AS-China Mesra, Asia Berbunga-bunga, Rupiah Perkasa

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 October 2019 08:35
AS-China Mesra, Asia Berbunga-bunga, Rupiah Perkasa
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Faktor eksternal sepertinya dominan dalam menyokong penguatan mata uang Ibu Pertiwi.

Pada Jumat (11/10/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.120 kala pembukaan pasar. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi 0,14% terhadap greenback. Sepertinya rupiah bisa mengulangi pencapaian tersebut hari ini.


Tidak cuma rupiah, berbagai mata uang utama Asia pun menguat di hadapan dolar AS. Hari ini tampaknya akan menjadi momentum yang indah bagi pasar keuangan Benua Kuning.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:05 WIB:



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)


Investor berseri-seri menanggapi dialog dagang AS-China yang berlangsung mulai kemarin di Washington. Hubungan dagang kedua negara yang menegang dalam lebih dari setahun terakhir sepertinya mulai mencair.

Saking puasnya dengan proses negosiasi dagang, Presiden AS Donald Trump sesumbar bahwa kedua negara bisa mencapai kesepakatan. Bahkan Trump sampai mengundang delegasi China ke Gedung Putih.

"Kami menjalani negosiasi yang sangat, sangat baik dengan China. Mungkin lebih baik dari yang diperkirakan," tegas Trump, seperti diwartakan Reuters.


Wakil Perdana Menteri China Liu He, sang pemimpin delegasi dari Beijing, tidak kalah semringah. Walau tidak mengeluarkan pernyataan, Liu keluar dari arena negosiasi dengan senyum lebar dan lambaian tangan hangat.

Optimisme ini menjalar ke dunia usaha. Myron Brilliant, Ketua Kamar Dagang AS bidang Perdagangan Internasional, mengungkapkan bahwa proses negosiasi mengarah ke sesuatu yang lebih besar.

"Saya yakin bahwa ada kemungkinan kedua negara sepakat soal nilai tukar mata uang. Dengan demikian, maka ada harapan pemerintah AS akan membatalkan rencana kenaikan bea masuk yang sedianya berlaku mulai 15 Oktober," kata Brilliant, sebagaimana diwartakan Reuters.


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)



Beberapa waktu lalu, AS sempat mengadukan China ke Dana Moneter Internasional (IMF) dengan tuduhan manipulasi kurs. China dinilai sengaja melemahkan nilai tukar yuan sehingga produk mereka bisa kompetitif di pasar ekspor. Namun IMF menyatakan bahwa China tidak melakukan manipulasi kurs, dan nilai tukar yuan bergerak sesuai fundamentalnya.

Selain itu, AS juga berencana mengenakan kenaikan tarif bea masuk dari 25% menjadi 30% terhadap importasi produk-produk made in China senilai US$ 250 miliar. Jika perundingan di Washington berjalan mulus, maka rencana ini bisa dibatalkan.

Baca: IMF: Yuan Melemah Namun Masih Wajar

"Kami datang ke sini dengan niat tulus dan ingin bekerja sama dengan AS dalam hal perdagangan, pembukaan akses pasar, dan perlindungan investor," kata Wakil PM Liu sebelum perundingan, seperti dikutip dari Xinhua.

China membuktikan niat kerja sama tersebut dengan kembali membeli produk-produk pertanian AS. Kementerian Perdagangan AS mencatat China kembali mengimpor 398.000 ton kedelai dari AS. China juga membeli 18.810 ton daging babi tahun ini, dan tahun depan meningkat menjadi 123.362 ton.

Hubungan AS-China yang semakin mesra membuat harapan damai dagang bersemi lagi. Ada asa perang dagang yang membuat rantai pasok global porak-poranda bisa diakhiri. Dengan begitu, arus perdagangan, investasi, dan pertumbuhan ekonomi dunia akan pulih.


Kondisi pasar yang sedang berbunga-bunga membuat gairah untuk mengoleksi aset-aset berisiko meninggi. Tidak ada lagi istilah main aman, mumpung risiko sedang rendah lebih baik mencari cuan di negara-negara berkembang Asia.

Arus modal ini membuat mata uang Asia menguat. Rupiah pun menikmatinya.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular