
Jawaban BCA Soal Stock Split, Amman Mineral Beri Sinyal IPO
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
14 October 2019 08:12

Jakarta, CNBC Indonesia -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat sebesar 1,36% ke level 6.105,8 pada perdagangan akhir pekan kemarin, Jumat (11/10/2019).
Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama Asia yang diperdagangkan di zina hijau: indeks Hang Seng melesat 2,34%, indeks Shanghai naik 0,88%, indeks Nikkei menguat 1,15%, indeks Kospi menguat 0,81%, dan indeks Straits Times naik 0,73%.
Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan awal pekan ini, Senin (14/10/2019).
1. Jawaban BCA Soal Rumor Stock Split Saham
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) akhirnya buka suara mengenai rumor pemecahan nilai nominal saham atau stock split yang ramai beberapa waktu belakangan. Manajemen bank dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia ini masih mematangkan rencana tersebut.
"Stock split biar dimatangkan dulu," ujar Direktur BCA Santoso kepada CNBC Indonesia saat ditemui dalam acara Kick Off Piala Presiden E-Sports 2020 di Tennis Indoor Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (13/10/2019).
Saat dikonfirmasi apakah stock split sudah masuk rencana bisnis bank dengan kode saham BBCA tersebut, Santoso belum memberi jawaban perinci. Sebab, menurut dia, banyak hal yang akan dipertimbangkan perseroan untuk memecah nilai nominal saham.
"Saya tidak tahu persis, apakah itu (ada dalam rencana perusahaan tahun ini). Karena tidak segampang itu (melakukan) stock split," kata Santoso.
Hingga penutupan perdagangan Jumat pekan kemarin, saham BBCA diperdagangkan di level Rp 30.625 per saham, naik 0,25%. Nilai kapitalisasi pasar BCA sudah mencapai Rp 755,06 triliun. Bila dilihat sejak awal tahun ini, saham BBCA naik 17,79%.
2. Fitch: Obligasi Korporasi Bisa Tembus Rp 103 T di Akhir 2019
Nilai penerbitan obligasi korporasi diprediksi tetap meningkat pada tahun ini atau minimal sama dibandingkan dengan penerbitan tahun lalu yakni sebesar Rp 103,69 triliun, meskipun tidak sebesar yang diprediksi di awal tahun.
Indra Kampono, Direktur Utama PT Fitch Ratings Indonesia, mengatakan prospek penerbitan surat utang korporasi pada tahun ini akan dibanding tahun lalu yang sama, tetapi lebih rendah dibanding ekspektasi awal pelaku pasar secara umum Rp 140 triliun-Rp 150 triliun.
Penyebabnya, lanjut Indra, adalah aksi tunggu (wait & see) dan pembatalan rencana penerbitan calon emiten tahun ini yang terutama disebabkan oleh ketidakstabilan dalam negeri.
Data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan, saat ini ada 52 perusahaan sudah menerbitkan 222 seri efek utang, baik yang berupa obligasi korporasi dan surat utang syariah yang biasa disebut sukuk.
BERLANJUT KE HAL 2 >>>>
3. Jelang "Deal" Divestasi 20%, Begini Respons Vale Indonesia
Emiten tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menyatakan siap melangsungkan pembahasan dengan PT Indonesia Asahan Inalum (Inalum), induk BUMN Pertambangan untuk mematangkan rencana divestasi 20% saham Vale kepada pemerintah.
Seperti diketahui, sesuai dengan amandemen Kontrak Karya, tenggat divestasi saham Vale Indonesia kepada pemerintah 14 Oktober 2019. Pemerintah sebelumnya menunjuk MIND ID, perusahaan induk BUMN pertambangan untuk memuluskan rencana tersebut.
"Diskusi saat ini sedang berlangsung dan diharapkan tercapai kesepakatan awal dalam waktu dekat ini," kata Bernardus Irmanto, Chief Financial Officer Vale Indonesia kepada CNBC Indonesia, Jumat (11/10/2019).
4. Darmin Ungkap Alasan Lion-Garuda Bikin Hanggar di Batam
Lion Air Group melalui lini usahanya, Batam Aero Technic (BAT), menggandeng PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) lewat anak usahanya PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI) untuk membangun bengkel pesawat atau hanggar di Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Kawasan Batam itu akan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) MRO (Maintenance, Repair, and Overhaul) alias hanggar pesawat di Indonesia.
Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan ada dua KEK dalam proses persiapan dan tinggal menyiapkan dokumen peraturan pemerintah (PP), salah satunya Batam ini. Dia mengatakan alasan di balik kerja sama dua grup maskapai penerbangan itu karena pemerintah ingin mendorong lahirnya hanggar pesawat yang bisa bersaing dengan bengkel pesawat di kawasan regional.
"[KEK] pertama MRO kerja sama antara Lion Group dan Garuda, untuk maintenance," katanya di kantor Kemenko Perekonomian, di Jakarta, Kamis kemarin (10/10/2019).
5. Arifin Panigoro: Amman Mineral IPO Tahun Depan
Pendiri dan pemilik PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) Arifin Panigoro memastikan salah satu unit usahanya bakal segera melantai di Bursa Efek Indonesia yakni, PT Amman Mineral Nusa Tenggara.
"Tahun depan lebih pasti," jawabnya saat ditanya soal kepastian bakal melantainya perusahaan tambang emas dan tembaga yang dulu dikenal sebagai Newmont Nusa Tenggara tersebut, Kamis (10/10/2019).
Soal target dana, ia belum bisa mengungkapkan meski sempat disebut-sebut mengincar dana penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) hingga US$ 600 juta atau setara Rp 8,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.100/US$).
Arifin menjelaskan opsi yang dimiliki Amman tak cuma IPO, tetapi juga backdoor listing. "Tahu-tahu kita merger dengan perusahaan siapa gitu atau Medco sendiri yang masuk, kan kami sudah listed [tercatat di BEI] juga," jelasnya. Backdoor listing adalah cara perusahaan non terbuka untuk masuk ke bursa dengan mengakuisisi perusahaan terbuka.
(sef/sef) Next Article Sebelum Mulai Perdagangan, Simak Aksi 10 Emiten Ini
Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama Asia yang diperdagangkan di zina hijau: indeks Hang Seng melesat 2,34%, indeks Shanghai naik 0,88%, indeks Nikkei menguat 1,15%, indeks Kospi menguat 0,81%, dan indeks Straits Times naik 0,73%.
Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan awal pekan ini, Senin (14/10/2019).
1. Jawaban BCA Soal Rumor Stock Split Saham
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) akhirnya buka suara mengenai rumor pemecahan nilai nominal saham atau stock split yang ramai beberapa waktu belakangan. Manajemen bank dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia ini masih mematangkan rencana tersebut.
"Stock split biar dimatangkan dulu," ujar Direktur BCA Santoso kepada CNBC Indonesia saat ditemui dalam acara Kick Off Piala Presiden E-Sports 2020 di Tennis Indoor Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (13/10/2019).
Saat dikonfirmasi apakah stock split sudah masuk rencana bisnis bank dengan kode saham BBCA tersebut, Santoso belum memberi jawaban perinci. Sebab, menurut dia, banyak hal yang akan dipertimbangkan perseroan untuk memecah nilai nominal saham.
"Saya tidak tahu persis, apakah itu (ada dalam rencana perusahaan tahun ini). Karena tidak segampang itu (melakukan) stock split," kata Santoso.
Hingga penutupan perdagangan Jumat pekan kemarin, saham BBCA diperdagangkan di level Rp 30.625 per saham, naik 0,25%. Nilai kapitalisasi pasar BCA sudah mencapai Rp 755,06 triliun. Bila dilihat sejak awal tahun ini, saham BBCA naik 17,79%.
2. Fitch: Obligasi Korporasi Bisa Tembus Rp 103 T di Akhir 2019
Nilai penerbitan obligasi korporasi diprediksi tetap meningkat pada tahun ini atau minimal sama dibandingkan dengan penerbitan tahun lalu yakni sebesar Rp 103,69 triliun, meskipun tidak sebesar yang diprediksi di awal tahun.
Indra Kampono, Direktur Utama PT Fitch Ratings Indonesia, mengatakan prospek penerbitan surat utang korporasi pada tahun ini akan dibanding tahun lalu yang sama, tetapi lebih rendah dibanding ekspektasi awal pelaku pasar secara umum Rp 140 triliun-Rp 150 triliun.
Penyebabnya, lanjut Indra, adalah aksi tunggu (wait & see) dan pembatalan rencana penerbitan calon emiten tahun ini yang terutama disebabkan oleh ketidakstabilan dalam negeri.
Data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan, saat ini ada 52 perusahaan sudah menerbitkan 222 seri efek utang, baik yang berupa obligasi korporasi dan surat utang syariah yang biasa disebut sukuk.
BERLANJUT KE HAL 2 >>>>
Emiten tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menyatakan siap melangsungkan pembahasan dengan PT Indonesia Asahan Inalum (Inalum), induk BUMN Pertambangan untuk mematangkan rencana divestasi 20% saham Vale kepada pemerintah.
Seperti diketahui, sesuai dengan amandemen Kontrak Karya, tenggat divestasi saham Vale Indonesia kepada pemerintah 14 Oktober 2019. Pemerintah sebelumnya menunjuk MIND ID, perusahaan induk BUMN pertambangan untuk memuluskan rencana tersebut.
"Diskusi saat ini sedang berlangsung dan diharapkan tercapai kesepakatan awal dalam waktu dekat ini," kata Bernardus Irmanto, Chief Financial Officer Vale Indonesia kepada CNBC Indonesia, Jumat (11/10/2019).
4. Darmin Ungkap Alasan Lion-Garuda Bikin Hanggar di Batam
Lion Air Group melalui lini usahanya, Batam Aero Technic (BAT), menggandeng PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) lewat anak usahanya PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI) untuk membangun bengkel pesawat atau hanggar di Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Kawasan Batam itu akan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) MRO (Maintenance, Repair, and Overhaul) alias hanggar pesawat di Indonesia.
Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan ada dua KEK dalam proses persiapan dan tinggal menyiapkan dokumen peraturan pemerintah (PP), salah satunya Batam ini. Dia mengatakan alasan di balik kerja sama dua grup maskapai penerbangan itu karena pemerintah ingin mendorong lahirnya hanggar pesawat yang bisa bersaing dengan bengkel pesawat di kawasan regional.
"[KEK] pertama MRO kerja sama antara Lion Group dan Garuda, untuk maintenance," katanya di kantor Kemenko Perekonomian, di Jakarta, Kamis kemarin (10/10/2019).
5. Arifin Panigoro: Amman Mineral IPO Tahun Depan
Pendiri dan pemilik PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) Arifin Panigoro memastikan salah satu unit usahanya bakal segera melantai di Bursa Efek Indonesia yakni, PT Amman Mineral Nusa Tenggara.
"Tahun depan lebih pasti," jawabnya saat ditanya soal kepastian bakal melantainya perusahaan tambang emas dan tembaga yang dulu dikenal sebagai Newmont Nusa Tenggara tersebut, Kamis (10/10/2019).
Soal target dana, ia belum bisa mengungkapkan meski sempat disebut-sebut mengincar dana penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) hingga US$ 600 juta atau setara Rp 8,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.100/US$).
Arifin menjelaskan opsi yang dimiliki Amman tak cuma IPO, tetapi juga backdoor listing. "Tahu-tahu kita merger dengan perusahaan siapa gitu atau Medco sendiri yang masuk, kan kami sudah listed [tercatat di BEI] juga," jelasnya. Backdoor listing adalah cara perusahaan non terbuka untuk masuk ke bursa dengan mengakuisisi perusahaan terbuka.
(sef/sef) Next Article Sebelum Mulai Perdagangan, Simak Aksi 10 Emiten Ini
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular