
Internasional
Blacklist Entitas China, AS Lempar 'Torpedo' ke Perang Dagang
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
09 October 2019 12:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan AS yang memasukkan 28 perusahaan China dalam daftar hitam (balcklist) membuat harapan damai perang dagang menipis. Padahal, pembicaraan damai kedua negara bakal segera dilakukan besok, Kamis (10/10/2019).
Menurut jurnalis ekonomi senior CNBC International Jim Cramer, kebijakan AS ini seperti melempar torpedo ke China. "Mereka (administrasi Trump) seperti melempari pembicaraan dengan torpedo. Harapan semua orang jadi putus," katanya dalam Fquawk Box CNBC, Selasa (9/10/2019) malam.
Pasalnya kebijakan ini membuat perusahaan yang masuk dalam daftar, sulit membeli komponen dari perusahaan AS tanpa persetujuan Washington. Produksi perusahaan China bisa terganggu.
Belum lagi, langkah AS yang membatasi visa pada para pejabat China. Ini juga semakin memprovokasi China.
Sebelumnya, Departemen Perdagangan AS (DoC) menegaskan langkah ini tidak terkait pembicaraan perang dagang kedua negara. Melainkan masalah lain, yakni pelanggaran HAM pemerintah pada kelompok minoritas Muslim China.
"Secara khusus, entitas ini telah terlibat dalam pelanggaran HAM dan pelanggaran dalam pelaksanaan kampanye penindasan China, penahanan massal secara sewenang-wenang dan pengawasan dengan teknologi tinggi terhadap warga Uighur, Kazakh, dan anggota kelompok minoritas Muslim lainnya," kata DoC.
Hal senada juga ditegaskan sekretaris perdagangan AS. "Pemerintah AS dan Departemen Perdagangan tidak dapat dan tidak bisa mentolerir penindasan terhadap etnis minoritas di China," ujar Sekretaris Perdagangan AS, Wilbur Ross dilansir dari Reuters.
Entitas yang di blacklist didominasi perusahaan teknologi dan kecerdasan buatan. Salah satunya, jaringan raksasa e-commerce Alibaba, Megvii yang memiliki aset hingga US$ 4 miliar dan tengah mempersiapkan IPO di Bursa Hong Kong.
Ini mengakibatkan Goldman Sachs mereview kembali perannya dalam IPO Megvii. Goldman menjadi sponsor IPO Megvii bersama Citigroup dan JPMorgan Chase.
Agustus lalu, AS juga memblacklist raksasa elektronik China Huawei Tecnologies Co Ltd dengan alasan keamanan nasional. Beberapa perusahaan lain yang masuk daftar hitam antara lain, iFlytek Co, Zhejiang Dahua Technology, Xiamen Meiya Pico Information Co.
Langkah AS ini membuat China meradang. China dengan tegas meminta AS tidak mencampuri urusan dalam negeri mereka.
(sef/sef) Next Article Belum Ketemu Xi Jinping, Trump Ogah Teken Deal Perang Dagang?
Menurut jurnalis ekonomi senior CNBC International Jim Cramer, kebijakan AS ini seperti melempar torpedo ke China. "Mereka (administrasi Trump) seperti melempari pembicaraan dengan torpedo. Harapan semua orang jadi putus," katanya dalam Fquawk Box CNBC, Selasa (9/10/2019) malam.
Belum lagi, langkah AS yang membatasi visa pada para pejabat China. Ini juga semakin memprovokasi China.
Sebelumnya, Departemen Perdagangan AS (DoC) menegaskan langkah ini tidak terkait pembicaraan perang dagang kedua negara. Melainkan masalah lain, yakni pelanggaran HAM pemerintah pada kelompok minoritas Muslim China.
"Secara khusus, entitas ini telah terlibat dalam pelanggaran HAM dan pelanggaran dalam pelaksanaan kampanye penindasan China, penahanan massal secara sewenang-wenang dan pengawasan dengan teknologi tinggi terhadap warga Uighur, Kazakh, dan anggota kelompok minoritas Muslim lainnya," kata DoC.
Hal senada juga ditegaskan sekretaris perdagangan AS. "Pemerintah AS dan Departemen Perdagangan tidak dapat dan tidak bisa mentolerir penindasan terhadap etnis minoritas di China," ujar Sekretaris Perdagangan AS, Wilbur Ross dilansir dari Reuters.
Entitas yang di blacklist didominasi perusahaan teknologi dan kecerdasan buatan. Salah satunya, jaringan raksasa e-commerce Alibaba, Megvii yang memiliki aset hingga US$ 4 miliar dan tengah mempersiapkan IPO di Bursa Hong Kong.
Ini mengakibatkan Goldman Sachs mereview kembali perannya dalam IPO Megvii. Goldman menjadi sponsor IPO Megvii bersama Citigroup dan JPMorgan Chase.
Agustus lalu, AS juga memblacklist raksasa elektronik China Huawei Tecnologies Co Ltd dengan alasan keamanan nasional. Beberapa perusahaan lain yang masuk daftar hitam antara lain, iFlytek Co, Zhejiang Dahua Technology, Xiamen Meiya Pico Information Co.
Langkah AS ini membuat China meradang. China dengan tegas meminta AS tidak mencampuri urusan dalam negeri mereka.
(sef/sef) Next Article Belum Ketemu Xi Jinping, Trump Ogah Teken Deal Perang Dagang?
Most Popular