
Analisis
Pukul Balik Dolar, Rupiah Punya Peluang ke Rp 14.130/US$
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 October 2019 13:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berbalik menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (8/10/19) setelah mengawali perdagangan di zona merah.
Begitu perdagangan hari ini dibuka, Mata Uang Garuda langsung melemah 0,11% di level Rp 14.170/US$, tetapi setelahnya berhasil menipiskan pelemahan hingga memukul balik dolar AS. Rupiah bahkan sempat menguat 0,11% ke level Rp 14.140/US$.
Perhatian pelaku pasar saat ini berfokus pada rencana perundingan dagang AS-China yang akan digelar di Washington 10-11 Oktober nanti.
Pelaku pasar memiliki harapan yang tinggi agar perundingan kali ini menghasilkan kesepakatan sehingga perekonomian global bisa membaik.
Namun, ibarat dua sisi mata uang, selain adanya harapan kesepakatan dagang, di sisi lain pelaku pasar juga berhati-hati seandainya kedua negara sekali lagi gagal mencapai kesepakatan malah terjadi eskalasi perang dagang.
Kehati-hatian tersebut membuat rupiah menjadi kurang tenaga untuk terus memukul bali dolar AS.
Sebelum perundingan dagang AS-China, rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Kamis dini hari nanti akan menjadi penggerak pasar. Notula tersebut merupakan catatan-catatan yang mendetail yang terjadi di ruang meeting The Fed saat memutuskan memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,75-2% pada 19 September lalu.
Kala itu para anggota pembuat kebijakan atau Federal Open Market Committee (FOMC) memiliki pendapat yang berbeda-beda terkait pemangkasan suku bunga saat itu, dan panduan suku bunga di masa yang akan datang.
Ada dua anggota FOMC yang tidak setuju suku bunga diturunkan, dan ada satu anggota yang meminta suku bunga diturunkan 50 bps.
Untuk arah kebijakan selanjutnya di sisa tahun ini juga menunjukkan perbedaan pendapat dari semua anggota FOMC termasuk yang bukan anggota voting. Berdasarkan Fed dot plot Lima anggota ingin suku bunga tetap seperti sebelum dipangkas (2-2,25%). Lima anggota lainnya ingin mempertahankan di level saat ini (1,75-2%), dan tujuh anggota ingin memangkas lagi sebesar 25 bps menjadi 1,5-1,75%.
"Ekonomi AS masih berjalan baik. Inflasi rendah, pengangguran rendah, dan ekonomi masih tumbuh moderat," tegas Presiden The Fed cabang Kansas City Esther George, seperti diwartakan Reuters.
Kesimpulan dari hasil rapat kebijakan moneter The Fed, suku bunga dipangkas tetapi bank sentral paling powerful di dunia tersebut tidak terlalu dovish. Sehingga dolar saat itu langsung menguat.
Tetapi data-data terbaru dari AS, khususnya pada pekan lalu menunjukkan ekonomi AS sedang melambat, sehingga spekulasi jika The Fed akan memangkas suku bunga di bulan ini kembali menguat. Data dari piranti FedWatch milik CME Group menunjukkan pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 71,1% suku bunga akan dipangkas sebesar 25 bps menjadi 1,5-1,75%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Begitu perdagangan hari ini dibuka, Mata Uang Garuda langsung melemah 0,11% di level Rp 14.170/US$, tetapi setelahnya berhasil menipiskan pelemahan hingga memukul balik dolar AS. Rupiah bahkan sempat menguat 0,11% ke level Rp 14.140/US$.
Perhatian pelaku pasar saat ini berfokus pada rencana perundingan dagang AS-China yang akan digelar di Washington 10-11 Oktober nanti.
Namun, ibarat dua sisi mata uang, selain adanya harapan kesepakatan dagang, di sisi lain pelaku pasar juga berhati-hati seandainya kedua negara sekali lagi gagal mencapai kesepakatan malah terjadi eskalasi perang dagang.
Kehati-hatian tersebut membuat rupiah menjadi kurang tenaga untuk terus memukul bali dolar AS.
Sebelum perundingan dagang AS-China, rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Kamis dini hari nanti akan menjadi penggerak pasar. Notula tersebut merupakan catatan-catatan yang mendetail yang terjadi di ruang meeting The Fed saat memutuskan memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,75-2% pada 19 September lalu.
Kala itu para anggota pembuat kebijakan atau Federal Open Market Committee (FOMC) memiliki pendapat yang berbeda-beda terkait pemangkasan suku bunga saat itu, dan panduan suku bunga di masa yang akan datang.
Ada dua anggota FOMC yang tidak setuju suku bunga diturunkan, dan ada satu anggota yang meminta suku bunga diturunkan 50 bps.
Untuk arah kebijakan selanjutnya di sisa tahun ini juga menunjukkan perbedaan pendapat dari semua anggota FOMC termasuk yang bukan anggota voting. Berdasarkan Fed dot plot Lima anggota ingin suku bunga tetap seperti sebelum dipangkas (2-2,25%). Lima anggota lainnya ingin mempertahankan di level saat ini (1,75-2%), dan tujuh anggota ingin memangkas lagi sebesar 25 bps menjadi 1,5-1,75%.
"Ekonomi AS masih berjalan baik. Inflasi rendah, pengangguran rendah, dan ekonomi masih tumbuh moderat," tegas Presiden The Fed cabang Kansas City Esther George, seperti diwartakan Reuters.
Kesimpulan dari hasil rapat kebijakan moneter The Fed, suku bunga dipangkas tetapi bank sentral paling powerful di dunia tersebut tidak terlalu dovish. Sehingga dolar saat itu langsung menguat.
Tetapi data-data terbaru dari AS, khususnya pada pekan lalu menunjukkan ekonomi AS sedang melambat, sehingga spekulasi jika The Fed akan memangkas suku bunga di bulan ini kembali menguat. Data dari piranti FedWatch milik CME Group menunjukkan pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 71,1% suku bunga akan dipangkas sebesar 25 bps menjadi 1,5-1,75%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular