Telkom resmi mengumumkan mengakuisisi 2.100 menara milik Indosat melalui anak usaha, Mitratel. Kedua entitas sudah melaksanakan penandatanganan perjanjian jual beli (Sales Purchase Agreement/SPA).
Direktur Wholesale & International Service Telkom, Edwin Aristiawan menyampaikan aksi korporasi yang dilakukan Telkom Group ini merupakan salah satu strategi bisnis untuk meningkatkan kapabilitas dari sisi aspek infrastruktur telekomunikasi. Edwin menyebutkan ada potensi yang dimiliki oleh menara telekomunikasi milik Indosat Ooredoo tersebut.
"Menara telekomunikasi ini memiliki tenancy ratio di atas rata-rata industri dengan struktur yang kokoh dan coverage seluruh Indonesia. Ini menjadi potensi yang baik untuk bisnis menara Telkom Group ke depan. Kami memiliki peluang untuk meningkat tenancy ratio yang lebih tinggi melalui sinergi Telkom Group bersama Telkomsel," ujar Edwin, dalam keterangan resmi, Selasa (15/10/2019).
Edwin menambahkan bisnis menara telekomunikasi masih menjanjikan karena hingga saat ini operator telekomunikasi masih terus ekspansi dalam meningkatkan kualitas jaringan dan memperluas jangkauan layanannya.
Ia yakin bisnis menara telekomunikasi masih akan mencatatkan kinerja positif.
"Bisnis menara telekomunikasi ke depan diprediksikan semakin baik, khususnya menyambut kedatangan teknologi 5G di Indonesia," katanya.
"Kehadiran teknologi 5G di Indonesia akan meningkatkan kebutuhan pasar terhadap tower provider. Hal ini telah terjadi di negara-negara maju dimana teknologi 5G telah berkembang. Selain itu, akuisisi ini dipandang lebih efektif dan efisien dalam memberikan added value bagi perusahaan dibandingkan dengan membangun menara telekomunikasi dari awal," ungkap Edwin.
Mitratel merupakan anak usaha Telkom yang bergerak di bidang penyediaan infrastruktur telekomunikasi dan telah mengelola lebih dari 13.700 menara telekomunikasi yang tersebar di berbagai wilayah dan melayani semua operator seluler di Indonesia.
Pengambilalihan kepemilikan menara telekomunikasi Indosat Ooredoo ini menjadi salah satu langkah Telkom Group menjadi pemain utama di industri menara di Indonesia.
(hps/tas) Next Article Peluang Telkom di Bursa Saham Indonesia
Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham Telkom tercatat turun 0,84% ke level Rp 4.170/saham. Sementara itu asing tercatat membukukan jual bersih (net sell) senilai Rp 2,24 miliar dari total nilai transaksi Rp 131,91 miliar, sepanjang sesi I, Selasa (15/10/2019).
Harga saham Telkom selama tahun berjalan atau year to date tercatat naik 11,2%. Sepanjang tahun, asing cenderung banyak mengakumulasi saham Telkom dengan total nilai net buy Rp 3,6 triliun secara year to date.
Hari ini, Telkom resmi mengumumkan mengakuisisi 2.100 menara milik Indosat melalui anak usaha, Mitratel. Kedua entitas sudah melaksanakan penandatanganan perjanjian jual beli (Sales Purchase Agreement/SPA).
Direktur Wholesale & International Service Telkom, Edwin Aristiawan menyampaikan aksi korporasi yang dilakukan Telkom Group ini merupakan salah satu strategi bisnis untuk meningkatkan kapabilitas dari sisi aspek infrastruktur telekomunikasi. Edwin menyebutkan ada potensi yang dimiliki oleh menara telekomunikasi milik Indosat Ooredoo tersebut.
"Menara telekomunikasi ini memiliki tenancy ratio di atas rata-rata industri dengan struktur yang kokoh dan coverage seluruh Indonesia. Ini menjadi potensi yang baik untuk bisnis menara Telkom Group ke depan. Kami memiliki peluang untuk meningkat tenancy ratio yang lebih tinggi melalui sinergi Telkom Group bersama Telkomsel," ujar Edwin, dalam keterangan resmi, Selasa (15/10/2019).
Edwin menambahkan bisnis menara telekomunikasi masih menjanjikan karena hingga saat ini operator telekomunikasi masih terus ekspansi dalam meningkatkan kualitas jaringan dan memperluas jangkauan layanannya.
Ia yakin bisnis menara telekomunikasi masih akan mencatatkan kinerja positif.
"Bisnis menara telekomunikasi ke depan diprediksikan semakin baik, khususnya menyambut kedatangan teknologi 5G di Indonesia," katanya.
"Kehadiran teknologi 5G di Indonesia akan meningkatkan kebutuhan pasar terhadap tower provider. Hal ini telah terjadi di negara-negara maju dimana teknologi 5G telah berkembang. Selain itu, akuisisi ini dipandang lebih efektif dan efisien dalam memberikan added value bagi perusahaan dibandingkan dengan membangun menara telekomunikasi dari awal," ungkap Edwin.
Mitratel merupakan anak usaha Telkom yang bergerak di bidang penyediaan infrastruktur telekomunikasi dan telah mengelola lebih dari 13.700 menara telekomunikasi yang tersebar di berbagai wilayah dan melayani semua operator seluler di Indonesia.
Pengambilalihan kepemilikan menara telekomunikasi Indosat Ooredoo ini menjadi salah satu langkah Telkom Group menjadi pemain utama di industri menara di Indonesia.
(hps/tas) Next Article Peluang Telkom di Bursa Saham Indonesia
Most Popular